Hiperurisemia merupakan gangguan metabolisme yang ditandai oleh peningkatan kadar asam urat dalam darah, yang dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan, gangguan tidur, serta penurunan fungsi fisik dan kualitas hidup. Manajemen nyeri pada penderita hiperurisemia sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi upaya manajemen nyeri yang dilakukan oleh penderita hiperurisemia di Kampung Tegirolo, Kabupaten Sorong Selatan, Indonesia, dan dampaknya terhadap penurunan skala nyeri. Metode penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional, melibatkan 49 sampel yang ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu dengan mempertimbangkan kriteria inkulisi dalam penelitian seperti partisipan dengan asam urat tinggi, adanya keluhan nyeri, dan usia 19-59 tahun. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner APS-POQ-R dan dianalisis secara deskriptif. Instrumen penilaian APS-POQ-R yang digunakan adalah versi Indonesia yang telah diuji kesahihan dengan nilai 0,8-1 angka V ge; 0,5 sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata nyeri terendah adalah 4,33 (SD=1,38) dan tertinggi 8,29 (SD=1,08). Seluruh responden menggunakan manajemen nyeri, baik farmakologi maupun non-farmakologi, dengan efektivitas tinggi (rata-rata keefektifan 70,00, SD=12,42). Responden melaporkan penurunan nyeri yang signifikan melalui kedua metode ini. Kesimpulan: Peran aktif tenaga kesehatan dalam menggabungkan metode farmakologi dan non-farmakologi diperlukan untuk mencapai hasil optimal, mengingat banyak responden tidak mendapatkan anjuran non-farmakologi dari tenaga medis.