Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KAPASITAS ANTIOKSIDAN dan TOKSISITAS ACAIBERRY (Euterpe oleracea), CIPLUKAN (Physalis angulata) dan KURMA AJWA (Phoenix dactylifera) Helmi, Helmi Rizal; Yulianti, Enny; Malihah, Ely; Elhapidi, Nafisa Zulpa; Dewi, Mietha Apriyanti; Ferdinal, Frans
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v5i2.9439

Abstract

Plants are a biodiversity that is always around us. Acaiberry (Euterpe oleracea) is a from South America’s plant, called a superfruit and is believed to smoothen the digestive tract, lose weight, prevent cardiovascular disease, have anti-inflammatory, antidepressant properties and can prevent the risk of cancer. Ciplukan (Physalis angulata) is a plant of tropical and subtropical areas. The stems, leaves, and roots of Ciplukan in Indonesia are used as antidiabetic drugs and the root ingredients are used for postpartum, muscle pain and hepatitis. Ciplukan can improve digestion, anti-inflammatory, disinfectant, asthma, whooping cough, bronchitis, orchitis, ulcers, cancer, tumors, leukemia and diabetes. Dates (Phoenix dactylifera) are a fruit with the most complete nutritional content, contain lots of energy (glucose, fructose), a little protein and fat, and contain vitamins and minerals. The content of tannins and magnesium in dates are anti-infective, anti-inflammatory and hepatoprotective. Objective: to determine the antioxidant capacity and toxicity of the three plants. This research needs to be developed considering the many benefits of these plants for life. Methodology: tests on methanol extracts of the three plants included phytochemical tests, antioxidant capacity using DPPH and toxicity using the BSLT method. Results and Conclussion: phytochemical tests carried out on 13 secondary metabolites showed positive results in the three plants, except that coumarins was not found in ciplukan. Acaiberry fruit has a very strong antioxidant capacity (IC50=17.36 µg/mL), ciplukan fruit with moderate strength (IC50=149.46 µg/mL) and dates with a very strong antioxidant capacity (IC50=26.14 µg/mL). These three plants have toxic toxicity with values of LC50=238.48 µg/mL (Acaiberry), LC50=208.82 mg/mL (Ciplukan) and LC50=126.610 µg/mL (Dates) Keywords: Acaiberry; ciplukan; ajwa dates; phytochemicals; antioxidant; BSLT AbstrakTumbuhan merupakan keanekaragaman hayati yang  selalu ada  di sekitar  kita. Acaiberry (Euterpe oleracea) merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika Selatan, disebut superfruit dan diyakini dapat memperlancar saluran pencernaan, menurunkan berat badan, mencegah penyakit kardiovaskular, bersifat anti-inflamasi, antidepresan dan bisa mencegah risiko terjadinya penyakit kanker. Ciplukan (Physalis angulata) merupakan tumbuhan daerah tropis dan subtropis. Batang, daun, dan akar Ciplukan di Indonesia digunakan sebagai obat antidiabetes dan ramuan akar digunakan untuk postpartum, nyeri otot dan hepatitis. Ciplukan dapat memperbaiki pencernaan, antiinflamasi, desinfektan, asma, batuk rejan, bronkitis, orkitis, bisul, kanker, tumor, leukemia dan kencing manis. Kurma (Phoenix dactylifera) merupakan buah dengan kandungan gizi terlengkap, banyak mengandung energi (glukosa, fruktosa), sedikit protein, dan lemak, serta mengandung vitamin dan mineral. Kandungan tanin dan magnesium didalam kurma bersifat anti infeksi, anti inflamasi dan hepatoprotektif. Senyawa antioksidan dapat menghambat serta mencegah terjadinya kerusakan tubuh yang berakibat timbulnya penyakit degenerative. Oleh karena itu sumber-sumber antioksidan sangat diperlukan tubuh untuk mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel tubuh. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan kapasitas antioksidan dan toksisitas ketiga tumbuhan. Penelitian ini perlu dikembangkan mengingat banyaknya manfaat tumbuhan tersebut untuk kehidupan. Pengujian terhadap ekstrak metanol ketiga tumbuhan meliputi uji fitokimia, kapasitas antioksidan menggunakan DPPH dan toksisitas dengan metoda BSLT. Uji fitokimia yang dilakukan terhadap 13 senyawa metabolit sekunder menunjukkan hasil positif pada ketiga tumbuhan tersebut, kecuali kumarin tidak ditemukan pada Ciplukan. Buah Acaiberry memiliki kapasitas antioksidan yang sangat kuat (IC50=17,36 µg/mL), buah Ciplukan dengan kuat sedang (IC50=149,46 µg/mL) dan buah Kurma dengan kapasitas antioksidan sangat kuat (IC50=26,14 µg/mL). Ketiga tumbuhan ini memiliki toksisitas yang bersifat toksik dengan nilai LC50=238,48 µg/mL (Acaiberry), LC50=208,82 mg/mL (Ciplukan) dan LC50=126,610 g/mL (Kurma).
