Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Analisis Konversi Akad Mudarabah kepada Akad Qardu Faizal, Bhismoadi Tri Wahyu
Al-Huquq: Journal of Indonesian Islamic Economic Law Vol. 1 No. 2 (2019)
Publisher : Fakultas Syariah IAIN madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/alhuquq.v1i2.3072

Abstract

Mudarabah merupakan pembiayaan perbankan syariah dengan potensi risiko yang cukup tinggi. Oleh karena itu, ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menegaskan bahwa perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya harus berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Celakanya, tidak selalu penggunaan prinsip kehati-hatian ini bisa menjamin suatu pembiayaan terhindar dari masalah yang pada akhirnya mengancam kesehatan bank. Kajian ini membahas implementasi manajemen risiko yang wajib dilakukan oleh Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah sebagaimana diatur dalam Pasal 38 dan Pasal 39 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008. Salah satu upaya penyelamatan pembiyaan bermasalah yang dilakukan oleh bank syariah sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011 tentang Restrukturisasi adalah konversi akad pembiayaan. Konversi akad mudarabah kepada akad qardu menurut Dewan Pengawas Syariah bisa dilakukan selama nasabah yang melakukan pembiayaan mudarabah tersebut belum dikatakan bangkrut dan masih memiliki potensi untuk diajak kerjasama..(Mudarabah is a Sharia banking financing with a high potential risk. Therefore, the provisions of article 2 of Law No. 21 of 2008 on sharia banking confirm that sharia banking in conducting its business activities must be based on sharia principles, economic democracy and prudence principles. Unfortunately, not always the use of this precautionary principle can guarantee a financing to avoid problems that ultimately threaten the health of the bank. This study discusses the implementation of risk management which must be done by Sharia Bank and sharia business Unit as stipulated in article 38 and article 39 of Law No. 21 of 2008. One of the problems of the rescue of the problem by sharia banks as stipulated in regulation of Bank Indonesia No. 13/9/PBI/2011 Regarding restructuring is the conversion of contract financing. Conversion of Akad Mudarabah to Akad Qardu according to Sharia supervisory board can be done during the customer)
Hukum Bisnis Perspektif Islam dan Kapitalis (Tinjauan Teoritis Pada Aktivitas Bisnis di Indonesia) Faizal, Bhismoadi Tri Wahyu
Al-Huquq: Journal of Indonesian Islamic Economic Law Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : Fakultas Syariah IAIN madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/alhuquq.v3i2.5218

Abstract

Sistem ekonomi merupakan sistem yang digunakan dalam sebuah negara untuk mengatur dan mengelola semua bentuk aktivitas ekonomi, sehingga dengan berlakunya sebuah sistem ekonmi ini, negara dapat memaksimalkan perannya dalam mengelola dan meningkatkan segala sumber daya yang dimiliki. Tulisan ini mencoba untuk membandingkan sebuah sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi kapitalis yang keduanya memiliki perbedaan yang sangat mencolok ketika diaplikasikan dalam aktivitas bisnis. Hasil kajian menyimpulkan bahwa sistem ekonomi Islam mengemban visi homo Islamicus yang memandang manusia sebagai kholifah di muka bumi yang diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi beserta isinya dengan baik dalam memenuhi kebutuhannya sendiri dan orang di sekitarnya dengan tujuan memberikan keseimbangan antara individu, masyarakat dan negara, sehingga pengaplikasiannya dalam aktivitas bisnis adalah economic value of time atau nilai ekonomi adalah waktu. Sedangkan sistem ekonomi kapitalis mengemban visi homo economicus yang memandang manusia sebagai makhluk ekonomi dengan sistem yang bertujuan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan modal yang kecil, sehingga pengaplikasiannya dalam aktivitas bisnis adalah time value of money atau nilai waktu adalah uang. (An economic system is a system used in a country to organize and manage all forms of economic activity, so that with the enactment of an economic system, the state can maximize its role in managing and improving all resources at its disposal. This paper attempts to compare an Islamic economic system with a capitalist economic system, both of which have very striking differences when applied in business activities. The results of the study concluded that the Islamic economic system carries a vision of homo Islamicus who views humans as kholifah on earth who is given the ability by Allah to manage the earth and its contents well in meeting its own needs and those around it with the aim of providing balance between individuals, communities and the state, so that its application in business activities is economic value of time or economic value is time. While the capitalist economic system carries a homo economicus vision that views humans as economic creatures with a system that aims to achieve maximum profits with small capital, so that its application in business activities is time value of money or time value is money).
BUILDING SOCIAL CAPITAL AFTER THE RATIFICATION OF THE JOB CREATION LAW IN THE ECONOMIC FRAMEWORK OF MUTUAL COOPERATION Faizal, Bhismoadi Tri Wahyu; Nugroho, Zahid Sapto
TRUNOJOYO LAW REVIEW Vol 4, No 2 (2022): AGUSTUS
Publisher : Faculty of Law Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/tlr.v4i2.18115

