Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Kesehatan

KEDISIPLINAN PENGGUNAAN APD, KEBIASAAN MEROKOK DAN PENGARUHNYA DENGAN GANGGUAN PERNAPASAN PADA POLANTAS Nina Fentiana; Resi Reka Putri
Jurnal Kesehatan Vol 11 No 2 (2018): JURNAL KESEHATAN
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/kesehatan.v11i2.6332

Abstract

Vulnerable respiratory tract disorders are experienced by the Traffic Police because of exposure to pollutant substances originating from the exhaust gases of motorized vehicles that pass and dust particles in the surrounding environment. In 2013, the ILO (International Labor Organization) estimated that 2.02 million died from various diseases related to work exposed to exposure to gas, steam and dust. This study aims to determine the discipline of the use of mask and its effect on respiratory tract disorders in the Traffic Police in the Satlantas city of Medan in 2018. The type of research used is quantitative with a cross sectional approach. The number of samples analyzed by 124 people and sampling using accidental sampling technique. Data analysis using chi-square test (α = <0.05). The results of the chi-square test (α = <0.05) indicate age (p-value = 0.001), work period (p-value = 0.022), smoking habits (p-value = 0.005), discipline of the use of PPE (p-value = 0.001) has a significant relationship with respiratory problems in the traffic police. About 79.3% of the traffic police who were not disciplined using mask were known to experience respiratory complaints. From the results of the analysis it was also obtained that OR = 0.216 means that the Traffic Police that are not disciplined using mask have a chance of 0.216 times to experience respiratory problems. Efforts are needed to improve the discipline of traffic police in the use of mask when working in the field with the method of reward and punishment.ABSTRAKGangguan saluran pernapasan rentan dialami oleh Polantas (Polisi Lalu Lintas) karena paparan zat-zat polutan yang berasal dari gas buangan kendaraan bermotor yang lewat dan partikel-partikel debu yang ada di lingkungan sekitar. ILO (Internasional Labour Organization) pada tahun 2013 memperkirakan 2,02 juta meninggal dari berbagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan yang terkena paparan gas, uap dan debu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedisplinan penggunaan APD dan pengaruhnya dengan gangguan saluran pernapasan pada Polantas di Satlantas kota Medan tahun 2018. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang dianalisis 124 orang dan pengambilan sampel menggunakan tehnik accidental sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square (α = < 0,05). Hasil uji chi-square (α = < 0,05) menunjukkan umur (p-value=0,001), masa kerja (p-value=0,022), kebiasaan merokok (p-value=0,005), kedisiplinan penggunaan APD (p-value=0,001) memiliki hubungan yang signifikans dengan gangguan saluran pernapasan pada Polantas. Sekitar 79,3% Polantas yang tidak disiplin menggunakan APD diketahui mengalami keluhan pernapasan. Dari hasil analisis diperoleh pula OR=0,216 artinya Polantas yang tidak disiplin menggunakan APD mempunyai peluang 0,216 kali untuk mengalami gangguan pernapasan. Dibutuhkan upaya peningkatan disiplin Polantas dalam pengunaan APD pada saat bekerja dilapangan dengan metode reward dan punishment.
KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA BALITA 0-59 BULAN DI DESA PRIORITAS STUNTING Nina Fentiana; Daniel Ginting; Zuhairiah Zuhairiah
Jurnal Kesehatan Vol 12 No 1 (2019): JURNAL KESEHATAN
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/kesehatan.v12i1.7847

Abstract

Data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir mencatat bahwa prevalensi stunting mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017. Prevalensi stunting di Sumatera Utara tahun 2017 (Data PSG) adalah 28,4%. Artinya Sumatera Utara masih dalam kondisi bermasalah kesehatan masyarakat. Prevalensi stunting tertinggi di Sumatera Utara tersebar di 4 Kabupaten/Kota yaitu Langkat, Padang Lawas, Nias Utara dan Gunung Sitoli. Langkat adalah kabupaten dengan prevalensi stunting tertinggi yaitu 54.961 jiwa pada tahun 2013 atau sekitar 55,48% dibandingkan dengan Padang Lawas yang prevalensi stuntingnya 54,86%, Nias Utara 54,83% dan Gunung Sitoli 52,32% . Guna menurunkan prevalensi stunting dibawah 25%, pemerintah telah menetapkan 160 Kabupaten/kota prioritas dengan masing-masing 10 desa untuk penanganan stunting. Banyak faktor yang menyebabkan stunting pada balita, namun karena balita sangat tergantung pada ibu/keluarga maka kondisi keluarga dan lingkungan yang mempengaruhi keluarga akan berdampak pada status gizinya. Oleh karena itu perlu untuk mengkaji bagaimana ketahanan pangan rumah tangga Balita 0-59 bulan di desa Secanggang sebagai desa priorotas stunting. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional yang dilakukan di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat dengan jumlah balita 0-59 bulan adalah 134 orang. Besaran sampel dihitung menggunakan rumus Slovin dan jumlah sampel yang diperoleh adalah 45 orang. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dan pengukuran langsung. Data stunting diperoleh menggunakan indikator TB/U dan ketahanan pangan diukur menggunakan USHFSS. Analisis data dilakukan bertahap meliputi analisis univariat dan bivariat (chi square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari rumah tangga (RT) responden telah mengalami tidak aman pangan (55,6%). Sebanyak 15 balita stunting (60,0%) ditemukan pada rumah tangga dengan kategori ketahanan pangan yang tidak aman pangan. Penelitian menyimpulkan bahwa ketahanan pangan rumah tangga memiliki hubungan yang signifikans dengan kejadian stunting pada balita 0-59 bulan.ABSTRACTNutritional Status Monitoring Data (PSG) over the past three years noted that the prevalence of stunting has increased from 2016 at 27.5% to 29.6% in 2017. The stunting prevalence in North Sumatra in 2017 (PSG Data) is 28.4% . This means that North Sumatra is still in a state of public health problems. The highest stunting prevalence in North Sumatra is spread in 4 districts / cities, namely Langkat, Padang Lawas, North Nias and Gunung Sitoli. Langkat is the district with the highest prevalence of stunting, which was 54,961 people in 2013 or around 55.48% compared to Padang Lawas, where the prevalence of stunting was 54.86%, North Nias 54.83% and Gunung Sitoli 52.32%. In order to reduce stunting prevalence below 25%, the government has set 160 priority districts / cities with 10 villages each for stunting treatment. Many factors cause stunting in infants, but because toddlers are very dependent on mother / family, family and environmental conditions that affect the family will have an impact on their nutritional status. Therefore it is necessary to examine how food security for under-five households in 0-59 months in the village of Secanggang as a priority village of stunting. The study used a cross sectional approach carried out in the village of Secanggang, Secanggang Subdistrict, Langkat District with 134 people under the age of 0-59 months. The sample size is calculated using the Slovin formula and the number of samples obtained is 45 people. The data used are primary data obtained through interviews and direct measurements. Stunting data were obtained using the TB / U indicator and food security was measured using USHFSS. Data analysis was carried out in stages including univariate and bivariate analysis (chi square). The results showed that some of the respondents (RT) had experienced food insecurity (55.6%). A total of 15 stunting toddlers (60.0%) were found in households in the category of food insecurity. The study concluded that household food security has a significant relationship with the incidence of stunting in infants 0-59 months.