Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Expression of Immunoglobulin G / Immunoglobulin M Typhoid On Neutrophil-Lymphocyte Ratio In Patients At Haji Hospital, Surabaya Zerlinda, Nur; Woelansari, Evy Diah; Anggraini, Anita Dwi
International Journal of Advanced Health Science and Technology Vol. 3 No. 4 (2023): August
Publisher : Forum Ilmiah Teknologi dan Ilmu Kesehatan (FORITIKES)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35882/ijahst.v3i4.289

Abstract

Typhoid fever is one of the major bacterial infections worldwide caused by the bacterium Salmonella enterica serovars typhi in humans. The examination used is the rapid Typhoid test. This rapid typhoid test is used to detect antibodies to Salmonella typhi. The purpose of the study was to determine the results of the Neutrophil - Lymphocyte Ratio with various criteria results from the Immunoglobulin G / Immunoglobulin M Test in typhoid fever patients. This type of study is descriptive observational with selective sampling taken. The samples in this study were 28 samples conducted in April 2023 on typhoid fever patients at the Hajj Hospital in East Java Province. This study used the Rapid Typhoid Test Immunochromatography method with positive Widal criteria and supporting examination using Neutrophil–Lymphocyte Ratio (NLR) with Hematology Analyzer tool Fluorescent Flow Cytometry method. Typhoid and NLR rapid test results are processed descriptively in tables and based on percentages. The results obtained from the rapid test were positive IgM of 29%, positive IgG of 11%, positive IgG and IgM of 3%, and negative IgG and IgM of 57%. The average NLR was 4,43% with a median of 2,85. IgG / IgM examination of NLR showed no significant association in typhoid fever patients. It is hoped that this research will be further developed using Salmonella culture examination.
Deteksi Gen blaTEM Dari Bakteri Klebsiella Pneumoniae Penghasil Extended Spectrum Beta-Lactamase (ESBL) Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Widyawati, Keri Ayu; Suliati; Anggraini, Anita Dwi; Wisnu Istanto
Jurnal Media Analis Kesehatan Vol 15 No 2 (2024): JURNAL MEDIA ANALIS KESEHATAN
Publisher : Potekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/jmak.v15i2.814

Abstract

Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang terjadi pada saluran uretra dan kandung kemih yang disebabkan oleh bakteri Klebsiella pneumoniae salah satunya. Pengobatan atau terapi yang sering digunakan untuk penderita infeksi saluran kemih yakni dengan pemberian antibiotik golongan beta-laktam. Namun, terdapat beberapa bakteri yang memiliki enzim beta-laktamase yang merupakan salah satu penyebab bakteri resisten terhadap antibiotik. Enzim tersebut dikodekan oleh gen salah satunya gen TEM yang dapat menghidrolisis antibiotik golongan beta-laktam. Tujuan studi ini untuk mendeteksi gen blaTEM terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae penghasil Extended Spectrum Beta-Lactamase (ESBL) yang diisolasi dari urin pasien infeksi saluran kemih. Metode penelitian memanfaatkan Deskriptif kuantitatif dengan jumlah sampel penelitian 30 pasien infeksi saluran kemih di PSPAL Dr, Ramelan Surabaya. Studi ini dilakukan pada bulan Februari – Mei 2024. Identifikasi dan uji sensitivitas antibiotik memanfaatkan alat Vitek 2 Compact, uji konfirmasi ESBL menggunakan metode DDST, dan deteksi gen blaTEM menggunakan alat PCR Konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7(23%) sampel yang positif gen blaTEM, ditandai dengan terbentuknya pita DNA dengan panjang basa 445bp pada elektroforesis. Dapat disimpulkan bahwa gen blaTem pada bakteri Klebsiella pneumoniae terdeteksi sebagai produsen ESBL pada pasien infeksi saluran kemih
Gambaran Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) pada Ibu Hamil di Puskesmas Wringinanom, Gresik Niswata, Navila Arfianti; Suhariyadi, Suhariyadi; Anggraini, Anita Dwi; Woelansari, Evy Diah
Medica Arteriana (Med-Art) Vol 6, No 2 (2024): Desember 2024
Publisher : University of Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/medart.6.2.2024.50-55