Abstract

The pros and cons of passing the work copyright law concern all elements of society. Not because it is unreasonable but because the momentum, process and conditions are not right. Even so, there is not any reason why the government immediately passed the work copyright law. So, there must be attitudes and solutions when facing the times and dynamics of the state and nation. Capital "capital" has always been an obstacle in an initial step towards independence. However, as a country that is accustomed to cooperation, there will always be a solution to all of these problems. All this cannot be separated from the synergy between the people, the government and all stakeholders.
Competition Law Paradigm in the Majapahit Constitution Faizal, Bhismoadi Tri Wahyu; Amin, Muhammad; Sidiq, Muhammad Aunurrofiq; Nurmawati, Reni Prasetia
TRUNOJOYO LAW REVIEW Vol 7, No 1 (2025): February
Publisher : Faculty of Law Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/tlr.v7i1.28487

Abstract

This paper aims to map and analyze business activities potentially resulting in monopolistic practices and unfair business competition in the Majapahit kingdom. This research also attempts to figure out how the rule of law was applied during the Majaphit kingdom to curb monopolistic business activities. This research applied a qualitative design with normative legal or library research that relies on secondary data sources. Primary legal materials in this research are two ancient books by Slamet Muljana, namely Majapahit Legislation and Nagarakretagama Historical Interpretation; secondary legal materials are books and journals related to this research. The results show that 4 (four) types of activities can lead to monopolistic practices and unfair business competition, namely, destroying or burning agricultural land, reducing farm yields, refusing others to do the same business and controlling land owned by small farmers by large farmers. For these activities, the Majapahit royal government imposed the rule of law contained in Articles 260 - 262 of the Kutaramanawa and Article 88 paragraph (3) of the Nagarakretagama which includes a prohibition on burning and destroying agricultural land, a ban on reducing agricultural yields by narrowing the land or leaving the land abandoned, a prohibition on refusing others to work on the land, and a prohibition on large farmers to control the land of small farmers. The government in the Majapahit era demonstrated how the law should be implemented, and that it should be emulated by modern countries, including Indonesia, to enforce the country’s welfare by encouraging vigorous and competitive law in Indonesia.
Pendampingan Produk Halal bagi UMKM dan Masyarakat untuk Peningkatan Kesadaran Gaya Hidup Halal di Desa Kramat Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan Faizal, Bhismoadi Tri Wahyu; Harisah, Harisah; Zulaekah, Zulaekah; Taufikkurrahman, Taufikkurrahman
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia Vol 4 No 6 (2024): JAMSI - November 2024
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jamsi.1415

