Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Sekresi IFN-γ dan IL-10 Setelah Stimulasi Antigen Fusi ESAT-6-CFP-10 (EC610) pada Penderita TB Aktif dan TB Laten Sabrina Prihantika; Nova Kurniati; Kemas Ya’kub Rahadiyanto; M. Irsan Saleh; Zen Hafy; Francisca Srioetami Tanoerahardjo; Jusak Nugraha; Eddy Mart Salim
Biomedical Journal of Indonesia Vol. 5 No. 3 (2019): Biomedical Journal of Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Faculty of Medicine, Universitas Sriwijaya) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem imunitas seluler sangat berperan dalam melawan infeksi TB yaitu peran sel limfosit T yang berdiferensiasimenjadi sel Th1 mensekresikan sitokin pro inflamasi IFN-γ dan sel Th2 yang mensekresi sitokin anti inflamasi IL-10.Antigen fusi EC610 bersifat spesifik dan memiliki antigenitas yang kuat terhadap stimulasi sel T. Tujuan penelitian untukmengetahui perbedaan rerata kadar IFN-γ dan IL-10 setelah stimulasi antigen EC610 pada penderita TB aktif dan TBlaten. Desain penelitian ini adalah eksperimen semu secara in vitro dengan kultur PBMC yang distimulasi oleh antigenEC610 pada kelompok TB aktif dan TB laten. Penelitian dan pemeriksaan dilakukan di RSK Paru Provinsi Sumsel danLaboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta Pusat. Terdapat 21 subjek penderita TB aktif dan28 subjek penderita TB laten yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengukuran kadar IFN-γ dan IL-10 dilakukanmenggunakan ELISA-Reader. Hasil penelitian menunjukkan kadar IFN-γ dan IL-10 setelah stimulasi antigen EC610lebih tinggi pada TB aktif daripada TB laten. Tingginya kadar IFN-γ pada penderita TB aktif menunjukkan adanyarespon imun protektif terhadap kuman M.tb sedangkan tingginya kadar IL-10 menunjukkan perannya sebagai antiinflamasi . Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata kadar IFN-γ pada penderita TB aktif dan TB laten (p=0,769) danterdapat perbedaan bermakna reata kadar IL-10 setelah stimulasi antigen EC610 lebih tinggi pada TB aktif daripada TBlaten (p=0,000).
IFN-γ and IL-2 Secretion after ESAT-6-CFP-10 (EC-610) Fusion Antigen Stimulation from Patients with Active Lung Tuberculosis and Latent Lung Tuberculosis Bastian; Nova Kurniati; Kemas Ya’kub Rahadiyanto; M. Irsan Saleh; Zen Hafy; Francisca Srioetami Tanoerahardjo; Jusak Nugraha; Eddy Mart Salim
Biomedical Journal of Indonesia Vol. 6 No. 2 (2020): Biomedical Journal of Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Faculty of Medicine, Universitas Sriwijaya) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Secretion of IFN-γ and IL-2 After ESAT-6-CFP-10 Fusion Antigen Stimulation in Activeand Latent TB Patients. This study held to discover how immune responses work and to know thepathogenesis of active TB and latent TB patients. This study used PBMC to stimulate T Cells withESAT-6 and CFP-10 antigen fusion, and measure the level of IFN-γ and IL-2 with ELISA antibodysandwich (U-Cytech). 16 ml of blood were drawn to 5 tubes. ESAT-6 CFP-20 inducted one tube withQuantiFERON for IFN-γ assay. The other four tubes were PBMC isolated using Ficoll-Paque, andpre-incubated with stimulation of ESAT-6 CFP-10 fusion antigen for 24-72 hours at 370 C andmeasured using T-Spot and ELISA reader. We got from this study that there are no significantdifferences in IFN-γ levels for both groups with active TB and latent TB. Measurement of IL-2 levelsshowed significant differences between the two group.
Pola Gambaran Darah Tepi pada Penderita Leukimia di Laboratorium Klinik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Kemas Ya’kub Rahadiyanto; Phey Liana; Baity Indriani
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 4 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i4.2715

