Yusrin -
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KONSENTRASI ALUMINIUM PADA IKAN ASAP YANG DIRENDAM DALAM LARUTAN TAWAS Haribi, Ratih; -, Yusrin
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2008: CONTINUING MEDICAL AND HEALTH EDUCATION (CMHE) | Peran Biomolekuler dalam Penegakan Diagnosis
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.506 KB)

Abstract

Ikan yang direndam larutan tawas 10% selama 1 jam, berkurang pahitdan bau amisnya, tanpa mengalami penurunan kadar proteinnya (Nurrahman, 2000).Tawas mengandung aluminium yang toksik dan dapat menyebabkanpenyakit akibat akumulasi yang melebihi batas ambang detoksifikasi tubuh (Darmono, 1996).Penelitian yang dilaksanakan bulan Mei – Nopember 2004, dilaboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Ilmu Pangan UniversitasMuhammadiyah Semarang (UNIMUS) ini bertujuan mengetahui konsentrasi aluminium yang terakumulasi daging ikan tongkol yang direndam pada larutan tawas dengan konsentrasi 4 %, 6 %, 8 %, 10 % dan 12 %, dengan lama perendaman 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit. Pemeriksaan sampel dilakukan duplo dan diulang 3 kali. Analisis Aluminium dengan Metoda Thioglycolic Acid dan dibaca pada spectrofotometer dengan panjang gelombang (l) 510 nm,Analisis data dilakukan dengan Analisis of Varian Rancangan Acak KelompokHasilnya, konsentrasi ion aluminium per 10 gram daging ikan yangdirendam pada larutan tawas dengan konsentrasi yang berbeda dan waktu perendaman yang berbeda kemudian diasap, tidak ada beda nyata yaitu antara 0,266 – 0,408 ppm sedangkan daging ikan dengan perlakuan sama tanpa diasap, 0,266 – 0,413 ppm. Variasi konsentrasi tawas pada larutan perendam, variasi waktu perendaman dan pengasapan tidak mempengaruhi konsentrasi ion aluminium yang diakumulasi oleh daging ikan.Keywords : detoksifikasi, akumulasi.
PENURUNAN KONSENTRASI GAS KARBON MONOKSIDA DENGAN MEMBRAN ZEOLIT ZSM-5 SECARA COATING MENGGUNAKAN KASA AISI 316-180 MESH DAN 304-400 MESH DENGAN PERLAKUAN I DAN II Ana Hidayati Mukaromah; Tulus Ariyadi; Maulida Julia Saputri; Rinda Aulia Utami; Yusrin -
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2017: Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.131 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mensintesis membran zeolit ZSM-5 secara coating pada suhu 90 °C pada 2 jenis kasa yaitu kasa AISI 316-180 mesh dan kasa 304-400 mesh dengan 2 perlakuan yaitu perlakuan I dengan merendam kasa dalam HNO 31% kemudian direndam dalam aceton dan perlakuan II (merendam kasa dalam toluen 95% selama 12 jam kemudian dalam HCl 15%, dan  TPABr 0,1M dan mengaplikasikan membran zeolit ZSM-5 untuk menurunkan konsentrasi gas karbon monoksida di dalam ruangan. Metode sintesis membran ZSM-5 secara coating. Hasil penelitian tentang persentase penurunan kadar gas karbonmonoksida pada membran dengan kasa AISI 316-180 mesh dan 304-400 mesh perlakuan I (direndam dalam HNO31% kemudian dalam aceton) berturut-turut adalah 13,37±1,13 % dan 14,04±0,44 %, sedangkan dengan perlakuan 2 (direndam dengan Toluen 12 jam, dan HCl 5%,TPABr 0,1M)) berturut-turut adalah 11,23±0,64 % dan 12,81±0,58 %. Dengan demikian persentase penurunan kadar gas karbon monoksida tertinggi pada membran dengan kasa 304400 perlakuan I (direndam dalam HNO 31% kemudian dalam aceton).Kata kunci: Karbon monoksida, membran zeolit ZSM-5, coating, Tipe Kasa, Perlakuan
IPTEK BAGI MASYARAKAT (Ib M) RW IV DAN RW VI KELURAHAN KRAPYAK SEMARANG DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI PUPUK ORGANIK Yusrin -; Ana Hidayati M; R. Ery Wibowo
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2014: PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL - HASIL PENELITIAN & PENGABDIAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (692.704 KB)

