Drs.I Ketut Artawan,M.Si .
Unknown Affiliation

Published : 44 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

VARIASI INTENSITAS CAHAYA MENGAKIBATKAN PERBEDAAN KECEPATAN REGENERASI SIRIP KAUDAL IKAN CUPANG (Betta splendens) DIPELIHARA DI RUMAH KOS ., Bimbi Inggayuing Gumilang; ., Drs.I Ketut Artawan,M.Si; ., Dr. Ni Luh Putu Manik Widiyanti,S.Si,M
Jurnal Pendidikan Biologi undiksha Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan cupang (Betta splendens) merupakan ikan yang memiliki tingkah laku unik yaitu bertarung. Perilakunya ini menyebabkan sirip indahnya terutama sirip bagian kaudalnya rentan megalami kerusakan.Sirip ikan mewakili vertebrata yang unik dengan kemampuan spektakuler untuk regenerasi berbagai organ setelah cedera traumatis. Salah satu faktor yang mempengaruhi regenerasi adalah intensitas cahaya. Dengan memberikan perlakuan lampu led merk “Opple” pada empat taraf yang berbeda yaitu intensitas cahaya 0 Lux (tanpa lampu), 3 watt (65 Lux), 6 Watt (90 Lux), dan 8 Watt (117 Lux) dapat diketahui adanya perbedaan kecepatan pertumbuhan dilihat dari panjang akhir sirip kaudal setelah 28 hari diamputasi dan perbedaan struktur anatominya. Jenis penelitian yaitu RAL. Sampel yang digunakan sebanyak 24 ikan cupang. Data menunjukkan rata-rata panjang siripakhir kaudal setelah 28 hari secara berurutan yaitu 1,10 cm, 1,16 cm, 1,28 cm, 1,35 cm pada intensitas cahaya 0 Lux, 65 Lux, 90 Lux, dan 117 Lux. Berdasarkan hasil uji ANAVA One Way menunjukkan bahwa nilai p sebesar 0,0001 sehingga nilai p < 0,05 yang berarti bahwa H1 yang menyatakan Terdapat perbedaan regenerasi pada sirip kaudal ikan cupang (Betta splendens) pada intensitas cahaya yang berbeda dilihat dari panjang akhir sirip kaudal selama 28 hari pengamatan diterima. Struktur anatomi sirip kaudal mengalami perbedaan setelah 28 hari diamputasi terutama pada bentuk akhir dan pigmentasinya. Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwaada perbedaan intensitas cahaya terhadap kecepatan regenerasi sirip kaudal ikan cupang (Betta splendens) dilihat dari panjang akhir sirip kaudal setelah 28 hari diamputasi, regenerasi paling cepat pada perlakuan 90 Lux, dan ada perbedaan struktur anatomi sirip kaudal ikan cupang (Betta splendens).Kata Kunci : kecepatan regenerasi, struktur anatomi, ikan cupang, intensitas cahaya BBetta fish (Bettasplendens) is a fish that has a unique behavior called fight. This behavior causes the beautiful fin particularly damage especially the caudal fin. Fin of fish represent unique vertebrate with a spectacular ability to regenerate different organs after traumatic injury. One of the factors that affect the regeneration is the intensity of light. By providing treatment led lights brand "Opple" at four different levels, namely the light intensity 0 Lux (without lights), 3 watt (65 Lux), 6 Watt (90 Lux), and 8 Watt (117 Lux) can know the difference in speed growth seen from the long end of the caudal fin after 28 days amputated and anatomic structure differences. This type of research is true experiment with RAL research design. The samples used were 24 betta fish. Data shows the average length of caudal fin end after 28 consecutive days ie 1.10 cm, 1.16 cm, 1.28 cm, 1.35 cm at 0 Lux light intensity, 65 Lux 90 Lux and 117 Lux. Based on the results of One Way ANOVA showed that the p value of 0.0001 so that the value of p
PEMBERIAN CAMPURAN EKSTRAK KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus) DAN EKSTRAK PEPAYA (Carica papaya L.) MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) ., I Wayan Pendi Haristantya Negara; ., Prof. Dr. I Made Sutajaya,M.Kes.; ., Drs.I Ketut Artawan,M.Si
Jurnal Pendidikan Biologi undiksha Vol 2, No 1 (2015):
