Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Hubungan Derajat Asfiksia dengan Kejadian Hipoglikemia pada Neonatus di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Regina Paranggian Lumbantoruan; Afifa Ramadanti; Hertanti Indah Lestari
Biomedical Journal of Indonesia Vol. 3 No. 1 (2017): Biomedical Journal of Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Faculty of Medicine, Universitas Sriwijaya) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengkajian pertama yang dilakukan pada bayi saat lahir yaitu dengan menggunakan nilai Apgar melalui pemeriksaanfisik singkat. Nilai Apgar yang menurun dapat menyebabkan asfiksia pada neonatus. Keadaan asfiksia dapatmenyebabkan ketidakseimbangan suhu tubuh dan terjadi hipotermia yang mengakibatkan berkurangnya aliranoksigen ke jaringan dan neonatus akan mengalami hipoglikemia. RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang sebagairumah sakit pendidikan dan rujukan nasional belum memiliki data mengenai hubungan asfiksia dan hipoglikemia ini.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh mengenai hubungan derajat asfiksia dan kejadian hipoglikemiapada neonatus di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitikdengan menggunakan rancangan potong lintang (cross-sectional study). Sampel penelitian adalah seluruh rekammedik pasien neonatus di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dari Januari 2015 sampai Desember 2015. Analisispada penelitian ini menggunakan uji Chi-square, bermakna apabila nilai p<α (α=0,05). Dari 106 neonatus, 84,9%adalah asfiksia ringan, diikuti berturut-turut oleh asfiksia sedang (13,2%), dan asfiksia berat (1,9%). Dari 90 neonatustidak asfiksia dan derajat asfiksia ringan didapatkan 35,6% neonatus hipoglikemia dan 64,4% neonatus tidakhipoglikemia. Derajat asfiksia sedang dan berat didapatkan 37,5% neonatus hipoglikemia dan 62,5% neonatus tidakhipoglikemia. Dari hasil penelitian, tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat asfiksia dan kejadianhipoglikemia pada neonatus dengan p=1,000. Tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat asfiksia dankejadian hipoglikemia pada neonatus di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Missed Opportunities Vaksinasi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) pada Anak Berusia Kurang dari Tiga Tahun di Kecamatan Sukarame Palembang Almira Nur Amalia; Yulia Iriani; Hertanti Indah Lestari
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 1 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v49i1.8319

Abstract

Segala kontak dengan pelayanan kesehatan dimana anak tetap tidak mendapatkan vaksinasi yang dibutuhkan padahal anak tersebut memenuhi syarat untuk divaksinasi disebut missed opportunities vaksinasi (MOV). MOV terbukti menjadi salah satu penyebab rendahnya cakupan imunisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya MOV di Kecamatan Sukarame sebagai salah satu kecamatan di Kota Palembang dengan cakupan imunisasi rendah. Penelitian dengan model potong lintang dilakukan di pelayanan kesehatan primer milik pemerintah di Kecamatan Sukarame. Dilakukan wawancara pada 134 orang tua/wali dari anak yang berusia kurang dari 3 tahun yang datang ke pelayanan kesehatan. Kartu imunisasi dilihat untuk menentukan status imunisasi anak. Faktor yang mempengaruhi terjadinya MOV dibagi menjadi tiga, yaitu orang tua, petugas kesehatan, dan sistem imunisasi. Uji chi-square digunakan untuk analisis statistik.  Didapatkan 71(53%) anak berstatus imunisasi lengkap sesuai jadwal, 42 (31,3%) lengkap tidak sesuai jadwal, 15 (11,2%) tidak lengkap, dan 6 (4,5%) belum pernah mendapatkan imunisasi. Lima puluh satu (38,1%) mengalami missed opportunities yang berkaitan dengan faktor sistem imunisasi (47%) dan faktor petugas kesehatan (43%). Anak dengan orang tua yang tidak memiliki akses ke media informasi lebih banyak mengalami missed opportunity dibanding orang tua yang memiliki akses [RP : 2,57(IK95%:1,475-4,431)]. Lebih dari sepertiga anak mengalami MOV. Faktor terbesar yang mempengaruhi MOV adalah sistem imunisasi dan petugas kesehatan. Oleh karena itu, peningkatan sistem imunisasi dan pelatihan tentang imunisasi secara berkala perlu dilakukan agar dapat meningkatkan cakupan imunisasi.
Korelasi antara Hipoalbuminemia dan Hiperkolesterolemia pada Anak dengan Sindrom Nefrotik Rani Juliantika; Hertanti Indah Lestari; Minerva Riani Kadir
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 2 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v49i2.8379