Abstract

Mitra kegiatan IbM adalah 2 kelompok PKK RW VI di dalam perumahan, dan RW IV di luar perumahan. Kegiatan ibu memasak tidak lepas dari sisa sampah sayuran dan sayur yang sudah basi dapat diolah menjadi kompos. Banyak masyarakat yang penghasilannya rendah yaitubekerja sebagai buruh terutama wanita, sehingga untuk meningkatkan penghasilan dengan cara mengolah sampah organik menjadi kompos dan selanjutnya dapat dijual.Permasalahan mitra antara lain : 1. Petugas sampah sering terlambat dalam pengambilan sampah organik sehingga akan menimbulkan bau yang tidak sedap. 2. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah.  3. Dibutuhkan peran  aktif dari masyarakat 4.Peningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dengan pengolahan sampah organik menjadi sebuah kegiatan ekonomis yang dapat menambah penghasilan.Solusi yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan mitra adalah, memberikan penyuluhan pelatihan dan pendampingan tentang pengelolaan sampah, memberikan ceramah dan praktek manajemen produksi dan usaha, pengembangan modal usaha, dan strategipemasaran produk dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha dalam kelompok masyarakat. Melalui program I b M ini berhasil dibentuk kelompok produksi kompos dengan susunan pengurus  sebagai berikut, “SAKURA”  ketua : Sushanty Hendro Nur Tjahjono, bendahara :Sandiyo, seksi produksi : Agus Ahadin, seksi pemasaran : Sumarsono; ANGGREK” ketua : Sulastri Wiranto, bendahara : Imam Sujari,seksi produksi : Sri Suwarsono, seksi pemasaran: Badrun. Produk kompos yang dihasilkan menggunakan merk “SAKURA”  dan “ANGGREK”, dengan harga jual Rp 3500,- per kemasan 3kg. Teknologi yang ditransfer pada program I b M ini adalah penggunaan alat perajang untuk mempercepat merajang sampah.
PENURUNAN KADAR Fe DALAM AIR DENGAN BIJI KELOR (Moringa oleifera) Yusrin -; Ana Hidayati Mukaromah; Endang Tri Wahyuni M
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2015: Prosiding Bidang MIPA dan Kesehatan The 2nd University Research Colloquium
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Tanaman Moringa oleifera banyak tumbuh di India bagian utara, tetapi sekarang sudah menyebar luas ke seluruh kawasan tropis, termasuk Indonesia.Penelitian tentang biji kelor sebagai koagulan pada kekeruhan dan penurunan kadar unsur logam berat (Fe, Mn, Cu, Cr) dalam air telah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian Enos Tangke Arung, MP, dosen dari Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Mulawarman (Samarinda) menemukan biji kelor yang diadopsi dari Negara Sudan, dan menyulapnya menjadi ''serbuk ajaib'' yang dapat mengubah air keruh dengan partikel tanah maupun unsur logam menjadi air bersih layak konsumsi, dan memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan. Banyak orang yang belum mengetahui bahwa biji kelor dapat dijadikan alternatif penjernih air yang lebih aman selain tawas. Biji kelor juga lebih ekonomis dibandingkan tawas. Obyek Penelitian : Pengambilan biji kelor diperoleh dari Balai Benih Induk Palawija, Kabupaten Lawang, Malang, Jawa Timur. Sedangkan air yang digunakan adalah air yang mengandung Fe 10 ppm. Hasil penelitian : Nilai rata-rata prosentase degradasi yang dihasilkan yaitu dengan waktu perendaman dari 0-15 menit sebanyak 38,96%, dari 15-30 menit sebanyak 43,28% (kenaikannya sebesar 4,32% ), dari 30-45 menit sebanyak 45,35% (kenaikannya sebesar 2,07%) dan dari 45-60 menit sebanyak 48,16% (kenaikannya sebesar 2,81%). Namun demikian waktu yang paling efektif untuk proses degradasi ion Fe(II) yaitu 30 menit dengan rata-rata hasil degradasi sebanyak 43,28% dengan kenaikan ion Fe terdegradasi sebesar 4,32% dari hasil rata-rata dengan perendaman selama 15 menit. Semakin lama waktu perendaman dengan penambahan 6 biji kelor terhadap larutan uji Fe(II) maka semakin bertambah pula jumlah ion Fe(II) yang mengalami degradasi.Kata kunci : Kadar Fe, Biji Kelor, Air, Orthofenantrolin