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan; (1) mengetahui bahwa pemberian ekstrak kacang hijau dapat meningkatkan kadar hemoglobin darah tikus putih; (2) mengetahui bahwa pemberian ekstrak kacang hijau dan ekstrak pepaya meningkatkan kadar hemoglobin darah tikus putih. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment yang menggunakan rancangan Randomized Postest Only Control Group Design. Sampel adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar berjumlah 35 ekor yang memenuhi kriteria inklusi (jenis kelamin jantan, usia 2-3 bulan, berat tubuh 50-100 gram). Sampel dibagi menjadi 5 kelompok, yang terdiri atas 1 kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol diberikan makanan standar (pelet 594 dan air mineral) sedangkan kelompok perlakuan diberikan ekstrak kacang hijau dengan konsentrasi 100% dan ekstrak pepaya dalam 4 konsentrasi berbeda (0%, 20%, 40%, dan 60%) untuk setiap kelompok. Data primer diperoleh melalui pengukuran kadar hemoglobin dengan menggunakan Metode Sahli. Berdasarkan analisis data dapat dilaporkan bahwa pemberian ekstrak kacang hijau dengan konsentrasi 100% dan pepaya 0% dapat meningkatkan kadar hemoglobin secara bermakna sebesar 16,10%, konsentrasi 100% ekstrak kacang hijau dan 20% ekstrak pepaya meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 24,90%, konsentrasi 100% ekstrak kacang hijau dan 40% ekstrak pepaya meningkatkan kadar hemoglobin secara bermakna sebesar 33,53%, konsentrasi 100% kacang hijau dan 60% ekstrak pepaya meningkatkan kadar hemoglobin secara bermakna sebesar 52,14%. Peningkatan kadar hemoglobin paling tinggi terjadi pada perlakuan 4. Selisih rerata kadar hemoglobin kelompok perlakuan 4 dan kelompok kontrol adalah 6,22/mg% atau kadar hemoglobin meningkat secara bermakna sebesar 52,14%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kacang hijau dan ekstrak pepaya dapat meningkatkan kadar hemoglobin darah tikus putih.Kata Kunci : kadar hemoglobin, ekstrak kacang hijau, ekstrak pepaya This research aimed; (1) know that green bean extract increases blood hemoglobin levels of white rats; (2) determined that the extract of green beans and papaya extract increases blood hemoglobin level of white rats. This research is true experiment that uses randomized design posttest Only Control Group Design. Samples were white rats (Rattus norvegicus) Wistar totaled 35 rats that met the inclusion criteria (male sex, age 2-3 months, the body weight of 50-100 grams). The samples were divided into 5 groups, which consist of one control group and four treatment groups. The control group was given standard food (594 pellets and mineral water) while the treatment group was given the green bean extract with a concentration of 100% and papaya extract in 4 different concentrations (0%, 20%, 40%, and 60%) for each group. The extract of green beans with a concentration of 100% and 0% papaya can improve hemoglobin levels significantly by 16.10%, 100% concentration extract of green beans and 20% of papaya extract increases hemoglobin levels by 24.90%, 100% concentration extract of green beans and 40% of papaya extract significantly increases the hemoglobin levels of 33.53%, a concentration of 100% and 60% of green beans papaya extract significantly increases the hemoglobin levels of 52.14%. Difference in mean hemoglobin levels 4 treatment group and the control group was 6.22 / mg% or hemoglobin levels increased significantly by 52.14%. It can be concluded that the extract of green beans and papaya extract can increase blood hemoglobin level of white rats.keyword : hemoglobin levels, green bean extract, papaya extract
STUDI KOMPARASI KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN ENDOPSAMMON PADA HABITAT PANTAI BERPASIR DI KAWASAN PANTAI SANUR ., I.G.A. Irma Dharmayanti Mandala; ., Drs.I Ketut Artawan,M.Si; ., Dr. Ida Bagus Jelantik Swasta,M.Si
Jurnal Pendidikan Biologi undiksha Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini membandingkan keanekaragaman dan kemelimpahan endopsammon pada dua lokasi berdasarkan perbedaan substrat. Tujuan dari penelitian ini untuk (1) mengetahui keanekaragaman dan kemelimpahan endopsammon pada pantai berpasir putih dan pantai berpasir hitam; (2) mengetahui tingkat kesamaan komposisi jenis endopsammon pada pantai berpasir putih dan pantai berpasir hitam; (3) mengetahui perbedaan kemelimpahan endopsammon pada pantai berpasir putih dan pantai berpasir hitam. Penelitian ini berlokasi di Pantai Hyatt yang memiliki substrat berpasir putih dan Pantai Matahari Terbit yang memiliki substrat berpasir hitam yang keduanya berada dalam kawasan Pantai Sanur, Denpasar Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan desain penelitian lapangan (field study) yang dilanjutkan dengan penelitian Laboratorium. Pengambilan data endopsammon di lapangan menggunakan alat core. