Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Proceeding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan

Keanekaragaman Echinoidea di Kepulauan Tonyaman, Polewali Mandar Echinoidea diversity in Tonyaman Island, Polewali Mandar Sharifuddin Bin Andy Omar; Destrilia Duma; Sri Wahyuni Rahim; Basse Siang Parawansa; Moh. Tauhid Umar
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 7 (2020): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VII KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bulu babi termasuk dalam kelas Echinoidea, merupakan salah satu potensi sumberdaya protein hewani yang mempunyai manfaat besar bagi kehidupan manusia. Selain itu, bulu babi juga memiliki manfaat ekologis besar dalam struktur rantai makanan di perairan. Hewan ini umumnya hidup berasosiasi dengan padang lamun, termasuk di perairan Kepulauan Tonyaman, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Penelitian tentang bulu babi di pulau-pulau yang berada dalam kawasan Kep. Tonyaman telah dilakukan pada bulan Februari 2019 sampai Maret 2019.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi jenis, kelimpahan individu, kelimpahan relatif, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi bulu babi yang terdapat di perairan tersebut. Pengambilan sampel bulu babi dilakukan saat air surut masing-masing pada dua buah stasiun (yang ada lamun dan tanpa lamun) diP. Battoa, P. Dea-dea, P. Gusung Toraja, dan P. Tangnga. Metode yang digunakan adalah metode transek, menggunakan lima buah transek bujur sangkar berukuran 0,5 m x 0,5 m pada setiap stasiun, Semua individu bulu babi yang terdapat di dalam transek diambil setiap bulan sekali, untuk diidentifikasi. Selama penelitian, diperoleh 515 individu bulu babi yang berasal dari 7 spesies dan 4 famili. Jenis bulu babi yang paling melimpah di Kep. Tonyaman dan tersebar di seluruh lokasi penelitian adalah Diadema setosum. Nilai indeks keanekargaman yang diperoleh berkisar 0,5729 – 1,5140, indeks keseragaman berkisar 0,3393 – 0,7780, dan indeks dominansi berkisar 0,5315 – 0,8303.Kata kunci: bulu babi, Echinoidea, Kepulauan Tonyaman, padang lamun
Biologi Reproduksi Gurita, Octopus cyanea Gray, 1948 di Perairan Selat Makassar dan Teluk Bone Sharifuddin Bin Andy Omar; Noviayu Wahyuddin; Andi Yeyen Apriani; Eka Aulia Junedi; Joeharnani Tresnati; Basse Siang Parawansa; Dwi Fajriyati Inaku
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 7 (2020): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VII KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biologi reproduksi gurita, Octopus cyanea Gray, 1849yang didaratkan di Pulau Bonetambung, Kota Makassar, dan di Pulau Burung Lohe, Kabupaten Sinjai. Kajian penelitian ini mencakup nisbah kelamin,tingkat kematangan gonad (TKG), ukuran pertama kali matang gonad, dan indeks kematangan gonad (IKG). Pengambilan sampel dilakukan sejak bulan April hingga Juli 2019. Sampel gurita hasil tangkapan nelayan dari kedua lokasi penelitian dibawa ke laboratorium untuk diukur panjang totalnya (TL, total length), ditimbang bobot tubuhnya (BW, body weight), dan dilanjutkan dengan pengamatan gonad secara visual untuk mengetahui jenis kelamin gurita tersebut. Nisbah kelamin gurita jantan dan betina di P. Bonetambung adalah 2,00:1,00, sedangkan di P. Burung Lohe adalah 1,00:1,44. Gurita betina matang gonad lebih banyak ditemukan selama penelitian dibandingkan gurita jantan di P. Bonetambung. Sebaliknya, gurita jantan matang gonad lebih banyak ditemukan daripada gurita betina di P. Burung Lohe. Gurita jantan matang gonad pada ukuran yang lebih kecil daripada gurita betina pada kedua lokasi penelitian. Nilai IKG gurita jantan di P. Bonetambung berkisar 0,2829-2,7532 dan gurita betina 0,0348-3,1267. Kisaran nilai IKG gurita jantan di P. Burung Lohe adalah 0,4726-2,2254 dan gurita betina 1,1153-3,3597. Secara umum, rerata IKG berdasarkan TKG gurita betina lebih besar daripada gurita jantan, baik di P. Bonetambung maupun di P. Burung Lohe.Kata kunci: biologi reproduksi, gurita, Octopus cyanea, Pulau Bonetambung, Pulau Burung Lohe
Biodiversitas Lamun di Perairan Kepulauan Tonyaman, Kabupaten Polewali Mandar Basse Siang Parawansa; Ira Fitria Ningsih; Sharifuddin Bin Andy Omar
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 7 (2020): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VII KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu ekosistem yang paling produktif di laut dangkal adalah ekosistem lamun. Ekosistem ini berperan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup, yaitu sebagai produsen primer, habitat biota, penjebak sedimen dan zat hara. Di perairan Kepulauan Tonyaman, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, terdapat hamparan lamun, tetapi sampai saat ini belum ada publikasi tentang hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur komunitas lamun pada perairan tersebut, meliputi komposisi jenis, kelimpahan, kerapatan, dan indeks ekologi (indeks keseragaman, keanekaragaman, dan dominansi). Pengambilan