Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pemikiran Etika Perang Imām al-Shawkānī: Analisis Teori Just War dan Relevansi Konflik Israel-Palestina: Imām al-Shawkānī's Thoughts on War Ethics: An Analysis of the Just War Theory and the Relevance of the Israel-Palestine Conflict Rizaka, Maghza; Muhid, Muhid; Nurita, Andris; Badi', Syamsul; Kharmain, Muhammad Miftah
Tasfiyah: Jurnal Pemikiran Islam Vol. 8 No. 2 (2024)
Publisher : University of Darussalam Gontor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/tasfiyah.v8i2.11959

Abstract

This research analyzes Imām al-Shawkānī’s thoughts on war ethics within the Just War theory perspective, using the book “Nayl al-Awṭār.” The Israel-Palestine conflict is seen as an example of the abuse of power in just war ethics to the detriment of Palestinian civilians. Just War theory emphasises justice, proportionality and protection of civilians, yet Israel's military operations often violate these principles. Imām al-Shawkānī's thought in Nayl al-Awṭār had an Islamic perspective that emphasised justice and humanity in war. Integrating Just War principles with al-Shawkānī's ethics of war can provide a strong ethical framework to evaluate military actions in the Israel-Palestine conflict and seek a more just solution. Through a library research method and descriptive analysis, this study aims to contribute to the explanation of the connection between religion, ethics, and armed conflict, while promoting international peace and justice. Its practical implications highlight the significance of strengthening Islamic values in facing foreign cultural dominance, while its contemporary relevance underscores the necessity of upholding international law and human rights conventions in addressing armed conflicts. Thus, this research not only provides new insights into the ethics of war in Islam but also highlights the importance of actions to uphold humanity and justice in global armed conflicts.
Konsep Harga Diri: Studi Komparasi Perspektif Psikologi Modern dan Islam Arroisi, Jarman; Badi', Syamsul
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 27 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/10.20885/psikologika.vol27.iss1.art7

Abstract

Harga diri (self-esteem) merupakan penilaian harga diri manusia dalam dunia psikologiyang dikaji melalui seperangkat metode yang telah dirumuskan oleh para tokoh psikologi Barat.Dalam pandangan mereka pola pikir, sikap dan perilaku serta keberadaan seseorang, sangatmenentukan tinggi rendahnya harga diri. Artikel ini bertujuan mengeksplor perbedaan harga diri dan muru’ah dalam pandangan psikologi Barat dan Islam. Dengan menggunakan metode deskriptif-analisis serta menjadikan perpustakaan sebagai basis data peneliti sampai pada beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut; harga diri merupakan harga diri seseorang yang bisa dinilai melalui sikap, pola pikir dan tingkah laku manusia saja. Sementara muru’ah merupakan harga diri seseorang yang dapat diukur dengan pola pikir, sikap dan tingkah laku seseorang dan dapat dilihat melalui hubungan seseorang dengan sesamanya dan juga hubungannya dengan Tuhan. Harga diri dinilai mampu mewujudkan kesejahteraan psikologis manusia namun tidak mampu menghadirkan kesejahteraan spiritual seperti yang ditawarkan dalam psikologi Islam. Psikologi Islam memiliki corak tersendiri karena bersumber pada wahyu Tuhan. Berbeda dengan psikologi modern yang menyandarkan kajiannya pada kekuatan penelitian dan eksprimen. Sebab itu, untuk kepentingan yang lebih besar serta kesejahteraan yang lebih holistik perlu ditelaah kembali paradigma yang tertanam dalam konsep harga diri, tentu dengan melihat aspek kelebihan dan kekurangannya. Sekaligus meneguhkan perlunya konsep muru’ah dalam Islam menjadi standar dan tolak ukur dalam melihat harga diri seseorang.
Konsep Fana' menurut Abu ‘Abdullah Al-Anṣārī Al-Harawi Ihsan, Nur Hadi; Badi', Syamsul; Bima Sakti, Mohammad Djaya Aji
el Buhuth: Borneo Journal of Islamic Studies el Buhuth: Borneo Journal of Islamic Studies, 4(1), 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Center for Research and Community Services), Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.268 KB) | DOI: 10.21093/el-buhuth.v4i1.3538

Abstract

Artikel ini berupaya menjelaskan konsep fanā’ dalam pandangan Abu `Abdullah al-Ansari al-Harawi, seorang tokoh sufi bermadzhab Hanbali dari Herat. Beliau adalah seorang ulama yang sangat keras menentang bid‘ah, namun beliau juga dikenal sebagai seorang sufi yang taat dan terkenal kebijaksanaannya. Pada awal kemunculannya, bahkan sampai saat ini, konsep fanā’ dinilai sebagai ajaran yang menyesatkan yang membuat seorang muslim bisa meninggalkan Syari‘at dengan dalih pencapaian fanā’. Untuk itu, peneliti mencoba menganalisis konsep fanā’ melalui kajian literatur tasawuf, kitab Manāzil al-Sāirīn karya al-Harawi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitik yang akan digunakan untuk menguraikan teori dan konsep, serta mengujinya dengan data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan merujuk kepada berbagai literatur tokoh tasawuf yang membahas tentang fanā’ untuk dapat mengambil kesimpulan. Kajian ini mendapati bahwa konsep fanā’ dalam pandangan al-Harawi lebih dapat diterima dan relevan untuk dijadikan pedoman pada saat ini. Dalam hal ini, al-Harawi telah meletakkan dasar-dasar ontologis, epistemologis, dan aksiologis fana’ dalam tradisi intelektual dan spirituali Islam. Usaha yang telah dirintis ini dapat memudahkan generasi berikutnya dalam memahami dan menjalani tahapan spritual untuk mencapai fana’ serta berdampak positif pada peningkatan dan penguatan keimanan dan keyakinan terhadap Syariat Ilahi.