Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Failure Analysis of Glulam Lumber Beam Made from Meranti Lumber Pieces (Shorea SP) Murtopo, Ali; Jannah, Ria Miftakhul; Sabilla, Sabilla; Tsaniyah, Labibah
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 22, No 2 (2020): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v22i2.26231

Abstract

The development of glue-laminated (glulam) lumber beam gives many good results. Meranti (Shorea SP) is one of the construction lumber that can be used as glulam to optimize its use. The limitation of the glulam lumber beam is the limited length of the lumber, so it must be joined to get a certain length. The lumber available in the market on average has a limited size and cross-sectional length. The larger the cross-sectional size and length of the lumber make the higher the price. Used lumber and residual lumber also have many weaknesses, such as the length of suitable lumber is too short, lumber defects, and lumber damages. Further research needs to be done to optimize the use of new, used, and residual meranti lumber through the use of lumber pieces as a glulam lumber beam maker. Standard specimen and test based on ASTM D-198. Glulam lumber beam is made from pieces of meranti lumber planks of certain length which are arranged into lamina beam with the size of 5.5x9.5x150 cm3. Variations in the length of the pieces of meranti lumber planks for making glulam lumber beam, among others, 40 cm, 50 cm, 60 cm, 50 cm with full length lowest layer and 150 cm (full length). The adhesive used is polyurethane glue. The span between supports is 130 cm. The beam is tested for center point loading. The analysis results show that the joints on the outermost layer that receive tensile stress of the glulam lumber beam can cause weakening in the beam because the tensile strength of the adhesive is weaker than the tensile strength of lumber. Failure at the tensile joint of the outer layer of the beam can trigger a shear failure mode. Design of joints should not be placed on layers that are subject to tensile stresses so as not to trigger shear failure modes so that the strength of the glulam lumber beam can be optimal.
Failure Analysis of Glulam Lumber Beam Made from Meranti Lumber Pieces (Shorea SP) Murtopo, Ali; Jannah, Ria Miftakhul; Sabilla, Sabilla; Tsaniyah, Labibah
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v22i2.26231

Abstract

The development of glue-laminated (glulam) lumber beam gives many good results. Meranti (Shorea SP) is one of the construction lumber that can be used as glulam to optimize its use. The limitation of the glulam lumber beam is the limited length of the lumber, so it must be joined to get a certain length. The lumber available in the market on average has a limited size and cross-sectional length. The larger the cross-sectional size and length of the lumber make the higher the price. Used lumber and residual lumber also have many weaknesses, such as the length of suitable lumber is too short, lumber defects, and lumber damages. Further research needs to be done to optimize the use of new, used, and residual meranti lumber through the use of lumber pieces as a glulam lumber beam maker. Standard specimen and test based on ASTM D-198. Glulam lumber beam is made from pieces of meranti lumber planks of certain length which are arranged into lamina beam with the size of 5.5x9.5x150 cm3. Variations in the length of the pieces of meranti lumber planks for making glulam lumber beam, among others, 40 cm, 50 cm, 60 cm, 50 cm with full length lowest layer and 150 cm (full length). The adhesive used is polyurethane glue. The span between supports is 130 cm. The beam is tested for center point loading. The analysis results show that the joints on the outermost layer that receive tensile stress of the glulam lumber beam can cause weakening in the beam because the tensile strength of the adhesive is weaker than the tensile strength of lumber. Failure at the tensile joint of the outer layer of the beam can trigger a shear failure mode. Design of joints should not be placed on layers that are subject to tensile stresses so as not to trigger shear failure modes so that the strength of the glulam lumber beam can be optimal.
Risiko Dominan Dalam Pembangunan Jalan Tol Solo–Jogja Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi Tyagita, Farah Claudias Nike; Susilowati, Fajar; Jannah, Ria Miftakhul; Chrishnawati, Yusfita
Jurnal Transportasi Multimoda Vol. 21 No. 2 (2023): Desember
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/mtm.v21i2.2163