Abstract

Sindrom nefrotik adalah salah satu penyakit glomerulus yang paling banyak terjadi pada anak, yang ditandai dengan proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema dengan atau tanpa hiperkolesterolemia. Peningkatan kadar kolesterol dapat berakibat pada berbagai penyakit di masa mendatang. Kondisi hiperkolesterolemia tersebut biasanya bersifat transien dan normal kembali bila pengobatan hipoalbuminemia berhasil.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia pada anak dengan sindrom nefrotik. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah semua pasien sindrom nefrotik usia 1-<18 tahun di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Sampel penelitian diambil dari rekam medik pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada periode Januari 2014-Juni 2016.Korelasi antara hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman.Dari 78 sampel, 34,6% berusia 4-6 tahun, 71,8% laki-laki, 56,4% proteinuria masif 2+, 61,5% status gizi baik, 67,9% hipoalbuminemia dan 64,1% hiperkolesterolemia. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia pada anak dengan sindrom nefrotik dengan arah korelasi negatif dan kekuatan korelasi kuat (p=0,000;r= -0,703). Hipoalbuminemia berkorelasi negatif terhadap hiperkolesterolemia pada anak dengan sindrom nefrotik.
Tatalaksana Penyakit Ginjal Kronik pada Anak Leni Ervina; Dahler Bahrun; Hertanti Indah Lestari
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 2 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v47i2.2758

Abstract

Penyakit ginjal kronis adalah suatu keadaan menurunnya laju filtrasi glomerolus yang bersifat tidak reversible dan terbagi dalam 5 klasifikasi sesuai dengan jumlah nefron yang masih berfungsi. Kasus initidak jarang ditemukan pada anak. Penyakit ginjal kronis pada anak dapat disebabkan penyakit kongenital, didapat, genetik, atau metabolik. Penyebab yang mendasari penyakit ginjal kronik berkaitan erat dengan usia pasien saat penyakit ginjal kronik pertama terdeteksi. The Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/DOQI) telah mengeluarkan pedoman klinis praktis untuk evaluasi, klasifikasi dan stratifikasi Chronic Kidney Disease (CKD)/penyakit ginjal kronis. Clinical Practice Guidelines on CKDK/DOQI tahun 2003 memuat mengenai stadium, penilaian klinis berdasarkan hasil laboratorium, dan pembagian tingkatan risiko akibat penurunan fungsi ginjal. Pedoman ini disusun untuk memudahkan penerimaan secara universal dan dapat memberikan penanganan yang optimal bagi penderita penyakit ginjal kronis. Tujuan dari penulisan sari pustaka ini adalah untuk memperkenalkan definisi penyakit ginjal kronis serta tatalaksana menurut K/DOQI tahun 2003 dan penerapannya pada pasien anak. Prognosis pasien dengan penyakit ginjal kronis adalah bervariasi menurut stadium dan penatalaksanaan yang dilakukan. Dengandeteksi dan penatalaksanaan dini, morbiditas dan mortalitas penyakit ginjal kronis pada anak diharapkan dapat diturunkan.
The Design of Wireless Medical Devices with Multi-sensor Using Android and iOS-Based Smartphone Displays Ade Handayani; Mutiara Amanda; M. Zakuan Agung; Nyayu Latifah Husni; Hertanti Indah Lestari; Moh Heri Kurniawan; Mega Hasanul Huda
Jurnal E-Komtek Vol 6 No 2 (2022)
Publisher : Politeknik Piksi Ganesha Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37339/e-komtek.v6i2.1007

Abstract

In this study, a multisensor wireless medical device was designed using several sensors, such as body temperature, oxygen levels, blood pressure, and heart rate, that connects to the application and applies WBAN technology. The design of this tool applied the principle of IoT, where a system that can monitor body health is needed, a remote monitoring system on the smartphone. The data obtained by the tool is sent to the server to be later forwarded to the application. In this study, Fuzzy Mamdani's method was used to implement the health status. The IoT principle makes it effortless for users to access or use pre-designed tools. Therefore, in this study, the IoT principle is employed to make it more efficient and easier for users to read the results because the data will be forwarded to applications installed on users' smartphones, both Android and iOS-based.
The Design of Wireless Medical Devices with Multi-sensor Using Android and iOS-Based Smartphone Displays Handayani, Ade; Mutiara Amanda; M. Zakuan Agung; Nyayu Latifah Husni; Hertanti Indah Lestari; Moh Heri Kurniawan; Mega Hasanul Huda
Jurnal E-Komtek (Elektro-Komputer-Teknik) Vol 6 No 2 (2022)
Publisher : Politeknik Piksi Ganesha Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37339/e-komtek.v6i2.1007

Abstract

In this study, a multisensor wireless medical device was designed using several sensors, such as body temperature, oxygen levels, blood pressure, and heart rate, that connects to the application and applies WBAN technology. The design of this tool applied the principle of IoT, where a system that can monitor body health is needed, a remote monitoring system on the smartphone. The data obtained by the tool is sent to the server to be later forwarded to the application. In this study, Fuzzy Mamdani's method was used to implement the health status. The IoT principle makes it effortless for users to access or use pre-designed tools. Therefore, in this study, the IoT principle is employed to make it more efficient and easier for users to read the results because the data will be forwarded to applications installed on users' smartphones, both Android and iOS-based.