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) indeks diversitas (H’) endopsammon pada pantai berpasir putih dan berpasir hitam tergolong sedang, pada pantai berpasir putih sebesar 2,6369 dan pada pantai berpasir hitam sebesar 2,9562; (2) kemelimpahan relatif (KR) tertinggi pada pantai berpasir putih dimiliki oleh spesies Harpacticus sp. (5,7%) dan pada pantai berpasir hitam dimiliki oleh spesies Thalasoalaimus sp. (9,7%); (3) indeks similaritas (S) endopsammon pada pantai berpasir putih dan berpasir hitam tergolong tinggi sebesar 0,7; (4) terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam hal keanekaragaman dan kemelimpahan antara pantai berpasir hitam dan pantai berpasir putih.Kata Kunci : endopsammon, keanekaragaman, kemelimpahan, Pantai Sanur This research is compared the diversity and abundance a endopsammon at two locations based on different substrates. The purposes of this research are (1) determine the diversity and abundance endopsammon on a white sand and black sand; (2) determine the degree of similarity in species composition endopsammon on a white sand and black sand; (3) determine differences in the abundance endopsammon on a white sand and black sand. This research is located on the Hyatt beach which has a white sandy base substrate and Matahari Terbit beach has black sandy base substrate that both are in the Sanur Beach area, South Denpasar. This research is a descriptive exploratory research design (field study), followed by research laboratories. Endopsammon data capture in the field using core.The results are : (1) endopsammon diversity index (H') on the white sand beaches of black sand classified as moderate, on the white sand beach at 2.6369 and the black sand beach of 2.9562; (2) the relative abundance (KR) on a white sand beach is owned by the species Harpacticus sp. (5.7%) and the black sand beach is owned by the species Thalasoalaimus sp. (9.7%); (3) an index of similarity (S) endopsammon on the white sand beach of black sand is high at 0.7; (4) there is a significant difference in terms of diversity and abundance among the black sand beach and white sand beach.keyword : endopsammon, abundance, diversity, Sanur Beach
STUDI KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN UNDUR-UNDUR LAUT (Hippa spp.) DI PANTAI BATU TAMPIH KABUPATEN TABANAN ., Ni Putu Sintya Dhamayanti; ., Dr. Ida Bagus Jelantik Swasta,M.Si; ., Drs.I Ketut Artawan,M.Si
Jurnal Pendidikan Biologi undiksha Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui komposisi spesies Undur-undur laut (Hippa spp.) yang hidup di Pantai Batu Tampih Kabupaten Tabanan; (2) mengetahui besar indeks keanekaragaman Undur-undur laut (Hippa spp.) yang hidup di Pantai Batu Tampih Kabupaten Tabanan; (3) mengetahui kemelimpahan spesies Undur-undur laut (Hippa spp.) yang hidup di Pantai Batu Tampih Kabupaten Tabanan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian lapangan yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian laboratorium. Titik pengambilan sampel ditentukan secara sistematis di Pantai Batu Tampih pada pantai seluas 20 m2. Pengambilan data Undur-undur laut (Hippa spp.) menggunakan alat khusus yaitu sorok. Terdapat 42 individu Undur-undur laut (Hippa spp.) yang dapat dikelompokkan ke dalam 2 famili yang ditemukan di Pantai Batu Tampih Kabupaten Tabanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Komposisi jenis Undur-undur laut (Hippa spp.) terdapat satu spesies yang menonjol yaitu Hippa adactyla, (2) Indeks diversita (H’) Undur-undur laut (Hippa spp.) di Pantai Batu Tampih Kabupaten Tabanan mencapai angka 0,4744. Angka tersebut menunjukkan bahwa indeks diversitas Undur-undur laut (Hippa spp.) di Pantai Batu Tampih Kabupaten Tabanan termasuk ke dalam kategori rendah, (3) Kemelimpahan relatif (KR) tertinggi Undur-undur laut (Hippa spp.) di Pantai Batu Tampih Kabupaten