Abstract

Regulasi tentang jaminan produk halal yang diatur dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal belum banyak diketahui oleh Masyarakat di pedesaan terpencil. Program pengabdian kepada Masyarakat ini dilakukan untuk menyampaikan sosialisasi dan informasi penting tentang jaminan produk halal serta pentingnya mengurus sertifikasi halal atas produk yang dihasilkan dari usaha yang dijalankan sehingga diharapkan dapat menambah pemahaman kepada pelaku UMKM dan Masyarakat di Desa Kramat Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan Madura. Pengabdian ini menggunakan metode Participatory Action Research (PAR) meliputi tahap rapat awal, pemetaan masalah dan kebutuhan berama, keterlibatan secara partisipatif, pembentukan tim, pengembangan program dan kegiatan, pelaksanaan dan evaluasi, serta pembelajaran dan penyebarluasan. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa Tingkat pengetahuan Masyarakat dan pelaku UMKM di Desa Kramat Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan tentang regulasi Jaminan Produk Halal masih tergolong lemah, adanya kegiatan pengabdian tentang pendampingan sertifikasi halal di Desa Kramat ini sangat bermanfaat bagi Masyarakat dan pelaku UMKM dalam menambah wawasan dan pemahaman tentang pentingnya sertifikasi halal dalam usaha produksi yang dijalankan. Selain itu, pelaku UMKM sangat bersemangat dan antusias untuk mengurus pendaftaran sertifikasi halal atas produk yang dihasilkan agar lebih memberi kepastian kepada konsumen.
Legal Relationship between TikTok Affiliates and TikTok Sellers after the Enactment of Ministry of Trade Regulation No. 31 of 2023 under Sharia Economic Law Ryan Ivan Bahtiar; Faizal, Bhismoadi Tri Wahyu; Akhmad Farid Mawardi Sufyan
Mu’amalah: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Vol. 3 No. 2 (2024)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32332/muamalah.v3i2.9863

Abstract

The existence of a legal relationship often underlies collaboration between parties, including between TikTok affiliates and TikTok sellers. The enactment of Ministry of Trade Regulation No. 31 of 2023 has changed the mechanism of TikTok's affiliate system, affecting the legal relationship between these parties. However, previous studies have not adequately explored the legal implications of these changes, particularly from the perspective of Sharia economic law. This study is a normative-empirical legal research employing a qualitative method and a juridical-sociological approach. Data were collected through observation, literature review, and interviews. The study distinguishes itself by combining doctrinal legal analysis with field-based empirical insights and by incorporating Islamic legal principles into digital commercial practices. The findings categorize TikTok affiliate mechanisms into two types. First, commission-based affiliates do not require prior approval from sellers, thus lacking a formal legal relationship. Second, affiliates who enter into cooperation contracts with sellers, which implies a legal relationship, although often weakened by the informal nature of these agreements. From the perspective of Sharia economic law, the first category aligns with a ju’alah contract, while the second involves a valid work-based contract. The study contributes new insights into the classification and legal strength of digital affiliate relationships under both state and Sharia law, especially in light of recent regulatory reforms
Pengaturan Aktivitas Bisnis dalam Konstitusi Majapahit Faizal, Bhismoadi Tri Wahyu
As-Shahifah : Journal of Constitutional Law and Governance Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Fakultas Syariah Univeritas Islam Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/asshahifah.v2i2.7933

Abstract

Fakta perundang-undangan Majapahit yang dikenal dengan Kitab Kutaramanawa telah mendorong berbagai kalangan untuk melakukan kajian mendalam pada muatan materinya. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi, memetakan dan menganalisis bagaimana bentuk aktivitas bisnis dan pengaturannya dalam kerajaan Majapahit. Penelitian ini dibangung di atas desain kualitiatif dengan jenis penelitian hukum normatif yang bertumpu pada sumber data sekunder dengan bahan hukum primernya adalah kitab Kutaramanawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas bisnis dalam kerajaan Majapahit meliputi tiga sektor yaitu jual beli, gadai, dan utang piutang. Pengaturan jual beli mengandung tiga poin penting yaitu aturan tentang akibat hukum akad jual beli, pembayaran uang tanda jadi, dan transparansi objek jual beli. Poin penting dalam pengaturan praktik gadai terdiri dari aturan larangan wanprestasi, tuntutan untuk bersikap amanah, pemanfaatan barang gadai, dan status kepemilikan anak dalam kandungan hewan yang digadaikan (khusus gadai hewan ternak). Adapun pengaturan tentang utang piutang menekankan aturan tentang larangan mengambil bunga yang berlebihan (tidak sesuai dengan kemampuan orang yang berutang), aturan mengenai besaran bungan yang diperbolehkan, larangan menagih utang sebelum jatuh tempo pembayaran, dan kewajiban pemberi utang untuk memusnahkan surat piutang ketika piutang telah dilunasi.