KADAR PROTEIN KISTA ARTEMIA CURAH YANG DIJUAL PETAMBAK KOTA REMBANG DENGAN VARIASI SUHU PENYIMPANAN Endang Triwahyuni Maharani; Yusrin -
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2010: Bio Molekuler, Analis Kesehatan, Keperawatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kandungan nutrisi Artemia terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, air dan abu. Protein merupakan kandungan terbesar dapat mencapai 58,58%., sehingga peranannya sebagai pakan sangat dibutuhkan. Kandungan protein di dalam artemia Kista artemia sebagai pakan ikan alami yang telah diawetkan dengan cara pembekuan dibawah suhu 0°C, ditiriskan pada suhu ruang yang memiliki suhu antara 28°C – 31°C, dan pengeringan menggunakan alat ataupun dengan sinar matahari langsung yang suhunya 60°C. Sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap kandungan protein berdasarkan suhu penyimpanannya. Sampel penelitian diambil secara purporsif yaitu kista artemia tidak bermerk (curah) yang dibeli dari petambak artemia di kota Rembang sebanyak 100 gram dalam keadaan kering angin kemudian diambil ± 2 gram untuk penetapan kadar air yang dilakukan secara duplo, diambil ± 15 gram dan dibagi menjadi 15 bagian yang setiap 5 bagian disimpan pada suhu   -20°C, 31°C dan 60°C selama 48 jam kemudian pada setiap suhu penyimpanan ditetapkan kadar proteinnya sebanyak 5 kali menggunakan metode kjeldahl.Hasilnya sebagai berikut: 1) Kadar protein pada kista artemia setelah penyimpanan pada suhu - 20°C selama 48 jam adalah 46,77 %; 2) setelah penyimpanan pada suhu 31°C selama 48 jam adalah 46,40 %; 3)  setelah penyimpanan pada suhu 60°C selama 48 jam  adalah 41,57 %; 4) Tidak ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu -20°C dengan 31°C, ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu -20°C dengan 60°C, dan ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu 31°C dengan 60°C.Kata Kunci: kadar protein, kista artemia curah, variasi penyimpanan suhu
Analisa Cu(II) pada Kerang Hijau (Mytilus viridus) di Perairan Tanjung Mas Semarang Ana Hidayati M; Yusrin -
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2004: PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL-HASIL PENELITIAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5517.925 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian analisa Cu(II) pada kerang hijau (Mytilus  viridus) di Perairan Tanjung Mas Semarang. Tujuan penelitian ini meliputi uji kualitatif Cu(II) dan Uji Kuantitatif Cu(ll) pada kerang hrjau dengan metode spektrofotometri Visibel. Untuk mendapatkan hasil yang akurat  maka sebelum penetapan Cu(ll) dalam sampel dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum, penentuan waktu kestabilan kompleks  dan pernbuatan kurva standar Cu(ll). Prinsip penetapannya adalah  sampel yang ditambah dengan larutan NH4OH 5% dan Na-dietil-ditiokarbamat akan menimbulkan warna coklat kekuningan. Absorbansi  diukur pada panjang gelombang 440-500 nmHasil penelitian menunjukkan bahwa kerang hijau yang diambil dari  perairan Tanjung Mas Semarang mengandLurg  Cu(ll). Panjang gelombang dan waktu kestabilan kompleks optimum yaitu 450 nm dan  setelah 3-5 menit dari pencampuran Na-dietilditiokarbamat. Pada  pembuatan  kurva  standar  Cu(II) diperoleh  persamaan  regresiy=  0,1498  x - 0,0004  dan toefisien  korelasi 1R2; adalah  0,ggg3.  Koefisien  korelasi yang mendekati 1 dapat dikatakan bahwa kurva hampir linear.  Konsentrasi  Cu(II)  dalam sampel  dihitung dengan cara menginterpolasikan  absorbansi  sampel  ke dalam persamaan  garis  regresi dari kurva standar Cu(II) yang diperoleh. Uji kuantitatif  Cu(II) pada kerang hijau  yang diambil dari Tanjung Mas Semarang  adalah  16,36  mglkg.
PENGGUNAAN METODE KOMPLEKSOMETRI PADA PENETAPAN KADAR SENG SULFAT DALAM CAMPURAN SENG SULFATDENGAN VITAMIN C Endang Triwahyuni M; Yusrin -
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2008: CONTINUING MEDICAL AND HEALTH EDUCATION (CMHE) | Peran Biomolekuler dalam Penegakan Diagnosis
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (73.771 KB)