Tabanan adalah dari spesies Hippa adactyla sebesar 85,7143%.Kata Kunci : Hippa spp., Keanekaragaman, Kemelimpahan, Pantai Batu Tampih This research is aim to (1) know the composition of mole crab (Hippa spp.) species that live at Batu Tampih Beach in Tabanan Regency; (2) to know the index considerable of the variety of mole crab( Hippa spp.) that live at Batu Tampih Beach in Tabanan Regency; (3) to know the abudance of mole crab (Hippa spp.) that live at Batu Tampih Beach in Tabanan Regency. This reseach is a descriptive reseach that use field study design then continue with loratorium study. The sample of the study is determine throught the systematic way at Batu Tampih Beach, which has extensive around 20 m2. The data collection of mole crab (Hippa spp.) used a special tool called “sorok”. From that there are 42 individu of mole crab (Hippa spp.) that can be catagories into 2 family that the researcher found at Batu Tampih Beach in Tabanan Regency. The result of the research show: (1) based on the composition of mole crab (Hippa spp.) type there is a species that uppermost than other, Hippa adactyla. (2) indeks diversitas (H’) mole crab (Hippa spp.) at Batu Tampih Beach in Tabanan Regency reached 0,4744. That number shows, the indeks diversitas of mole crab (Hippa spp.) at Batu Tampih Beach in Tabanan belongs to low categories. (3) the higher relative abudance of mole crab (Hippa spp.) at Batu Tampih Beach in Tabanan Regency is Hippa adactyla 85,7143%.keyword : Hippa spp., Variety, Abudance, Batu Tampih Beach
TINGKAH LAKU MEMELIHARA ANAK (EPIMELETIC BEHAVIOR) BURUNG KUNTUL (Bubulcus ibis) DI DESA PETULU, UBUD, BALI ., I Wayan Jaya Antara; ., Drs.I Ketut Artawan,M.Si; ., Gede Ari Yudasmara, S.Si., M.Si.
Jurnal Pendidikan Biologi undiksha Vol 1, No 1 (2014):
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkah laku memelihara anak (epimeletic behavior) burung kuntul (Bubulcus ibis). Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratoris karena sifat dari penelitian ini mendalami fakta atau informasi dari lapangan tanpa manipulasi dimana hasilnya dipaparkan secara objektif melalui uraian atau narasi secara tertulis. Data tentang tingkah laku memelihara anak burung kuntul diperoleh melalui observasi menggunakan lembar observasi dan direkam menggunakan handycam. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif tanpa perhitungan statistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkah laku memelihara anak burung kuntul dilakukan sejak anakan berumur 2 hari sampai berumur 49 hari (sampai terbang). Tingkah laku memelihara anak burung kuntul sama seperti pada saat pengeraman yaitu dilakukan secara bergantian antara kedua induk. Induk yang bertugas memelihara anak burung kuntul telah menyediakan cadangan makanan yang disimpan dalam tembolok sebagai pasokan makanan untuk anaknya. Pemberian makan mengikuti perubahan dimana induk burung meletakkan makanan didalam sarang dan membiarkan anaknya mematuk sendiri makanan tersebut. Hubungan antara induk dan anak sudah putus sama sekali pada saat anak burung berumur 49 hari (sampai terbang). Anak burung sudah dapat terbang dan mencari makan sendiri. Aktivitas lain yang dilakukan burung kuntul untuk mendukung tingkah laku memelihara anak yaitu aktivitas bertengger, dan berkicau. Kata Kunci : tingkah laku memelihara anak; burung kuntul; desa petulu The purpose of this research is to know about the epimeletic behavior on kuntul bird (Bubulcus ibis). The kind of this research is descriptive exploratory research because the characteristics of this study are to explore the fact or information from the field without any manipulation and the result is presented objectively through explanation or written narration. The data about epimeletic behavior on kuntul bird was find out through observation using observation sheet and was recorded using handycam. The finding data in this research was analyze by qualitative descriptive without statistical calculations. The result of this research about epimeletic behavior on kuntul bird conducted since a 2 day until 49 day (up to fly). Epimeletic behavior on kuntul bird same as when