Biomarker Terkini Untuk Membedakan Diagnosis Stroke Iskemik Dan Hemoragik Pada Pasien Dewasa Dan Lansia : Sebuah Review Ariyanto, Cindy Rachmadewi; Novela, Cindy; Yohan, David; Elhapidi, Nafisa Zulpa; Ongko, Felix
Health Information : Jurnal Penelitian Content Digitized
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Stroke adalah kejadian defisit neurologis yang terjadi secara mendadak akibat berkurangnya atau terhambatnya suplai darah ke bagian otak tertentu. Stroke menjadi penyebab kematian kelima terbanyak di Amerika Serikat dan penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia. Saat ini, pemeriksaan neuroimaging seperti CT Scan dan MRI menjadi gold standard dalam menentukan diagnosis stroke. Namun, pemeriksaan tersebut terbatas, membutuhkan biaya yang mahal, dan memakan waktu. Biomarker menjadi salah satu alat yang saat ini sedang banyak diteliti untuk membantu mendiagnosis stroke secara cepat dan tepat serta digunakan untuk membedakan stroke iskemik dan hemoragik. Tujuan: Mengetahui biomarker terkini yang dapat digunakan untuk membedakan diagnosis stroke iskemik dan hemoragik pada pasien dewasa dan lansia. Metode: Tinjauan literatur dari empat database PubMed, DOAJ, Cochrane, dan Google Scholar yang diterbitkan dalam rentang waktu 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2018-2022. Hasil: Didapatkan 14 literatur yang melaporkan biomarker yang efektif untuk mendiagnosis stroke iskemik dan hemoragik seperti Matrix Metalloproteinase (MMP), Thioredoxin, N-terminal brain natriuretic peptide (NT-proBNP), C-reactive protein (CRP), Sphingosine 1-phosphate (S1P), S100, Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP), dan Cystatin C (CysC). Kesimpulan: Dari literatur ini didapatkan bahwa Matrix Metalloproteinase (MMP), Thioredoxin, N-terminal brain natriuretic peptide (NT-proBNP), C-reactive protein (CRP), dan Sphingosine 1-phosphate (S1P) dapat digunakan sebagai alat diagnosis stroke iskemik. Sedangkan biomarker S100 dan Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP) dapat mendiagnosis stroke hemoragik, sehingga dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis stroke iskemik. Cystatin C (CysC) dapat digunakan sebagai biomarker penanda stroke pada pasien lansia.
Pengaruh Profilaksis Pra-Pajanan (PPRP) Terhadap Insiden Infeksi Menular Seksual Pada Lelaki Seks Lelaki (LSL) Christian, Cindy; Rianto, Louis; Likawidjaya, Sherin Christy; Elhapidi, Nafisa Zulpa; Ongko, Felix
Health Information : Jurnal Penelitian Content Digitized
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Infeksi menular seksual (IMS) seringkali ditemukan pada kelompok lelaki seks lelaki (LSL) dengan atau tanpa HIV. Profilaksis pra-pajanan (PPrP) yang seringkali digunakan untuk menurunkan insidensi HIV-AIDS juga dapat dipertimbangkan penggunaannya untuk menurunkan insidensi IMS pada kelompok LSL. Studi ini dilakukan untuk meninjau efek pemberian PPrP dalam menurunkan transmisi dan penyebaran IMS pada LSL. Kami melakukan telaah literatur dengan mencari artikel jurnal pada Google Scholar, Science Direct, PubMed, Hindawi dan Ebsco yang dipublikasikan dalam periode 2013-2023. Berdasarkan penelitian, tingginya angka IMS pada kelompok LSL disebabkan karena perilaku berisiko seperti perilaku seks tanpa kondom, berganti-ganti pasangan, dan perilaku seks anal. Walaupun PPrP terbukti efektif menurunkan insidensi HIV-AIDS, penggunaan PPrP belum terbukti efektif untuk menurunkan insidensi IMS pada kelompok LSL dengan atau tanpa HIV akibat meningkatnya perilaku berisiko setelah penggunaan PPrP.
Risk Prediction Acute Kidney Injury Pada Pasien Sepsis Elhapidi, Nafisa Zulpa; Kalew, Priska Amanda; Darmadji, Edlin Gisela; Pake, Indry Agatha Rihi; Regina, Sheren
Health Information : Jurnal Penelitian Content Digitized
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sepsis merupakan kondisi disfungsi organ yang disebabkan oleh terganggunya respon inflamasi tubuh dalam mengatasi infeksi. Acute kidney injury (AKI) merupakan keadaan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) secara tiba-tiba selama ? 7 hari, peningkatan kreatinin serum ?0.3 mg/dL dalam 48 jam atau peningkatan kreatinin serum ?1.5 kali dari nilai awal dalam 7 hari atau volume urin <0.5 mL/kgBB/jam selama 6 jam. Sepsis-associated acute kidney injury (S-AKI) adalah komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien sepsis yang dirawat dan meningkatkan risiko perburukan penyakit dan risiko mortalitas. Beberapa faktor risiko dikatikan dengan terjadinya S-AKI tetapi faktor risiko secara lengkap belum sepenuhnya diketahui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko terjadinya S-AKI. Desain penelitian yang digunakan adalah tinjauan pustaka terkait faktor risiko terjadinya AKI pada pasien sepsis. Sumber pustaka diperoleh dari Pubmed, Google Scholar, ScienceDirect, Ebsco dan Hindawi yang dipublikasikan dalam 5 tahun terakhir. Secara keseluruhan faktor risiko terjadinya AKI pada pasien sepsis adalah jenis kelamin, ras, riwayat gagal jantung, diabetes, obesitas, penggunaan Angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEI) atau angiotensin II receptor blockers (ARB), bilirubin, kreatinin, blood urea nitrogen (BUN) dan ventilasi mekanik. S-AKI merupakan komplikasi yang umum terjadi pada pasien sepsis. Faktok risiko S-AKI harus dinilai sejak dini untuk mengurangi risiko mortalitas.