Abdul Haris Rosyidi
Unknown Affiliation

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Pengembanagan Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Tatag Yuli Eko Siswono, ; Abadi, ; Abdul Haris Rosyidi,
Widya Cendika Vol 5, No 1 (2010)
Publisher : Widya Cendika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengembangkan model pembelajaran matematika berbasis pengajuan dan pemecahan masalah yang secara teoritis untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif sekaligus perangkatnya yang valid. Penelitian pengembangan ini mengikuti model Plomp, yang terdiri dari fase investigasi awal, desain, realisasi, pengujian (evaluasi dan revisi), dan implementasi. Penelitian tahap ini hanya dilakukan pada tiga fase pertama. Fase investigasi awal dilakukan dengan studi pustaka untuk mengkaji teori model pembelajaran berbasis pemecahan dan pengajuan masalah, penelitian-penelitian yang relevan, dan mengidentifikasi karakteristik siswa dan gasmbaran pengelolaan pembelajaran oleh guru di kelas. Fase desain dilakukan dengan mengembangkan draf model (protipe awal model) yang terdiri dari sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak instruksional maupun dampak pendukung. Fase realisasi berupa pengembangan draf model (protipe awal) perangkat pembelajaran yang terdiri dari buku siswa, LKS, dan penilaian. Selain itu dilakukan panel group discussion dengan guru-guru dan peneliti untuk melihat keterbacaan dan kesesuaian model terhadap kebutuhan guru dalam mengajar di kelas.Pada fase investigasi awal telah dihasilkan teori model pembelajaran berbasis pemecahan dan pengajuan masalah, hasil identifikasi karakteristik siswa kelas 5 pada 6 sekolah di kabupaten Sidoarjo, yaitu SDN Masangan Kulon Sukodono, SDN Sepanjang II Taman, SDN Gilang I Taman, SDN Kebon Agung II Sukodono, SDN Sidorejo Krian, dan SDN Jemirahan Jabon, dan gambaran pengelolaan pembelajaran oleh guru yang diperoleh dari angket. Hasil identifikasi siswa masih tidak dapat menyelesaikan soal divergen dan guru belum menekankan pembelajaran yang mengarah pada kemampuan berpikir kreatif siswa. Fase desain menghasilkan draf model (protipe awal model) yang terdiri dari sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak instruksional maupun dampak pendukung. Fase realisasi dihasilkan draf model (protipe awal) perangkat pembelajaran yang terdiri dari buku siswa, LKS, dan penilaian, dan berdasar pendapat penilai (guru) dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas.
Garis Bilangan Kosong sebagai Model Mengajarkan Penjumlahan dan Pengurangan Sampai 100 di Sekolah Dasar Neni Mariana, ; Abdul Haris Rosyidi,
Pendidikan Sekolah Dasar Vol 4, No 3 (2005)
Publisher : Pendidikan Sekolah Dasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahasan penjumlahan dan pengurangan sampai bilangan 100 merupakan salah satu dasar pembelajaran mental aritmatika di kelas-kelas rendah sekolah dasar. Beberapa tahun ini, para matematikawan di beberapa negara berkembang, seperti Belanda, telah meneliti penggunaan model mental aritmatika baru untuk mengajarkan penjumlahan dan pengurangan di sekolah dasar, yaitu dengan garis bilangan kosong. Artikel ini tidak menggambarkan pembelajaran penjumlahan dan pengurangan itu sendiri, tetapi lebih menekankan pada penggunaan garis bilangan kosong yang nampaknya menjadi sebuah model yang sangat kuat untuk pembelajaran penjumlahan dan pengurangan sampai 100 bagi siswa sekolah dasar, karena memiliki beberapa keunggulan. Di Indonesia sendiri, penelitian tentang penggunaan garis bilangan kosong masih belum terdengar. Oleh sebab itu, dalam tulisan ini hasil-hasil penelitian yang dikemukakan merupakan hasil yang diambil dari negara lain. Dengan demikian, dapat dijadikan gambaran umum untuk disesuaikan dengan pembelajaran matematika bagi siswa-siswa sekolah dasar di Indonesia
UNDERSTANDING OF ONE VARIABLE LINEAR INQUIRY TOPIC SMP STUDENTS WITH SPUR APPROACH Husna Fidda Ro'aini; Abdul Haris Rosyidi
MATHEdunesa Vol 9 No 3 (2020): Jurnal Mathedunesa Volume 9 Nomor 3 Tahun 2020
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.936 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v9n3.p540-551