Abstract

Leukemia merupakan keganasan hematologi yang disebabkan oleh faktor imunologi, genetik, virus, dan zat kimia. Leukemia dibedakan menjadi leukemia mieloblastik akut (LMA), leukemia limfoblastik akut (LLA), leukemia mielositik kronik (LMK), dan leukemia limfositik kronik (LLK). Diagnosis awal leukemia dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah lengkap dan gambaran darah tepi (GDT). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola GDT pada penderita leukemia di laboratorium klinik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang pada 98 penderita yang mengalami leukemia berdasarkan kesan pemeriksaan GDT di laboratorium klinik RSMH pada 1 Januari 2012–31 Desember 2012. Sebagian besar penderita leukemia adalah laki-laki. Penderita LMA terbanyak pada kelompok usia 31–40 tahun (27,3%), LLA terbanyak pada kelompok usia 1 bulan-10 tahun (46,2%), LMK terbanyak pada kelompok usia 21–30 tahun (23,3%), dan LLK terbanyak pada kelompok usia 51–60 tahun (100%). Pola GDT yang banyak ditemukan adalah eritrosit normokrom normositik; jumlah leukosit meningkat dan sel blas (+) pada LMA dan LLA; jumlah leukosit meningkat, sel blas (+), dan dijumpai disemua tahapan maturasi seri granulositik pada LMK; jumlah leukosit meningkat, limfosit (+), dan smudge cell pada LLK;  jumlah trombosit menurun dan bentuk normal pada LMA, LLA, dan LLK; jumlah dan bentuk trombosit normal pada LMK dan LLK. Sebagian besar penderita leukemia mengalami anemia, leukositosis, dan trombositopenia. Pemeriksaan GDT merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting untuk membantu diagnosis leukemia dan menilai respon pengobatan, sehingga diharapkan kesan hasil pemeriksaan GDT dapat tercatat dengan baik.
Prevalensi Blood Borne Virus pada Pasien Hemodialisis Kronik di Instalasi Hemodialisis RSMH Palembang Phey Liana; Kemas Ya’kub Rahadiyanto; Dodi Maulana
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 2 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v47i2.2755

Abstract

Pasien hemodialisis kronik lebih berisiko untuk mendapat infeksi Blood Borne Virus (BBV) seperti hepatitis B, hepatitis C, dan HIV karena penggunaan akses vaskular berulang. Pada pasien hemodialisis terdapat tiga faktor risiko utama mempengaruhi terjadinya penularan infeksi BBV yaitu, riwayat transfusi darah, riwayat transplantasi ginjal, dan durasi hemodialisis. Prevalensi BBV pada pasien hemodialisis berkisar 12-29%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi BBV di lingkungan hemodialisis. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional, dengan pendekatan potong lintang. Data diperoleh dari catatan medik pasien hemodialisis di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013-31 Desember 2013. Dari 290 catatan medik pasien didapat 92 catatan medik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Didapatkan 6 (6,5%) pasien terinfeksi HCV, 5 (5,4%) pasien terinfeksi HBV, 2 (2,2%) pasien terinfeksi HIV, dan tidak didapatkan pasien dengan koinfeksi. Pasien yang terinfeksi HBV dan HCV lebih banyak perempuan  dari laki-laki. Infeksi Lebih banyak didapatkan pada pasien dengan riwayat transfusi darah. Rerata lama hemodialisis pasien yang terinfeksi lebih besar dibanding rerata pasien yang tidak terinfeksi dan rerata lama hemodialisis seluruh pasien. Pasien yang terinfeksi HBV dan HCV memiliki rerata usia lebih kecil dibanding dengan rerata usia pasien yang tidak terinfeksi. Prevalensi HCV pada pasien hemodialisis kronik di Instalasi Hemodialisis RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang adalah 6,5%, prevalensi HBV adalah 5,4%, dan prevalensi HIV adalah 2,2%. Pasien perempuan lebih banyak terinfeksi HBV dan HCV. Pasien dengan riwayat transfusi darah lebih banyak terinfeksi. Rerata lama hemodialisis pasien terinfeksi lebih lama dibanding pasien yang tidak terinfeksi.