incubation is done alternately between the parents. Parent will be charge the epimeletic behavior on chick have been providing food reserves stored in cache as the supply of food for their chick. The way of feeding food is also change in parent put the food in nest and let them alone to peck their food. The relationship between parent and chick has broken up at all during the 49 day (up to fly). The chick is able to fly and feed themselves. Other activities conducted kuntul bird in support of maintaining the epimeletic behavior that the activity of perch, and chirping.keyword : epimeletic behavior; kuntul bird; petulu village
VARIASI INTENSITAS CAHAYA MENGAKIBATKAN PERBEDAAN KECEPATAN REGENERASI SIRIP KAUDAL IKAN CUPANG (Betta splendens) DIPELIHARA DI RUMAH KOS ., Bimbi Inggayuing Gumilang; ., Drs.I Ketut Artawan,M.Si; ., Dr. Ni Luh Putu Manik Widiyanti,S.Si,M
Jurnal Pendidikan Biologi undiksha Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan cupang (Betta splendens) merupakan ikan yang memiliki tingkah laku unik yaitu bertarung. Perilakunya ini menyebabkan sirip indahnya terutama sirip bagian kaudalnya rentan megalami kerusakan.Sirip ikan mewakili vertebrata yang unik dengan kemampuan spektakuler untuk regenerasi berbagai organ setelah cedera traumatis. Salah satu faktor yang mempengaruhi regenerasi adalah intensitas cahaya. Dengan memberikan perlakuan lampu led merk “Opple” pada empat taraf yang berbeda yaitu intensitas cahaya 0 Lux (tanpa lampu), 3 watt (65 Lux), 6 Watt (90 Lux), dan 8 Watt (117 Lux) dapat diketahui adanya perbedaan kecepatan pertumbuhan dilihat dari panjang akhir sirip kaudal setelah 28 hari diamputasi dan perbedaan struktur anatominya. Jenis penelitian yaitu RAL. Sampel yang digunakan sebanyak 24 ikan cupang. Data menunjukkan rata-rata panjang siripakhir kaudal setelah 28 hari secara berurutan yaitu 1,10 cm, 1,16 cm, 1,28 cm, 1,35 cm pada intensitas cahaya 0 Lux, 65 Lux, 90 Lux, dan 117 Lux. Berdasarkan hasil uji ANAVA One Way menunjukkan bahwa nilai p sebesar 0,0001 sehingga nilai p < 0,05 yang berarti bahwa H1 yang menyatakan Terdapat perbedaan regenerasi pada sirip kaudal ikan cupang (Betta splendens) pada intensitas cahaya yang berbeda dilihat dari panjang akhir sirip kaudal selama 28 hari pengamatan diterima. Struktur anatomi sirip kaudal mengalami perbedaan setelah 28 hari diamputasi terutama pada bentuk akhir dan pigmentasinya. Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwaada perbedaan intensitas cahaya terhadap kecepatan regenerasi sirip kaudal ikan cupang (Betta splendens) dilihat dari panjang akhir sirip kaudal setelah 28 hari diamputasi, regenerasi paling cepat pada perlakuan 90 Lux, dan ada perbedaan struktur anatomi sirip kaudal ikan cupang (Betta splendens).Kata Kunci : kecepatan regenerasi, struktur anatomi, ikan cupang, intensitas cahaya BBetta fish (Bettasplendens) is a fish that has a unique behavior called fight. This behavior causes the beautiful fin particularly damage especially the caudal fin. Fin of fish represent unique vertebrate with a spectacular ability to regenerate different organs after traumatic injury. One of the factors that affect the regeneration is the intensity of light. By providing treatment led lights brand "Opple" at four different levels, namely the light intensity 0 Lux (without lights), 3 watt (65 Lux), 6 Watt (90 Lux), and 8 Watt (117 Lux) can know the difference in speed growth seen from the long end of the caudal fin after 28 days amputated and anatomic structure differences. This type of research is true experiment with RAL research design. The samples used were 24 betta fish. Data shows the average length of caudal fin end after 28 consecutive days ie 1.10 cm, 1.16 cm, 1.28 cm, 1.35 cm at 0 Lux light intensity, 65 Lux 90 Lux and 117 Lux. Based on the results of One Way ANOVA showed that the p value of 0.0001 so that the value of p
Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) Terhadap Pertumbuhan Pembuluh Darah Pada Membran Korio Alantois (MKA) Embrio Ayam Kampung (Gallus gallus) ., Km Satriaperbawa Irawan; ., Drs.I Ketut Artawan,M.Si; ., Gede Ari Yudasmara, S.Si., M.Si.