Abstract

Latar Belakang: dalam analisis suatu zat kimia digunakan berbagai macam metode, salah satunya digunakan untuk penetapan kadar logam adalah kompleksometri. Metode ini didasarkan atas pembentukan senyawa kompleks antara logam dengan zat pembentuk kompleks (Na2EDTA). Seng merupakan salah satu logam yang membentuk senyawa kompleks dimana penetapan kadar seng menurut Farmakope Indoneesia edisi III ditetapkan secara kompleksometri menggunakan dapar amonia amonium klorida (pH 9-10). Sering kali dalam sedian farmasi ditemukan adanya kombinasi seng dengan vitamin C. zat ini merupakan vitamin dan mineral pelindung yang bersifat alamiah sebagai anti oksidan. Adanyaa vitamin C diperkirakan akan menurunkan pH campuran (lebih asam dibanding pH seng sulfat yang tanpa ditambah vitamin C. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin C terhadap ketelitian metode kompleksometri pada penetapan kadar seng sulfat.Populasi Penelitian: ZnSO4.7H2O dan serbuk vitamin C murni yangdiperoleh dari distributor bahan baku di Semarang. Metode yang digunakan adalah titrasi kompleksometri dan jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen.Hasil Penelitian: hasil penelitian adalah sebagai berikut; 1)Rekoveri sengsulfat dengan penambahan vitamin C: 0 mg, 100 mg, 150 mg, 200 mg, 250 mg, 300 mg, 350 mg, 400 mg, 450 mg, 500 mg, 550 mg berturut-turut adalah 100%, 98,67%, 98,28%, 98,24%, 97,78%, 97,57%, 97,19%, 96,77%, 96,45%, 95,82%, 95,46%; 2)Vitamin C yang masih dapat ditambahkan ke dalam seng sulfat sebanyak 550 mg dan kadar seng sulfatnya masih memenuhi persyaratan menurut Farmakope Indonesia yaitu 95 – 100%; 3)Metode Kompleksometri masih cukup teliti untuk digunakan pada penetapan kadar seng sulfat yang bercampur dengan vitamin C.Kata kunci: kadar seng sulfat, campuran seng sulfat dengan vitamin C,kompleksometri.
PENGARUH LAMA WAKTU SIMPAN PADA SUHU RUANG (27-29oC) TERHADAP KADAR ZAT ORGANIK PADA AIR MINUM ISI ULANG Ana Hidayati M; Yusrin -
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2010: Bio Molekuler, Analis Kesehatan, Keperawatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.027 KB)