Abstract

Latar Belakang: Penularan virus hepatitis B (VHB) secara vertikal masih menjadi faktor utama dari penularan penyakit hepatitis B di negara dengan tingkat endemisitas infeksi tinggi termasuk Indonesia. Berdasarkan laporan Deteksi Dini Hepatitis B (DDHB) ibu hamil tahun 2022 di Provinsi Jawa Timur, prevalensi dari hepatitis B pada ibu hamil di Kabupaten Gresik adalah 3,24% yang termasuk dalam prevalensi HBsAg 5 tertinggi di Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2023, diketahui 22 ibu hamil dengan hasil pemeriksaan positif HBsAg di Puskesmas Wringinanom, Gresik. Skrining pada ibu hamil adalah cara terbaik untuk mencegah virus hepatitis B menyebar dari ibu ke bayi. Sehingga tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil di Puskesmas Wringinanom Gresik.Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan sampel penelitian adalah data primer dari pemeriksaan sampel serum darah pasien ibu hamil dari trimester pertama, kedua, dan ketiga yang berkunjung ke Puskesmas Wringin-anom Gresik untuk melakukan pemeriksaan ANC terpadu (Antenatal Care) dan melakukan pemeriksaan HBsAg. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 30 orang ibu hamil. Metode yang digunakan adalah imunokromatografi dengan strip HBsAg rapid test dengan analisa data menggunakan uji distribusi frekuensi.Hasil: Ibu hamil dengan hasil pemeriksaan positif HBsAg adalah sebanyak 3 orang (10%) dan hasil pemeriksaan negatif HBsAg adalah 27 orang (90%). Ibu hamil dengan positif HBsAg berdasarkan karakteristik ditemukan 67% pada ibu hamil dengan interval umur 26-35 tahun dan pada trimester I. Ditemukan 33% pada interval umur 36-45 tahun dan pada trimester III. Serta ditemukan 100% pada ibu multigravida.Kesimpulan:Terdapat 10% pemeriksaan HBsAg dinyatakan positif pada Ibu hamil di Wilayah Puskesmas Wringinanom Gresik.
HUBUNGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH DENGAN ANGKA RETIKULOSIT, KADAR HEMOGLOBIN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH & SEHAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR Maudita, Nauril; Sasongkowati, Retno; Suliati, Suliati; Anggraini, Anita Dwi
CENDEKIA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/cendekia.v5i2.5710

Abstract

Soil-transmitted helminth (STH) infections are a significant public health problem, especially in tropical and subtropical countries with limited sanitation. Transmission occurs through soil contaminated with the feces of infected individuals, which contain helminth eggs such as Ascaris lumbricoides (roundworm) and Trichuris trichiura (whipworm), as well as hookworm larvae. This study aims to analyze the relationship between STH infection and hematological status (reticulocyte count and hemoglobin level) and Clean and Healthy Living Behavior (PHBS) in vulnerable elementary school students. Using a cross-sectional design, the study involved 44 students at SDN Sobontoro 2. The results showed that 23% of students (10 children) tested positive for STH infection. Statistical analysis using the Spearman test found no significant correlation between STH infection and reticulocyte count (p=0.072) or hemoglobin level (p=0.124). However, a very significant relationship was found between STH infection and PHBS (p=0.000). These findings underline that poor PHBS practices are a major risk factor that directly contributes to high rates of STH infections. ABSTRAKInfeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah, atau Soil Transmitted Helminth (STH), merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan, terutama di negara-negara tropis dan subtropis dengan sanitasi terbatas. Penularannya terjadi melalui tanah yang terkontaminasi tinja penderita, yang mengandung telur cacing seperti Ascaris lumbricoides (cacing gelang) dan Trichuris trichiura (cacing cambuk), serta larva cacing tambang (hookworm). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara infeksi STH dengan status hematologis (angka retikulosit dan kadar hemoglobin) serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa sekolah dasar yang rentan. Menggunakan desain cross-sectional, penelitian melibatkan 44 siswa di SDN Sobontoro 2. Hasil menunjukkan 23% siswa (10 anak) positif terinfeksi STH. Analisis statistik menggunakan uji Spearman tidak menemukan korelasi signifikan antara infeksi STH dengan angka retikulosit (p=0,072) maupun kadar hemoglobin (p=0,124). Namun, ditemukan hubungan yang sangat signifikan antara infeksi STH dan PHBS (p=0,000). Temuan ini menggarisbawahi bahwa praktik PHBS yang buruk adalah faktor risiko utama yang berkontribusi langsung terhadap tingginya angka infeksi STH.  
Pemanfaatan Teri Jengki (Stolephorus indicus) Dan Layang Deles (Decapterus macrosoma) Sebagai Media Alternatif Pertumbuhan Escherichia coli Nurhasanah, Armelia Gitasari; Pestariati, Pestariati; Anggraini, Anita Dwi; Astuti, Sri Sulami Endah
THE JOURNAL OF MUHAMMADIYAH MEDICAL LABORATORY TECHNOLOGIST Vol 6 No 1 (2023): The Journal Of Muhammadiyah Medical Laboratory Technologist
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/jmlt.v6i1.14452