Jurnal Pendidikan Biologi undiksha Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan 1). Mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian ekstrak kulit buah Naga (Hylocereus polyrhizus) terhadap pertumbuhan pembuluh darah pada Membran Korio Alantois (MKA) embrio ayam Kampung (Gallus gallus); 2) Mengetahui bagaimana pengaruh pemberian ekstrak kulit buah Naga (Hylocereus polyrhizus) terhadap pertumbuhan pembuluh darah pada Membran Korio Alantois (MKA) embrio ayam Kampung (Gallus gallus). Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen (Eksperimental research). Model rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Post Test Only Kontrol Group Design. Penelitian ini menggunakan metoda CAM (Chorio Allantois Membrane). Populasi penelitian ini adalah semua telur ayam yang terdapat di peternakan ayam di Mengwi. Dari populasi yang diasumsikan sama diambil 20 butir telur ayam kampung sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah delapan hari. Hasil penelitian menunjukkan 1) ada pengaruh pemberian ekstrak kulit buah Naga (Hylocereus polyrhizus) terhadap pertumbuhan pembuluh darah baru pada membran korio allantois embrio ayam kampung (Gallus gallus); 2) pada kelompok kontrol memiliki jumlah pembuluh darah total 1164 percabangan dan pertumbuhan pembuluh darah tidak terpengaruh oleh adanya paperdisk yang diimplantasi pada membran korio allantois sedangkan pada kelompok eksperimen memiliki jumlah pembuluh darah total 372 percabangan dan pertumbuhan pembuluh darah terganggu oleh paperdisk yang diimplantasi. Hal tersebut dapat dilihat dari zona hambatan yang dihasilkan pada membran korio allantois embrio ayam kampung.Kata Kunci : ekstrak kulit buah Naga (Hylocereus polyrhizus), membran korio alantois, embrio ayam kampong (Gallus gallus). This research aimed at 1) knowing whether there is any effect of giving the extract of dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) rind toward the growth of blood vessel in Chorio Allantois Membrane (CAM) of chick embryo (Gallus gallus); 2) Knowing how the effect of giving the extract of dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) rind toward the growth of blood vessel in Chorio Allantois Membrane (CAM) of chick embryo (Gallus gallus). The type of this research was experimental research. The research design used was Post Test Only Kontrol Group Design. This research used the method of CAM (Chorio Allantois Membrane). The population of this research was all chick eggs in chicken farm in Mengwi. From the population that was assumed to be equal, there were 20 eggs of chick taken as the sample of this research. The data collection of this research were collected by eight days. The results of the research showed that 1) there is the effect of giving the extract of dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) rind toward the growth of blood vessel in Chorio Allantois Membrane (CAM) of chick embryo (Gallus gallus); 2) In control group had a total number of blood vessal of 1164 branches and the growth of blood vessel was not affected by the existence of paperdisk that was implanted in Chorio Allantois Membrane. Meanwhile, in experimental group had a total number of blood vessel of 372 branches and the growth of blood vessel was disturbed by implanted paperdisk. Those things can be seen from inhibition zone that was resulted in Chorio Allantois Membrane of chick embryo.keyword : Extract of Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus) rind, Chorio Allantois Membrane, Chick Embryo (Gallus gallus)
PENGARUH JARAK PEMINDAHAN TERHADAP KEBERHASILAN KEMBALI PULANG (HOMING) KODOK BUDUK (Bufo melanostictus) ., Ni Wayan Mery Wintari; ., Drs.I Ketut Artawan,M.Si; ., Dr. Ida Bagus Jelantik Swasta,M.Si
Jurnal Pendidikan Biologi undiksha Vol 1, No 1 (2014):