Abstract

Latar Belakang: Air minum isi ulang adalah air yang mengalami beberapa proses yaitu chlorinasi, aerasi, filtrasi dan penyinaran dengan sinar ultra violet. Air minum isi ulang biasanya tidak habis dalam sekali pakai melainkan dalam beberapa hari. Semakin lama penyimpanan memungkinkan adanya pertumbuhan mikroorganisme yang akan berkembang menjadi bakteri patogen dan  menyebabkan kadar zat organik menjadi meningkat. Kualitas air minum harus sesuai dengan PERMENKES RI nomor 416 / Menkes/ Per/ IX/ 1990, yaitu secara fisik harus jernih, tidak berasa, tidak bewarna, dan tidak berbau. Secara mikrobiologi, tidak boleh mengandung bakteri pathogen, dan secara kimia antara lain kadar zat organik sebagai angka permanganat maksimal 10 mg/l. Penelitian ini bertujuan menetapkan kadar zat organik pada air minum isi ulang berdasarkan lama simpan pada suhu ruang (27-29oC), mengetahui pengaruh lama simpan pada suhu ruang (27-29oC) terhadap kadar zat organik pada air minum isi ulang, dan membandingkan hasil penelitian dengan PERMENKES RI nomor 416/Menkes/ Per/IX/1990 tentang kadar zat organik. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental. Populasi Penelitian : Air minum isi ulang, sampel diambil secara purposif dari tiga depot yang berada di kecamatan Tugu Semarang, dan masing-masing sampel ditetapkan kadarnya secara triplo setelah disimpan selama 0, 1, 2, 3, dan 4 minggu. Variabel bebas adalah lama simpan pada suhu ruang (27-29oC) dan variabel terikat adalah kadar zat organik. Hasil penelitian:  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar zat organik pada air minum isi ulang yang disimpan dari 0 sampai 4 minggu berturut-turut adalah Sampel A: 2,52 mg/l ; 3,87 mg/l ; 4,60 mg/l ; 6,20 mg/l ; 7,73 mg/l. Sampel B : 1,62 mg/l ; 2,76 mg/l ; 3,50 mg/l ; 4,61 mg/l ; 5,65 mg/l. Sampel C : 1,92 mg/l ; 3,67 mg/l ; 4,80 mg/l ; 6,30 mg/l ; 8,02 mg/l. Ada pengaruh lama penyimpanan pada suhu ruang (27oC-29oC) terhadap kadar zat organik pada air minum isi ulang. Hasil penelitian sesuai dengan PERMENKES RI No 416/Menkes/Per/IX/ 1990 tentang syarat kadar zat organik yaitu kurang 10 mg KMnO4/L. Kata kunci: lama simpan, suhu ruang (27-29oC ), kadar zat organik, air minum isi ulang
ANALISIS VITAMIN C DAN KALIUM PADA DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (TEN) Steenis) Endang Tri Wahyuni Maharani; Yusrin -; Ana Hidayati Mukaromah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2015: Prosiding Bidang MIPA dan Kesehatan The 2nd University Research Colloquium
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.76 KB)

Abstract

Background: People already acknowledge binahong leaf because plant, namely root, stem, and leaf, have great use and benefit. Binahong leaf can be boiled or eaten freshly as salad. Nowadays binahong are packaged in capsules to make it easier to be consumed. Binahong leaf is used to cure several diseases such as stabilizing blood circulation and blood pressure; preventing stroke, uric acid, and maag; adding body immune; curing cough and bleeding, broken bone, all kinds of skin allergy, kidney infection, burnt scar, acne, and bleeding gum. All this time the use of binahong is based is based on experience, there has not been any scientific proof of the polyphenol, vitamin c, (as antioxidant), and Potassium found in binahong. Therefore, a research to find active substances on binahong is needed. Population of the Research: Sample of the research is binahong leaf taken from Karang Rejo Pentul Street RT 04 RW 02 Number 27 Semarang, about ± 2000 grams, dried in 25-27°C temperature for about 5 days and then made into powder.Result of the Research: The results of the research are: 1) Vitamin C amount found on binahong leaf is 6,76 ± 0,77 mg / 100 g; 2) The rate of potassium amount found on binahong leaf is 1,37 % b/bKeywords: analysis of vitamin C, Kalium, binahong leaf