Abstract

ABSTRAK Nutrient agar merupakan jenis media umum yang sering digunakan pada laboratorium, harga media ini relatif mahal. Nutrient agar berbentuk padat, terdiri atas campuran ekstrak daging, pepton serta agar. Ikan teri jengki dan ikan layang deles jumlahnya melimpah di Indonesia. Ikan teri jengki (Stolephorus indicus) mengandung protein 51.54%, sementara ikan layang deles (Decapterus Macrosoma) mengandung protein sebesar 57,89%. Escherichia coli digunakan sebab bakteri ini merupakan salah satu jenis mikroorganisme kontrol positif yang direkomendasikan berdasarkan Data Sheet Nutrient Agar OXOID. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan tiga perlakuan pada masing-masing bahan yaitu variasi massa 3 gram, 4 gram dan 5 gram yang dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan jumlah koloni rata-rata Escherichia coli yang tumbuh pada kontrol positif sebanyak 118 x 1013, sementara pada media ikan teri jengki variasi massa 3 gram adalah 72 x 1013 CFU/mL, 4 gram sebanyak 85 x 1013 CFU/mL, 5 gram sebanyak 94 x 1013 CFU/mL. Pada media ikan layang deles variasi 3 gram sebanyak 88 x 1013 CFU/mL, 4 gram sebanyak 96 x 1013 CFU/mL, 5 gram 108 x 1013 CFU/mL. Variasi massa yang paling baik dan mendekati hasil kontrol positif (nutriet agar) pada ikan teri jengki dan ikan layang deles adalah variasi massa 5 gram.Kata kunci: ikan teri jengki, ikan layang deles, Escherichia coli, nutrient agar
Deteksi Gen GST (Glutathione S-Transferase ) pada Nyamuk Aedes aegypti Resistensi Insektisida Metomil Metode Real-Time Anggraini, Anita Dwi
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 7 No. 2 (2025): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : CV. Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/jsi.v7i2.302

Abstract

Latar Belakang: Salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia adalah DBD, penyakit ini terus meningkat setiap tahun. Sehingga, perlu dilakukan pencegahan dengan cara pengendalian vektor yaitu pemberian insektisida yang dilanjut dengan pemeriksaan berbasis molekuler. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gen GSTpada nyamuk Aedes aegypti yang resisten terhadap insektisida metomil. Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif untuk mengetahui adanya gen (Glutathioone S-Transferase) dan pengumpulan data dilakukan secara observasi atau pengambilan secara langsung. Hasil: Pada uji resistensi didapatkan 54,66% yaitu 41 ekor dari 75 ekor nyamuk yang resisten terhadap paparan insektisida metomil. Nyamuk yang resisten dilanjutkan untuk deteksi gen GST dengan hasil yang muncul berupa nilai CT. Hasil yang didapatkan dari 4 sampel uji mununjukkan hasil N/A pada nilai CT. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa 100% sampel uji negatif atau tidak terdeteksi gen GST.
Gen Exfoliatif A (EtA) Staphylococcus aureus Pada Isolat Luka Pasien Diabetes Mellitus Suliati, Suliati; Sasongkowati, Retno; Endarini, Lully Hanni; Anggraini, Anita Dwi
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 12, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/2trik12204

Abstract

Diabetes mellitus is a degenerative disease that has many complications, one of which is diabetic ulcers. People with diabetes mellitus who have open wounds will be more susceptible to infection because an increase in blood sugar can make the wound a nutrient and a place for bacterial growth. One of the bacteria that causes infection in open wounds is Staphylococcus aureus. Toxins released by Staphylococcus aureus can cause Staphylococcal Scaled Skin (SSS). This quantitative descriptive study was conducted at the Diabetes Wound Specialist House, involving patients with diabetes mellitus at the Diabetes Wound Specialist Hospital. Bacterial culture from patient wound swabs was carried out at the Microbiology Laboratory, Poltekkes Kemenkes Surabaya; while the detection of the Staphylococcus aureus EtA gene was carried out at the ITD (Institute of Tropical Diseases) Laboratory. Data were analyzed descriptively. The PCR results showed that from 30 samples of diabetes mellitus wound swabs, 2 samples were found positive for the presence of Staphylococcus aureus bacteria.Keywords: Exfoliative A gene; Staphylococcus aureus; diabetes mellitus  ABSTRAK Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang punya banyak diikuti dengan komplikasi, salah satu di antaranya adalah ulkus diabetik. Penderita diabetes melitus yang memiliki luka terbuka akan lebih rentan mengalami infeksi karena adanya kenaikan gula darah dapat menjadikan luka tersebut menjadi nutrisi dan tempat pertumbuhan bakteri. Salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi pada luka terbuka adalah Staphylococcus aureus. Toksin yang dikeluarkan oleh Staphylococcus aureus dapat menyebabkan Staphylococcal Scaled Skin (SSS). Penelitian deskriptif kuantitatif ini dilaksanakan di Rumah Spesialis Luka Diabetes, dengan melibatkan pasien diabetes mellitus di Rumat Spesialis Luka Diabetes. Kultur bakteri dari usap luka pasien dilakukan di Laboratotium Mikrobiologi, Poltekkes Kemenkes Surabaya; sedangkan deteksi gen EtA bakteri Staphylococcus aureus dilakukan di Laboratorium ITD (Institute of Tropical Diseases). Data dianalisis secara deskriptif. Hasil PCR menunjukkan bahwa dari 30 sampel usap luka diabetes melitus, telah ditemukan 2 sampel positif adanya bakteri Staphyococcus aureus.Kata kunci: gen Exfoliatif A; Staphylococcus aureus; diabetes mellitus