Abstract

Students' understanding can be known based on 4 components, (1) mastery of procedures (skills), (2) the ability to use properties and principles, (3) the ability to use in the context of the problem (uses), and (4) the ability to make representations ( representation). This qualitative research aims to describe students' understanding of the topic of the linear inequality of one variable guided by the 4 components of understanding. The research subjects were 3 students of grade VIII, with details of 1 student indicated to have fulfilled the 4 components of understanding, 1 student indicated to have fulfilled the 3 components of understanding, and 1 student indicated to have fulfilled the 2 components of understanding. Data collection techniques, namely task-based interviews. The results showed that the skill component of each subject mastered the inequality solving procedure, but there were differences in how to simplify, and the accuracy of each subject was also different. In the properties component, each subject provides truth arguments and conclusions in solving problems, but there are differences when identifying problems by using properties related to inequalities. In the use component, each subject is able to solve contextual problems related to inequalities, but there are differences in how to make the mathematical model. In the representation component, each subject has the ability to solve the inequality, but there are differences in representing the results. Keywords: Understanding, one variable linear inequality, and SPUR
KONJEKTUR SISWA PADA MASALAH ANALOGI KLASIK TERBUKA TOPIK FUNGSI KUADRAT Malik Abdul Azis; Abdul Haris Rosyidi
MATHEdunesa Vol 10 No 2 (2021): Jurnal Mathedunesa Volume 10 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.324 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v10n2.p254-265

Abstract

Konjektur merupakan pernyataan yang diperoleh dari informasi yang diketahui dan diyakini kebenarannya,namun nilai kebenarannya perlu dibuktikan. Konjektur siswa dapat dilihat ketika mereka menyelesaikanmasalah analogi klasik terbuka (AKT). Pada masalah AKT siswa dituntut untuk berpikir kreatif dalammenduga sifat dari suatu hal tertentu yang belum diketahui sebelumnya menggunakan analogi. Penelitian inimerupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan konstruksi konjektur siswapada masalah AKT topik fungsi kuadrat. Instrumen pendukung penelitian adalah masalah AKT topik fungsikuadrat dan pedoman wawancara. Penelitian dilakukan secara online melalui googleform untuk pengerjaantes masalah analogi klasik terbuka dan whatsapp sebagai media untuk wawancara. Subjek penelitian iniadalah tiga siswa SMA di Surabaya yang dipilih dari 70 siswa yang memiliki alur menjawab masalah AKTberbeda-beda. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan tahapan konstruksi konjektur yaitu : 1)memahami masalah, 2) mengeksplorasi masalah, 3) merumuskan konjektur, 4) memberikan argumen, dan5) membuktikan konjektur. Hasil dari penelitian ini adalah subjek mampu menyelesaikan masalah AKTtopik fungsi kuadrat dengan tepat akan tetapi terdapat dua subjek yang memberikan argumen kurang tepatdan satu subjek memberikan bukti konjektur kurang tepat. Pada tahap memahami masalah, setiap subjekdapat memahami cara menyelesaikan masalah AKT. Pada tahap mengeksplorasi masalah, setiap subjekdapat menjelaskan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah AKT. Pada tahap merumuskankonjektur, setiap subjek dapat membuat konjektur dengan tepat menggunakan analogi atau kemiripankomponen A dan komponen C. Pada tahap memberikan argumen, semua subjek telah menggunakankemampuan penalaran analoginya, namun dua subjek memberikan argumen yang kurang tepat. Pada tahapmembuktikan konjektur, terdapat seorang subjek membuktikan menggunakan contoh kasus tertentusehingga bukti yang diberikan belum cukup untuk membuktikan konjektur yang diberikan. Hal tersebutmemperlihatkan bahwa siswa mampu menggunakan kemampuan penalaran analogi mereka untuk membuatkonjektur dengan tepat menggunakan kemiripan antara dua objek atau topik yang memiliki sifat yang mirip.Meskipun subjek mampu membuat konjektur dengan tepat akan tetapi subjek memberikan argumen danbukti yang kurang tepat. Untuk itu, guru perlu melatihkan kemampuan konjektur siswa salah satunyamenggunakan masalah AKT agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri.
Argumentasi Analogis Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin Lieska Maulita Shamimi; Abdul Haris Rosyidi
MATHEdunesa Vol 10 No 2 (2021): Jurnal Mathedunesa Volume 10 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.635 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v10n2.p320-329