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Amphibi seringkali meninggalkan rumahnya menuju habitat berbeda dengan jarak yang cukup jauh untuk bereproduksi atau berburu mangsa. Setelah meninggalkan rumah, dalam kenyataannya mereka memerlukan mekanisme yang menuntun untuk mengetahui jalan pulang (homing). Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui keberhasilan kembali pulang (homing) kodok Buduk (Bufo melanostictus) setelah percobaan translokasi, (2) menghitung besarnya persentase keberhasilan homing kodok Buduk sampai jarak pemindahan terjauh, dan (3) menghitung kecepatan rata-rata homing kodok Buduk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen lapangan dengan rancangan pra eksperimen one shot case study. Tujuh sampel kodok Buduk diambil masing-masing dari tiga lokasi penelitian; Desa Sambangan, Kelurahan Banyuning, dan Kelurahan Sukasada, Kabupaten Buleleng, kemudian dipindahkan bertahap dari jarak 30 meter sampai 180 meter dengan interval 30 meter. Jumlah kodok Buduk yang dipindahkan pada masing-masing jarak setelah pemindahan 30 meter bergantung pada jumlah kodok Buduk yang berhasil pulang pada jarak sebelumnya. Penelitian dilaksanakan dari 1 Februari-3 Maret 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kodok Buduk (Bufo melanostictus) di Desa Sambangan, Kelurahan Banyuning, dan Kelurahan Sukasada memiliki tingkat keberhasilan kembali pulang (homing) yang rendah, hanya 3 ekor kodok Buduk yang berhasil homing sampai jarak pemindahan 180 meter, (2) persentase keberhasilan homing kodok Buduk sampai jarak pemindahan terjauh (180 meter) adalah sebesar 14,28%, dan (3) kecepatan rata-rata homing kodok Buduk yang diperoleh adalah 5,5 m/jam. Kata Kunci : Kodok Buduk, translokasi, pulang Amphibian usually leave their home site and go to a new habitat in long distance for some activities like reproduction or predation. In fact, they need a mechanism to go back home after that. This research aimed to know (1) the successful homing of Buduk toad (Bufo melanostictus) after translocation experiment, (2) count successful homing percentage of Buduk toad in furthermost translocation distance, and (3) count the average speed of homing of Buduk toad. This research is field experiment with pra experiment design, one shot case study. Seven Buduk toads as sample were taken from each place; Desa Sambangan, Kelurahan Banyuning, and Kelurahan Sukasada Kabupaten Buleleng. They were moved step by step from 30 meters to 180 meters away from their home site, within 30 meters interval. The amount of Buduk toad that moved in each distance after 30 meters translocation distance depend on the successful homing amount in previous distance. This research was conducted from February 1st to March 3rd, 2014. The results show that (1) Buduk toads in Desa Sambangan, Kelurahan Banyuning, and Kelurahan Sukasada have low level of successful homing, overall only 3 toads are success to homing , (2) the successful homing percentage of Buduk toad in furthermost translocation distance (180 meters) is 14,28%, and (3) the average speed of homing of Buduk toad is 5,5 meters/hour. keyword : Buduk toad, translocation, homing
VARIASI DOSIS EKSTRAK DAUN SALAM [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] MENYEBABKAN PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) HIPERGLIKEMI ., Nurul Hidayah; ., Drs.I Ketut Artawan,M.Si; ., Ida Ayu Putu Suryanti,S.Si.,M.Si
Jurnal Pendidikan Biologi undiksha Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daun salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp.] merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah. Kandungan flavonoid didalam daun salam diduga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi dosis ekstrak daun salam dalam menurunkan kadar glukosa darah terhadap tikus putih. Dua puluh empat ekor tikus dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Kelompok I (kontrol) diberi aquades, kelompok II diberi ekstrak daun salam dengan dosis 0,5 mg/kgBB, kelompok III diberi ekstrak daun salam dengan dosis 1 mg/kgBB, dan kelompok IV diberi ekstrak daun salam dengan dosis 1,5 mg/kgBB. Sebelum diberi perlakuan, tikus diberikan glukosa secara oral. Pada menit ke-30 setelah pembebanan glukosa, tikus yang mengalami hiperglikemi ( >110 mg/dL) diberi perlakuan dengan ekstrak daun salam secara oral. