Claim Missing Document
Check
Articles

Analisis Tingkat Kekritisan Lahan di DAS Tabunio Kabupaten Tanah Laut Auliana Auliana; Ichsan Ridwan; Nurlina Nurlina
POSITRON Vol 7, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Univetsitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1052.625 KB) | DOI: 10.26418/positron.v7i2.18671

Abstract

Lahan termasuk sumber daya yang penting untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga dalam pengelolaannya harus digunakan secara baik sesuai kemampuannya agar tidak menurunkan produktivitas lahan. Penggunaan lahan sering tidak memperhatikan kelestariannya terutama pada lahan-lahan yang mempunyai keterbatasan, baik keterbatasan fisika, maupun kimia dengan adanya kondisi ini apabila berlangsung terus menerus dikhawatirkan akan terjadi lahan kritis yang mengakibatkan penurunan kesuburan tanah dan produktivitas tanah. Lahan kritis didefinisikan sebagai lahan yang mengalami proses kerusakan fisik, kimia, dan biologi karena tidak sesuai pengguna dan kemampuannya, yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, orologis, produksi pertanian, permukiman dan kehidupan sosial ekonomi dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat kekritisan lahan di DAS Tabunio dan menentukan daerah lahan kritis di DAS Tabunio. Metode yang digunakan dalam analisis spasial lahan kritis adalah metode skoring. Analisis spasial lahan kritis dilakukan dengan menumpangsusunkan (Overlay) beberapa parameter penentu lahan kritis seperti Peta Kemiringan Lereng, Peta Penutupan Tajuk, Peta Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dan Peta Manajemen Lahan untuk memperoleh total skor dari masing-masing unit lahan dan hasil berupa peta lahan kritis dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil analisis menunjukkan DAS Tabunio memiliki lima kategori tingkat kekritisan lahan yaitu lahan yang termasuk kriteria Sangat Kritis seluas 71,68 ha atau 0,11%, Kritis seluas 1.320,60 ha atau 2,11 %, Agak Kritis seluas 8.090,73 atau 12,93 %, Potensial Kritis seluas 30.657,21 ha atau 49,01 % dan Tidak Kritis seluas 22.418,34 ha atau 35,84 % sedangkan Luas lahan kritis di DAS Tabunio yaitu seluas 1.392,26 ha atau 2,22 % dimana hasil tersebut penjumlahan dari tiga kawasan yaitu kawasan hutan lindung seluas 836,08 ha, kawasan budidaya pertanian seluas 355,33 ha dan kawasan hutan lindung di luar kawasan hutan seluas 200,85 ha. 
ANALISIS ALIRAN PERMUKAAN DAN DEBIT PUNCAK DI CATCHMENT AREA SUNGAI HAURAN MENGGUNAKAN MODEL AGNPS (AGRICULTURAL NON POINT SOURCE POLLUTION MODEL) Titin Fahriana; Nurlina Nurlina; Ichsan Ridwan
Jurnal Natural Scientiae Vol 3, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jns.v3i1.8749

Abstract

Aliran permukaan merupakan air yang mengalir di permukaan tanah dan merupakan curah hujan yang mengalir ke sungai atau saluran danau dan laut. Di daerah beriklim basah bentuk aliran yang mengalir dikenal sebagai aliran permukaan. Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu. Penelitian ini dilakukan di Catchment Area Sungai Hauran karena dapat dikatakan sebagai daerah tangkapan air bagian hulu dari Sub Sub DAS Apukan, Sub DAS Banyu Hirang, DAS Maluka. Analisis Aliran permukaan dan debit puncak dapat menggunakan Agricultural Non Point Source Pollution Model (AGNPS). Pengolahan data menggunakan model AGNPS diperoleh nilai tertinggi aliran permukaan pada sebesar 7,366 mm. Nilai aliran permukaan yang tinggi terdapat pada daerah tangkapan hulu, hal ini di pengaruhi oleh tekstur tanah dan tutupan lahan pada area tersebut. Besar nilai debit puncak pada outlet keluaran model AGNPS sebesar 3,063 m3/s , sedangkan nilai debit puncak tertinggi yaitu sebesar 3,390 m3/s