Abstract

Analogical argumentation is a part of analogical reasoning which has an important role in mathematics. Analogical argumentation can help one to demonstrate that a statement is reasonable. Someone's argument can be seen when solving a problem because argumentation functions to generate and support a solution to a problem. In solving problems, gender influences the process. This qualitative research aims to describe students' analogical argumentation in solving math problems in terms of gender differences. The subjects of this study were two students from class VIII-K SMP Negeri 2 Surabaya, one male and one female with the same math ability. The research was conducted online via googleform for the analogical argumentation test and whatsapp as a platform for interviews. The research instruments were the analogical argumentation test and the latest interviews. The data obtained were then analyzed using analogical argumentation components, namely classification and conclusions. The results showed that there were complaints on the classification component, namely that the two students were able to identify the characteristics or structure of the source problem and the target problem so that the comments component was able to make a statement of the solution. The difference is in the classification component, namely students who are able to identify the problem between the problem and the target problem, not quite right in the understanding of the structure. Both female students were able to use analogical argumentation to conclude both problems logically, while male students were less logical.
Penalaran Analogi Siswa SMA dalam Pemecahan Masalah Pembuktian Ditinjau dari Perbedaan Jenis Kelamin Riskauni Fitri Maghfiroh; Abdul Haris Rosyidi
MATHEdunesa Vol 10 No 2 (2021): Jurnal Mathedunesa Volume 10 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (653.216 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v10n2.p420-432

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan penalaran analogi siswa SMA dalam pemecahan masalah pembuktian ditinjau dari perbedaan jenis kelamin. Subjek penelitian terdiri dari 4 siswa kelas XI SMA, 2 siswa perempuan dan 2 siswa laki-laki yang telah mempelajari materi prasyarat yang digunakan untuk membuktikan.yang materi prasyarat yang digunakan untuk membuktikan. Data dikumpulkan dengan wawancara berbasis tugas (tes penalaran analogi dalam pembuktian). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua subjek menyebutkan tujuan masalah dengan baik, mengidentifikasi kemiripan antara masalah sumber dengan masalah target namun melakukan kesalahan saat mengidentifikasi perbedaan masalah sumber dengan masalah target, dan subjek belum menggunakan kesesuaian antara masalah sumber dengan masalah target sehingga didalam prosesnya terjadi beberapa kesalahan. Perbedaan subjek laki-laki dan perempuan terdapat pada komponen identifikasi struktur masalah, siswa laki-laki dapat melalui komponen identifikasi struktur masalah sumber sedangkan siswa perempuan melakukan kesalahan pada komponen ini. Siswa laki-laki dan siswa perempuan memilih strategi yang berbeda dalam menyelesaikan masalah pembuktian yang diberikan. Kata Kunci: Pembuktian, Penalaran Analogi, Perbedaan Jenis Kelamin
MERENCANAKAN PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL: Siswa Laki-Laki vs Siswa Perempuan suki isffi ani; Abdul Haris Rosyidi
MATHEdunesa Vol 11 No 1 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.625 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n1.p97-110

