Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kelayakan Usaha Tani Cabai Merah pada Sistem Penjualan Mandiri dan Kelompok di Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis Nurohmah, Nuri Nabila; Satyarini, Triwara Buddhi; Istiyanti, Eni
Proceeding Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Graduate Conference Vol. 1 No. 1 (2020): Armoring the Youth to Contribute to the SDGs
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.564 KB) | DOI: 10.18196/umygrace.v1i1.5

Abstract

Cabai adalah salah satu satu komoditas hortikultura yang umum di budidayakan secara komersial di daerah tropis seperti Indonesia. Kecamatan Sukamantri merupakan sentra tanaman cabai di Kabupaten Ciamis dengan luas tanam dan luas panen terluas yaitu 296 hektar serta nilai produksi terbesar di Kabupaten Ciamis sebesar 37.644 ton. Terdapat dua sistem penjualan cabai merah di Kecamatan Sukamantri, yaitu sistem penjualan mandiri dan sistem penjualan kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya, pendapatan, keuntungan dan kelayakan usahatani cabai merah pada sistem penjualan mandiri dan kelompok. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja di Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis. Pengambilan responden menggunakan dua metode yaitu snow ball sampling pada petani mandiri dan simple random sampling pada petani kelompok. Total sample yang diambil adalah 64 responden yang terdiri dari 30 petani mandiri dan 34 petani kelompok. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya yang dikeluarkan petani cabai merah per 0,25 hektar dalam satu musim adalah Rp. 16.343.800 pada petani mandiri dan Rp. 18.592.545 pada petani kelompok dengan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 27.983.625 pada petani mandiri dan Rp. 32.5507.004 pada petani kelompok. Masing-masing keuntungan yang diperoleh oleh petani mandiri dan kelompok adalah Rp. 24.015.175 dan Rp. 28.972.885. Kelayakan usahatani cabai merah pada sistem penjualan mandiri dan kelompok di Kecamatan Sukamantri dilihat dari R/C, produktivitas lahan, produktivitas tenaga kerja dan produktivitas modal layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Nilai R/C yang diperoleh adalah 2,47 pada petani mandiri dan 2,56 pada petani kelompok, sedangkan nilai produktivitas lahan masing-masing petani adalah Rp. 94.877.540/ha dan Rp. 113.998.539/ha. Adapun perolehan produktivitas tenaga kerja masing-masing petani adalah Rp. 277.779/HKO dan Rp. 443.882/HKO serta nilai produktivitas modal adalah 194,1% pada petani mandiri dan 192,40 % pada petani kelompok.
Tata Kelola Rantai Nilai Gula Aren di Kabupaten Tasikmalaya Nurohmah, Nuri Nabila; Kusnadi, Nunung; Kilat Adhi, Andriyono
Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness) Vol. 12 No. 1 (2024): Juni 2024 (Jurnal Agribisnis Indonesia)
Publisher : Departmen of Agribusiness, Economics and Management Faculty, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jai.2024.12.1.106-119

Abstract

Tingginya harga gula aren dibandingkan gula merah non-aren di tingkat konsumen menimbulkan pertanyaan aktivitas penciptaan nilai mana yang menyebabkan harga gula aren relatif lebih mahal. Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi aktor dan peran masing-masing aktor yang terlibat dalam rantai nilai gula aren; dan (2) menganalisis tata kelola yang terbentuk dalam rantai nilai. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan kuisioner dan observasi lapangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan snowball sampling dengan jumlah responden sebanyak 53 petani aren dan 10 pengepul gula aren. Data dianalisis menggunakan kualitatif deskriptif yang merujuk pada analisis rantai nilai global (VCGs) yang dikemukakan oleh Gereffi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) aktor yag teridentifikasi dalam rantai nilai gula aren terdiri atas petani aren, pengolah gula aren, pengepul gula aren, pedagang, layanan pendukung, social entreprise, dan konsumen. Pengolah gula aren dan pengepul merupakan aktor yang paling berperan dalam rantai nilai gula aren di Kabupaten Tasikmalaya; (2) secra keseluruhan, tipe tata kelola yang terbentuk dalam rantai nilai gula aren di Kabupaten Tasikmalaya adalah tata kelola modular.