sampel lamun dilakukan selama bulan Oktober sampai November 2018, masing-masing pada tiga buah stasiun di P. Panampeang, P. Tangnga, P. Gusung Toraja, dan P. Karamasang. Metode yang digunakan adalah transek garis dengan bentangan sepanjang 25 m sejajar garis pantai pada setiap stasiun pengamatan. Pada setiap garis transek, diletakkan transek bujur sangkar berukuran 0,5 m x 0,5 m, dengan jarak antartransek 5 m. Setiap jenis lamun yang ditemukan di dalam transek diambil setiap bulan sekali, dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Berdasarkan hasil identifikasi, ditemukan 4 spesies lamun yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu Hydrocharitaceae (Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii) dan Cymodoceaceae (Cymodocea rotundata dan Cymodocea serrulata). Kelimpahan lamun berkisar 2-405 individu, kerapatan jenis lamun berkisar 1,6-324 tegakan.m-2, indeks keanekaragaman 0,73-1,88, indeks keseragaman 0,73-0,94, dan indeks dominansi 0,29-0,68.Kata kunci: ekosistem lamun, Kepulauan Tonyaman, struktur komunitas
Asosiasi Ikan Baronang Tompel (Siganus guttatus Bloch, 1787) di Ekosistem Padang Lamun dan Terumbu Karang, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan Basse Siang Parawansa
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 8 (2021): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VIII KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Takalar merupakan wilayah pesisir yang dikenal sebagai salah satu sentra produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Ikan baronang (Siganidae) banyak ditemukan pada lingkungan yang memiliki banyak tumbuhan laut, misalnya di habitat terumbu karang yang ditumbuhi lamun (seagrass) dan alga yang lebat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keberadaan serta asosiasi ikan baronang tompel (Siganus guttatus Bloch, 1787) atau orange spotted rabbit fish di dua ekosistem, yaitu ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Penelitian ini dilakukan pada dua wilayah yaitu Teluk Laikang dan Perairanpulau Tanakeke. Adapun hasil tangkapan Ikan baronang tompel (Siganus guttatus) yang diperoleh di Teluk Laikang pada daerah padang lamun dan terumbu karang yaitu jantan sebanyak 39 dan 26 ekor dengan kisaran panjang 12.0-30.2 cm dan 12.9-43.7 cm; dan berat 62.7-480.0 gram dan 60.65-790.00 gram, sedangkan betina sebanyak 29 dan 5 ekor dengan kisaran panjang 21.0-27.2 cm dan 20.19-53.76 cm; dan berat 195.97- 482.23 gram dan 89.23-213.76 gram. di Perairan Tanakeke, hasil tangkapan ikan baronang di daerah padang lamun dan terumbu karang yaitu jantan sebanyak 887 dan 179 ekor dengan kisaran panjang 10.3-30.0 cm dan 12.5-35.7 cm; dan berat 25.13-500.00 gram dan 44.13-512.80 gram, sedangkan betina sebanyak 29 dan 8 ekor dengan kisaran panjang 16.2-24.0 cm dan 19.5-31.0 cm; dan berat 105.02-512.80 gram dan 186.93-333.94 gram. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil tangkapan yang diperoleh di areal lamun jumlahnya lebih banyak namun ukuran ikan yang tertangkap di areal terumbu karang lebih besar
Analisis Hubungan Panjang Bobot Ikan Baronang Angin Siganus javus Linnaeus, 1766 yang ditemukan di Tempat Pendaratan Ikan Paotere Kota Makassar, Sulawesi Selatan Basse Siang Parawansa; Muhammad Ryas Rasyid; Suwarni, Suwarni; Joeharnani Tresnati
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 10 (2023): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL X KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan panjang bobot dan faktor kondisi dari ikan baronang angin, Siganus javus (Linnaeus, 1766) yang didaratkan di Tempat Pendaratan Ikan Paotere, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan satu kali per bulan selama tiga bulan yaitu bulan Agustus – Oktober 2022 dengan lokasi pengambilan sampel di Tempat Pendaratan Ikan Paotere, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Jumlah ikan yang tertangkap selama penelitian yaitu 289 ekor yang terdiri dari 165 ekor ikan jantan dan 124 ekor ikan betina. Jumlah ikan yang diperoleh pada bulan Agustus yaitu 126 ekor, pada bulan September yaitu 92 ekor, dan pada bulan Oktober yaitu 71 ekor. Hasil penelitian berdasarkan waktu pengambilan sampel selama tiga bulan menunjukkan pola pertumbuhan dengan persamaan pada bulan Agustus W=0,00002L2,9482, bulan September W=0,00004L2,8124, dan bulan Oktober W=0,00004L2,8119, dan berdasarkan jenis kelamin menunjukkan pola pertumbuhan dengan persamaan pada ikan jantan W=0,00003L2,8926 dan ikan betina W=0,00005L2,77 , yang menunjukkan pola pertumbuhan bersifat isometrik pada bulan Agustus dan Oktober serta pada ikan baronang jantan yaitu pola pertumbuhan Panjang sebanding dengan pertambahan bobotnya dan bersifat alometrik negatif pada bulan September dan pada ikan baronang betina yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dari pertumbuhan bobot. Nilai faktor kondisi ikan baronang angin mencapai angka 1 mengindikasikan ikan tersebut memiliki kondisi fisik yang baik untuk bertahan hidup dan bereproduksi.