Abstract

Setiap proyek konstruksi mempunyai jenis risiko yang berbeda-beda sehingga perlu diidentifikasi, dianalisis, dan diminimalkan untuk membantu menilai risiko secara efektif dan tidak memengaruhi profitabilitas proyek. Pembangunan Jalan Tol Solo–Jogja merupakan proyek berskala besar dengan potensi risiko yang besar, khususnya pada tahap pelaksanaan proyek. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, menilai risiko, dan menentukan pengendalian risiko yang tepat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC). Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner berdasarkan kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, teridentifikasi enam risiko selama tahap pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Tol Solo-Jogja, antara lain risiko lingkungan, risiko teknis, risiko alami, risiko manusia, risiko K3, dan risiko keuangan. Hasil analisis menjelaskan bahwa proyek tersebut memiliki range resiko dari tingkat sangat rendah sampai sedang. Risiko dominan yang mungkin terjadi adalah risiko lingkungan dengan indikator ketidaksesuaian antara gambar dan pengukuran di lapangan dalam penentuan elevasi dan kehilangan material serta alat-alat di lapangan. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko dominan yang ada pada proyek ini dapat dilakukan dengan rekayasa melalui koordinasi secara berkala dengan pihak-pihak terkait (stakeholders) untuk memastikan kesesuaian antara rancangan dengan kondisi lapangan. Selain itu, perlu adanya pengawasan yang baik untuk meminimalkan risiko, baik ketidaksesuaian maupun kehilangan material dan alat di lapangan.
INTEGRASI BUKU DIGITAL BERBASIS KEARIFAN LOKAL MAGELANG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SISWA SMP DI KOTA MAGELANG Pradita, Linda Eka; Jannah, Ria Miftakhul; Hanif, Muhammad Nur; Afiq, Muhammad Nur; Nazilah, Ilya Ilma Nur
Jurnal Abdimas Ilmiah Citra Bakti Vol. 6 No. 2 (2025)
Publisher : STKIP Citra Bakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38048/jailcb.v6i2.4566

Abstract

Pembelajaran Bahasa Indonesia seringkali dianggap kurang menarik karena masih berorientasi pada teks deskriptif dan belum terhubung secara kontekstual dengan kehidupan siswa. Kegiatan pengabdian ini bertujuan mengintegrasikan buku digital berbasis kearifan lokal Magelang ke dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa SMP sebagai upaya peningkatan pemahaman dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, serta penguatan karakter profil pelajar Pancasila. Mitra kegiatan adalah SMPN 11 dan SMPN 13 Kota Magelang. Metode pelaksanaan meliputi: (1) pendekatan edukatif kepada mitra sekolah; (2) identifikasi masalah dan kebutuhan pembelajaran; (3) perancangan solusi berupa media pembelajaran digital interaktif; (4) pelatihan dan pendampingan guru dalam pembuatan serta penerapan media; dan (5) evaluasi efektivitas penerapan media dan rencana keberlanjutan. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan buku digital terintegrasi lokalitas meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun pembelajaran, serta mendorong antusiasme dan pemahaman siswa. Konten berbasis budaya lokal seperti kesenian, makanan, dan tradisi, disajikan dalam format interaktif seperti kuis dan teka-teki silang, menjadikan pembelajaran lebih kontekstual dan menyenangkan. Kesimpulannya, integrasi kearifan lokal dalam buku digital efektif memperkuat keterlibatan siswa dan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia.
Risiko Dominan Dalam Pembangunan Jalan Tol Solo–Jogja Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi Tyagita, Farah Claudias Nike; Susilowati, Fajar; Jannah, Ria Miftakhul; Chrishnawati, Yusfita
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 21 No 2 (2023): Desember
Publisher : Sekretariat Badan Kebijakan Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/mtm.v21i2.2163

Abstract

Setiap proyek konstruksi mempunyai jenis risiko yang berbeda-beda sehingga perlu diidentifikasi, dianalisis, dan diminimalkan untuk membantu menilai risiko secara efektif dan tidak memengaruhi profitabilitas proyek. Pembangunan Jalan Tol Solo–Jogja merupakan proyek berskala besar dengan potensi risiko yang besar, khususnya pada tahap pelaksanaan proyek. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, menilai risiko, dan menentukan pengendalian risiko yang tepat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC). Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner berdasarkan kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, teridentifikasi enam risiko selama tahap pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Tol Solo-Jogja, antara lain risiko lingkungan, risiko teknis, risiko alami, risiko manusia, risiko K3, dan risiko keuangan. Hasil analisis menjelaskan bahwa proyek tersebut memiliki range resiko dari tingkat sangat rendah sampai sedang. Risiko dominan yang mungkin terjadi adalah risiko lingkungan dengan indikator ketidaksesuaian antara gambar dan pengukuran di lapangan dalam penentuan elevasi dan kehilangan material serta alat-alat di lapangan. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko dominan yang ada pada proyek ini dapat dilakukan dengan rekayasa melalui koordinasi secara berkala dengan pihak-pihak terkait (stakeholders) untuk memastikan kesesuaian antara rancangan dengan kondisi lapangan. Selain itu, perlu adanya pengawasan yang baik untuk meminimalkan risiko, baik ketidaksesuaian maupun kehilangan material dan alat di lapangan.