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada menit ke-30 setelah pembebanan glukosa (pretest) dan menit ke-120 setelah pemberian perlakuan (posttest), sampel darah diambil dari vena lateralis ekor. Data diuji dengan One-Way ANOVA satu jalur yang dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui dosis paling optimal. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun salam dapat menurunkan kadar glukosa darah. Dosis 0,5 mg/kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan rata-rata 58,67 (0,39%), sedangkan dosis 1 mg/kg BB adalah 51,67 (0,37%) dan dosis 1,5 mg/kg BB adalah 31,5 (0,20%). Kata Kunci : Ekstrak daun salam, Glukosa Darah, Hiperglikemi. Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. is one of plant that can be used for the treatment to lowering blood glucose levels. The content of flavonoids in the leaves could be expected to lower blood glucose levels. The purpose of this research was to find out the potential extract bay leaf in lowering blood glucose levels of the ratswhite. Twenty-four rats were divided into 4 treatment groups. Group I as (control) were treated distilled water, group II were treated extract bay leaf with dose 0,5 mg/kgBB, group III were treated extract bay leaf with dose 1 mg/kgBB, group IV were treated extract bay leaf with dose 1,5 mg/kgBB. Before being given treatment, the rat to given glucose orally. Minutte 30 after the imposition of glucose, mice had hiperglikemi treated with bay leaf extract orally. Measurement blood glucose levels performed on minute 30 after the imposition of glucose (pretest) and at the minute 120 after the provision of treatment (posttest), blood samples were taken from the vein lateral tail. The data were analyzed by One Way ANOVA and LSD test to know the dose optimal in lowering blood glucose levels. The results showed the bay leaf extract can lower blood glucose levels. Dose of 0,5 mg/kg body weight may decrease to levels an average of 58,67 (0,39%), while the dose of 1 mg/kg body weight was 51,67 51,67 (0,37%) and a dose of 1,5 mg/kg body weight was 31,5 (0,20%). keyword : Bay Leaf Extract, Blood Glucose, Hiperglikemi.
EFEKTIFITAS BIOPESTISIDA EKSTRAK KASAR DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) TERHADAP MORTALITAS KUTU PUTIH (Paracoccus marginatus) ., Putu Wira Adi Sanjaya; ., Drs.I Ketut Artawan,M.Si; ., I M P Anton Santiasa, S.Pd.,M.Si.
Jurnal Pendidikan Biologi undiksha Vol 2, No 1 (2015):
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kutu putih merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman yang perlu dihindari. Perlindungan terhadap tanaman terhadap kutu putih perlu dilakukan dengan menggunakan pestisida alami. Bahan pestisida alami salah satunya berasal dari daun cengkeh. Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui biopestisida ekstrak kasar daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) mempunyai efek mortalitas terhadap kutu putih (Paracoccus marginatus), (2) mengetahui Lethal Concentration 50% (LC50) dari ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) yang efektif dalam membunuh kutu putih (Paracoccus marginatus). Penelitian ini meripakan penelitian sungguhan dengan menggunakan model rancangan acak lengkap (RAL). Sampel dalam penelitian ini adalah kutu putih yang diasumsikan homogen. Jumah sampel sebanyak 320 ekor. Variabel bebas penelitian ini adalah pemberian ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dengan konsentasi 0%, 5%, 10% dan 15% . Variabel terikat adalah jumlah kutu putih yang mati. Pengumpulan data diperoleh dari metode eksperimen dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik Non Parametrik. Hasil penelitian menunjukan (1) ada perbedaan efektifitas biopestisida ekstrak kasar daun cengkeh yang berbeda berdasarkan uji Kruskall Wallis yakni nilai signifikansi sebesar 0,00, dimana nilai tersebut