Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KELAYAKAN PARAMETER FISIKA KUALITAS AIR UNTUK USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG DENGAN SISTEM KERAMBA JARING TANCAP (KJT) PADA LAHAN BEKAS GALIAN TAMBANG PASIR (Studi Kasus Desa Tondong Kura, Kec Tondong Tallasa, Kab. Pangkajene dan Kepulauan ) Jefri, M.; Haris, Abdul; Sodiq, Syawaluddin; Saleh, Syaiful; Malik, Abdul
OCTOPUS: JURNAL ILMU PERIKANAN Vol. 10 No. 2 (2021): OCTOPUS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/octopus.v10i2.7550

Abstract

Salah satu upaya untuk mengoptimalkan kembali lahan bekas galian tambang pasir dan lahan rawa-rawa yang terlantar adalah usaha kegiatan budidaya ikan bandeng dengan pertimbangan bahwa jenis ikan bandeng mempunyai beberapa keunggulan baik secara ekologi maupun secara ekonomi dan sosial budaya masyarakat setempat dengan sistem keramba jaring tancap (KJT), dimana faktor fisika dari suatu perairan menjadi salah satu penentu keberhasilan usaha budidaya ikan bandeng sistem keramba jaring tancap.Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis parameter fisika perairan (suhu, kedalaman, kecerahan, dan kekeruhan) untuk kelayakan budidaya ikan pada karamba jaring tancap di Desa Tondong Kura, Kec Tondong Tallasa, Kab. Pangkajene dan Kepulauan. Penelitian ini dilakasanakan di Kolam bekas galian pasir yang terletak di Desa Tondong Kura, Kec Tondong Tallasa, Kab. Pangkajene dan Kepulauan. Metode penelitian ini menggunakan tenik analisis deskriptif dengan membandingkan sumber rujukan parameter fisika yang optimum dengan penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan analisis parameter fisika untuk usaha budidaya ikan bandeng pada kolam bekas galian pasir dengan sistem keramba jaring tancap (KJT) di lokasi ini, Yaitu layak untuk di jadikan areal budidaya. Selain itu Pada lahan tersebut terjadi peningkatan laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng.
PENGARUH OKSIGEN TERLARUT TERHADAP LAJU MINERALISASI AMMONIA, NITRIT, NITRAT DAN FOSFAT PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaus vannamei) Ashari, Herlina; Burhanuddin, Burhanuddin; Malik, Abdul; Murni, Murni; Saleh, Syaiful
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 11 No 1 (2023): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.613 KB) | DOI: 10.29406/jr.v11i1.4646

Abstract

Usaha budidaya vanname, tidak terlepas dari faktor parameter kualitas air. Faktor parameter kualitas air mempunyai peranan penting terhadap kelangsungan hidup udang vannamei. Salah satu parameter kualitas air yang berperan sangat penting dalam kelangsungan hidup udang vanname ialah oksigen, dengan sistem aerasi pada wadah budidaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas air dan juga mampu menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan bakteria perombak bahan organik sehingga dapat mengurangi konsentrasi nutrien terlarut seperti ammonia (Fernandes et al., 2010). Untuk mengetahui oksigen terlarut mempengaruhi oksigen terlarut dan berdampak dengan laju mineralisasi ammonia, nitrit, nitrat, fosfat dan parameter kualitas air lainnya Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan 3 ulangan. Adapun yang di uji perlakuan A (2 batu aerasi), B (3 batu aerasi), C (4 batu aerasi), dengan padat penebaran 500ekor/bak. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata oksigen terlarut tertinggi pada perlakuan C (5,33 mg/L) lebih tinggi dan sementara terendah pada perlakuan A (4,62 mg/L) untuk laju mineralisasi ammonia, nitrit, nitrat dan fosfat pada perlakuan C lebih cepat dibanding perlakuan A dan B. kelimpahan dan keragaman plankton lebih tinggi pada perlakuan A dan terendah ada perlakuan C, Total bakteri pada perlakuan A lebih tinggi dibanding perlakaun C, suhu tertinggi pada perlakuan A (26,90 oC) dan terendah pada perlakuan C (26,80 oC), salinitas tertinggi pada perlakuan C (26,19 ppt) dan terendah pada perlakuan A (25,91 ppt), pH tertinggi pada perlakuan C (7,44) dan terendah pada perlakuan A (7,22), TSS tertinggi pada perlakuan A (45,22 mg/L) dan perlakuan terendah pada perlakuan C (36,33 mg/L).oksigen terlarut mempengaruhi laju mineralisasi ammonia, nitrit, nitrat, fosfat dan parameter kualitas air seperti suhu, salinitas, pH, TSS dan bakteri pada perlakuan C
Peningkatan Kesehatan Lingkungan Masyarakat Petani Tambak Garam melalui Edukasi Pemenuhan Gizi Keluarga di Desa Bulu Cindea Yani, Fitri Indah; Rahmi, Rahmi; Ibrahim, Juliani; Syarif, Asriyanti; Susanty, Nurbiah Eka; Salam, Nur Insana; Wahyu, Farhanah; Anwar, Andi Rahayu; Saleh, Syaiful
Jurnal SOLMA Vol. 14 No. 3 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/solma.v14i3.20391

Abstract

Latar Belakang: Wilayah pesisir rentan terhadap masalah kesehatan lingkungan dan gizi keluarga akibat keterbatasan akses sanitasi dan kurangnya pemanfaatan pangan lokal. Desa Bulu Cindea menghadapi prevalensi stunting 28% dan 40% rumah tangga tanpa sanitasi layak. Program ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran petani garam melalui edukasi partisipatif tentang sanitasi dan gizi keluarga berbasis potensi lokal. Metode: Kegiatan berlangsung selama enam minggu (Mei–Juni 2025) dengan frekuensi pertemuan mingguan. Metode yang digunakan adalah pendidikan masyarakat, pelatihan, dan difusi ipteks. Partisipan terdiri dari 32 orang (12 ibu rumah tangga, 10 petani tambak garam, 5 kader kesehatan, 5 tokoh masyarakat). Mahasiswa berperan sebagai enumerator kuesioner, fasilitator diskusi, dan dokumentator kegiatan. Data dikumpulkan melalui pre-test dan post-test, observasi partisipatif, serta wawancara semi-terstruktur dengan 10 responden (direkam audio). Hasil: Skor pengetahuan meningkat dari rata-rata 45,6 menjadi 83,2. Sebanyak 75% responden mulai memilah limbah domestik, 60% tidak lagi membuang limbah ke laut, dan 68% keluarga mulai mengonsumsi ikan, rumput laut, serta sayuran lokal minimal tiga kali seminggu. Kesimpulan: Edukasi berbasis praktik partisipatif efektif dalam meningkatkan literasi sanitasi dan gizi masyarakat pesisir. Model ini fleksibel untuk direplikasi di desa pesisir lain dengan penyesuaian konteks lokal.