Abstract

Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah mendeskripsikan proses perencanaan pada tahapan pemecahan masalah kontekstual materi lingkaran siswa laki-laki dan siswa perempuan. Subjek dari penelitian ini, tiga siswa laki-laki dan tiga siswa perempuan kelas IX, dimana masing-masing mewakili satu proses perencanaan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes dan wawancara. Proses perencanaan dianalisis berdasarkan; alur perencanaan siswa saat kebingungan dalam menggunakan rumus luas atau keliling, perencanaan dalam menentukan diameter atau jari-jari, dan ketepatan siswa dalam semua alur perencanaan. Hasil penelitian ini menunjukkan, baik siswa laki-laki dan siswa perempuan dapat mengidentifikasi informasi akan tetapi siswa perempuan lebih tertib dalam menuliskannya. Pada tahap mengaitkan pengetahuan, keduanya dapat mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya. Tahap menyebutkan konsep, siswa laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan dalam memilih konsep yang digunakan. Pada tahap terakhir yaitu membuat rencana, siswa laki-laki cenderung menggunakan bantuan ilustrasi gambar dalam memodelkannya sedangkan siswa perempuan tidak. Pada tahap ini siswa laki-laki dan siswa perempuan sudah dapat mengaitkan dengan koteks meski ada yang salah dalam penyimpulannya. Pada penelitian ini didapatkan bahwa siswa laki-laki dan siswa perempuan masih mengalami kekeliruan dalam mengaitkan hasil perhitungan yang diperoleh dengan koteks nyata. Kata Kunci: merencanakan, masalah kontekstual, laki-laki, perempuan
ANALOGY TRANSFER IN LEARNING NEW MATERIAL WITH AND WITHOUT INTERMEDIATE PROBLEM Moch. Hisbul Ansor; Abdul Haris Rosyidi
MATHEdunesa Vol 11 No 1 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (658.814 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n1.p121-133

Abstract

Abstrak Transfer analogi merupakan transfer belajar yang memetakan pengetahuan dari masalah sumber ke masalah target. Transfer analogi dapat digunakan untuk mempelajari materi baru berdasarkan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis transfer analogi siswa dalam mempelajari materi baru dengan dan tanpa masalah antara. Masalah antara merupakan masalah yang memiliki tingkat kesulitan di antara masalah sumber dan target dengan penggunaan analogi yang sama. Penelitian ini menggunakan metode campuran, metode kuantitatif dilanjutkan dengan metode kualitatif. Subjek sebanyak 45 siswa kelas X di SMA Swasta Gresik, kemudian dipilih 4 siswa sebagai subjek kualitatif. Data kuantitatif dianalisis berdasarkan persentase keberhasilan dan kegagalan siswa pada tiap kasus transfer analogi, sedangkan data kualitatif dianalisis berdasarkan fase transfer analogi yaitu penstrukturan, pemetaan, penerapan, dan pemeriksaan kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase keberhasilan transfer analogi pada siswa dengan masalah antara lebih besar daripada subjek tanpa masalah antara. Pada siswa dengan masalah antara dapat melakukan transfer analogi dengan baik di tiap fasenya. Sedangkan, pada siswa tanpa masalah antara mengalami hambatan pada fase penerapan. Siswa dengan dan tanpa masalah antara yang tidak dapat mengerjakan masalah target dengan benar mengalami kegagalan transfer analogi pada fase pemetaan. Kata Kunci: Transfer analogi, materi baru, masalah sumber, masalah antara, masalah target. Abstract Analogy transfer is a transfer of learning knowledge from the source problem to the target problem. Analogy transfer can be used to learn new material based on pre-existing knowledge. This study aims to analyze the transfer of analogies in studying new material with and without intermediate problems. The intermediate problem is a problem that has a difficulty level between the source and target problems using the same analogy. This study uses a mixed-method with a quantitative method followed by a qualitative method. The subjects were 45 students of tenth grade class at Gresik Private High School, then 4 students were selected as qualitative subjects. Quantitative data were analyzed based on the percentage of student success and failure in each analogy transfer case, while qualitative data is analyzed based on each phase in the analogy transfer, namely structuring, mapping, applying, and verifying The results showed that the percentage of successful analogy transfer in studies with intermediate problems was greater than in students without intermediate problems. Students with intermediate problems can transfer analogies well in each process. Meanwhile, students without intermediate problems experienced obstacles in the applying process. Students who cannot work on the target problem correctly both experience the analogy transfer failure in the mapping phase. Keywords: Transfer analogy, new material, source problem, intermediate problem, target problem.
MAPPING ON ANALOGICAL REASONING TOPIC LIMIT FUNCTION: WITH AND WITHOUT INTERMEDIATE PROBLEMS Radja Nauval Arie Salim; Abdul Haris Rosyidi
MATHEdunesa Vol 11 No 2 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.386 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n2.p419-431

