Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) AND RISKY SEXUAL BEHAVIOR IN ADOLESCENTS IN CENTRAL JAKARTA Rahmawati, Veronica Yeni Rahmawati; Mustafida, Ika; Puspasari, Jehan; Saragih, Dameria; Ardiansyah, Rifki; Nisru, Anggun Sarahma
Jurnal Kesehatan Holistic Vol. 9 No. 2 (2025): Jurnal Kesehatan Holistic Volume 9/ Nomor 2/ Juli 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan RS Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33377/jkh.v9i2.259

Abstract

Masalah kesehatan yang terjadi pada usia remaja bervariasi bahkan masalah yang timbul bisa didapatkan dari dampak perilaku seksual berisiko. Mengatasi masalah kesehatan remaja tersebut perlu adanya pengembangan potensi yang tersedia dalam diri remaja salah satunya yaitu kecerdasan emosional. Tujuan: mengetahui hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan perilaku seksual berisiko pada remaja. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling pada satu SMA di Jakarta Pusat dengan jumlah responden 156 pada bulan Mei 2025. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner Wong and Lewis Emotional Intelligence Scale (WLEIS), Indeks Derajat Perilaku Seksual Remaja dan data demografi. Hasil penelitian: Mayoritas responden remaja putri (51,9%), usia 14-17 tahun (66%), duduk di bangku kelas XII (49,4%), pendidikan terakhir ayah lulusan SMA (55,8%) dan pendidikan terakhir ibu lulusan SMA (60,3%). Terdapat hubungan antara Emotional Quotient dengan perilaku seksual beresiko pada remaja (P-value=0,0001). Prevalence Risk didapatkan 18,59 (95%CI 9,01 – 49,13). Kesimpulan: Perawat berperan penting dalam memberikan pendampingan pada remaja untuk mengembangkan kemampuan emosional melalui media edukasi sebagai evidence based dengan pendekatan emosional untuk meningkatkan kesadaran dan keyakinan diri remaja dalam mencegah perilaku seksual berisiko.
Peningkatan Pengetahuan Penyakit Paru Obstruktif Kronik pada Kepala Keluarga Yari, Yarwin; La Ramba, Hardin; Silaban, Merri; Wahyudi, Adi; Ardiansyah, Rifki; Erginata, Enggry
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bakti Parahita Vol. 6 No. 1 (2025): Jurnal Pengabdian Masyarakat Bakti Parahita
Publisher : Universitas Binawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54771/

Abstract

Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) mengalami penurunan aliran udara saat bernapas keluar, peningkatan resistensi pada saluran napas, dan hiperinflasi. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya PPOK. Wilayah Sudimara Barat memiliki tingkat polusi udara yang tinggi, yang dapat menyebabkan masalah pada sistem pernapasan. Selain polusi udara, kebiasaan merokok di masyarakat wilayah tersebut juga menjadi faktor risiko penyakit sistem pernapasan. Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat yang berisiko guna mencegah atau mengurangi faktor risiko terhadap PPOK. Untuk mengetahui dampak positif dari program yang akan dilaksanakan atau sejauh mana program tersebut berjalan, perlu dilakukan evaluasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang mencakup pre-test dan post-test tentang pengetahuan PPOK. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat menunjukkan bahwa pengetahuan tentang faktor risiko gangguan sebelum edukasi rata-rata berada pada angka 4,0417 dari rentang nilai 0-11, dan meningkat menjadi 7,1458 setelah edukasi. Pengetahuan tentang gejala gangguan pernapasan sebelum edukasi rata-rata berada pada angka 2,4167 dari rentang nilai 0-5, dan meningkat menjadi 3,9375 setelah edukasi. Pengetahuan tentang pengobatan dan terapi gangguan pernapasan sebelum edukasi rata-rata berada pada angka 3,6042 dari rentang nilai 0-10, dan meningkat menjadi 7,0625 setelah edukasi. Ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa edukasi dan pelatihan secara signifikan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien PPOK serta keluarga mereka. Meskipun edukasi telah meningkatkan pengetahuan, intensifikasi edukasi masih diperlukan untuk mencapai kategori pengetahuan yang sangat baik.