Abstract

Abstrak Mapping adalah tahapan penting pada penalaran analogi, namun banyak ditemukan kesalahan pada prosesnya. Mapping merupakan proses menemukan sebuah kesimpulan dari hubungan yang ada pada masalah sumber dan masalah target. Salah satu materi matematika SMA yang sering terjadi kesalahan pada proses pengerjaannya adalah limit fungsi trigometri. Penilitian ini bertujuan untuk menganalisis mapping siswa SMA pada penalaran analogi dengan dan tanpa masalah antara pada materi limit fungsi trigonometri. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 4 siswa kelas XII MIA SMA swasta di Gresik, dengan rincian 2 siswa menyelesaikan soal mapping penalaran analogi dengan masalah antara, dan 2 siswa menyelesaikan soal mapping penalaran analogi tanpa masalah antara. Data dianalisis menggunakan tahapan mapping yaitu mengidentifikasi hubungan masalah sumber dan masalah target, mengidentifikasi suatu struktur masalah sumber yang sesuai dengan masalah target dan menggunakan masalah sumber ke masalah target. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pada mapping, siswa kesulitan pada tahapan mengidentifikasi hubungan masalah sumber dengan masalah target. Siswa yang berhasil mengidentifikasi hubungan masalah sumber dan masalah target dapat mengidentifikasi kesamaan struktur dan mengetahui cara menggunakan masalah sumber ke masalah target, sedangkan siswa yang tidak berhasil mengidentifikasi hubungan masalah sumber dan masalah target tidak dapat melanjutkan ke tahapan selanjutnya. Pemberian masalah antara dapat membantu siswa dalam mengidentifikasi hubungan masalah sumber dan masalah target, sehingga masalah antara dapat digunakan sebagai jembatan masalah sumber ke masalah target. Kata Kunci: Limit fungsi, Mapping, Masalah Antara Penalaran Analogi Abstract Mapping is an important step in analogical reasoning, but many errors are found in the process. Mapping is the process of building conclusions from the relationship between the source problem and the target problem. One of the high school mathematics materials that often makes mistakes in the process is the limit of trigometric functions. This study aims to analyze the mapping of high school students on analogical reasoning with and without intermediate problems on the limit material of trigonometric functions. The research method used is qualitative by using 4 subjects who are class XII students of MIA private high school in Gresik, with details of 2 students solving analogy reasoning mapping problems with intermediate problems, and 2 students completing analogue reasoning mapping problems without intermediate problems. The data were analyzed using the mapping stage, namely identifying the relationship between the source problem and the target problem, identifying a source problem structure that is in accordance with the target problem and using the source problem to the target problem. The results of the study concluded that in mapping, students had difficulty at the stage of identifying the relationship between the source problem and the target problem. Students who succeed in identifying the relationship between the source problem and the target problem can identify structural similarities and know how to apply the source problem to the target problem, while students who fail to identify the relationship between the source problem and the target problem cannot proceed to the next stage. Giving intermediate problems can help students identify the relationship between the source problem and the target problem, so that the intermediate problem can be used as a bridge between the source problem and the target problem. Keywords: Analogical Reasoning, Fungsion Limit, Intermediate Problems, Mapping
Proses Interpretasi Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Numerasi Bunga Cahyaning Atie; Abdul Haris Rosyidi
MATHEdunesa Vol 12 No 3 (2023): Jurnal Mathedunesa Volume 12 Nomor 3 Tahun 2023
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/mathedunesa.v12n3.p755-779

Abstract

The interpretation process is the process of interpreting the problem, information in the form of a representation, and communicating the proposed interpretation according to the context of the problem. Interpretation plays a role in solving numeracy problems, namely by analyzing information, predicting, and making decisions in solving problems. This research is a qualitative research with the aim of describing the interpretation process of junior high school students in solving numeracy problems. The research subjects were three grade VIII students of SMP Negeri in Surabaya, taking into account the various interpretations of students. Data on students' interpretation processes in solving numeracy problems were obtained through task-based interviews and analyzed using indicators of the interpretation process in solving numeration problems. The results showed that each student had read the graphs provided, and compared the two graphs by determining the differences and similarities between the two graphs. Students analyze the relationship between variables by associating information on graphs and student experiences. The results of the conclusions of each student vary due to the different interpretations of students on graphs. In presenting arguments students have difficulty with questions that require steps and evidence in drawing conclusions. Students check the correct interpretation of information and questions in problems by reflecting on solutions to questions and student experiences.