ABIMANYU, ALIN
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

STUDI IDENTIFIKASI DASAR LAUT DALAM PENDETEKSIAN PIPA BAWAH LAUT (STUDI KASUS PIPA PERTAMINA BALIKPAPAN) Abimanyu, Alin; Primana S., Dyan; Rechar, Janjan
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 19, No 1 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.19.1.2021.711

Abstract

Pada tanggal 31 Maret 2018 telah terjadi pencemaran laut yang diakibatkan oleh tumpahnya minyak bumi di perairan Balikpapan. Hasil survei ditemukan bahwa tumpahan minyak di perairan tersebut terjadi karena patahnya pipa bawah laut milik Pertamina. Dalam upaya identifikasi pipa tersebut, digunakan 3 peralatan survei bawah laut yakni Multibeam echosunder (MBES), Side Scan Sonar (SSS) dan Magnetometer. Peralatan survei yang digunakan, berbeda pada tahap akusisi maupun tahap analisis dalam memperoleh informasi yang akan disajikan, oleh karena itu, diperlukan metode serta analisis tertentu untuk mempercepat identifikasi suatu objek dibawah laut. Selain menyediakan informasi batimetri, MBES memiliki fitur informasi hambur balik (backscatter) yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai intensitas akustik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis sedimen (substrat dasar laut) dan objek dasar laut lain berdasarkan tingkatan nilai intensitas akustik. Dengan nilai intensitas akustik tersebut suatu objek bawah laut dapat segera diidentifikasi di lapangan. Hasil identifikasi dengan nilai intensitas akustik di area perairan Balikpapan diperoleh material pipa bawah laut memiliki intensitas akustik sebesar 24,1 dB dan sedimensi berupa Lanau sedang (Medium Silt) dan Pasir sangat halus (Very Fine Sand).
Perbandingan Data Pasang Surut, Arus, dan Angin dengan Prediksi pada Musim Peralihan Kedua di Laut Timor Tahun 2023: Comparison Between Tide, Current, and Wind Data with Prediction During Second Monsoon Transition in Timor Sea 2023 Dharma, Candrasa Surya; Rizki Khair, Deirus; Abimanyu, Alin; Fadhilah, Affan; Budi Sukoco, Nawanto; Arochim; Ronaldy, Tomy; Sugiyanto, Dedi; Setiyo Pranowo, Widodo; Herho, Sandy; Yusron, Ahmad; Alfahmi, Furqon; Fahim, Akhmad; Andika; Cahyono, Sigit
Jurnal Hidrografi Indonesia Vol 7 No 1 (2025): Jurnal hidrografi Indonesia
Publisher : Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62703/jhi.v7i1.156

Abstract

Laut Timor memiliki peran geostrategis yang sangat tinggi bagi negara Indonesia dan Australia. Latihan survey bersama perdana antara kedua negara diberi nama Coordinated Hydrography Survey Exercise (CHSE) diselenggarakan pada tahun 2023. CHSE dilaksanakan dengan menggerakkan kapal riset perang KRI Spica milik TNI-AL Indonesia dan HMS Leeuwin milik Royal Navy Australia, yang masing-masing melakukan survey hidro-oseanografi dan meteorologi di wilayah teritorialnya. Data arus dan angin dari hasil survey kemudian dibandingkan dengan data sekunder Copernicus, sedangkan untuk data angin terhadap prediksi BMKG. Tidak terjadi kemunculan siklon selama kegiatan latihan, Kondisi batimetri di Perairan Laut Timor dalam penelitian ini bervariasi dari kedalaman 16,8 s.d. 218,7meter, dengan luas area sebesar 302NM2. Sirkulasi arus diukur menggunakan underway vessel mounted ADCP hingga kedalaman 40 meter, dengan interval rekaman data bervariasi antara 1 menit sampai 45 menit. Selain itu dipasang pula fix mooring current meter pada satu stasiun tetap. Hasil pengukuran menunjukkan pola sirkulasi arus dominan bergerak antara Timur Laut dan Barat Daya, dengan pola keseragaman secara vertikal. Kecepatan arus maksimum 0,273m/s, dan minimum 0,005m/s ke arah Barat Daya. Hal ini sejalan dengan data klimatologis yang menunjukkan pola arus dominan menuju ke Barat Daya dengan kecepatan 0,1 – 0,5 knot. Pola sirkulasi tersebut menunjukkan bahwa Laut Timor dipengaruhi oleh Indonesian Throughflow (ITF), dengan 30% dari variabilitasnya dipengaruhi oleh siklus musiman dari angin monsoon. Laut Timor, pada lapisan kolom airnya, mendapatkan pengaruh lokal dari gelombang kelvin pada kedalaman di bawah 600 meter, dilapisan yang lebih dangkal, arus dibangkitkan oleh kopling siklus gaya pasang surut diurnal dari Laut Banda, semidiurnal dari Samudera Hindia, dan siklus musiman dari gaya angin monsoon.
Development of Hydrographic Risk Assessment in Planning Hydrooceanographic Survey and Charting Areas Abimanyu, Alin; Hidayat, Heru Syamsul; Widiarto, M. Asrof
Journal Research of Social Science, Economics, and Management Vol. 5 No. 3 (2025): Journal Research of Social Science, Economics, and Management
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/jrssem.v5i3.1126

Abstract

As an archipelagic country, Indonesia faces significant challenges in ensuring maritime safety and conducting effective hydrographic surveys. The Hydrographic Risk Assessment (HRA) approach is used to identify high-risk areas caused by outdated or inaccurate hydrographic data, dense vessel traffic, and the strategic or economic value of certain regions. This study aims to develop a multi-criteria decision-making model to determine national hydrographic survey priorities more efficiently and adaptively, in accordance with Indonesia’s complex maritime geography. The analysis results indicate that Navigational Safety (0.47) and Data Quality (0.35) are the most dominant criteria influencing survey prioritization. Sub-criteria such as Traffic Volume (0.32), Bathymetric Conditions (0.17), and CATZOC (Category Zone of Confidence) (0.14) serve as key indicators in the decision-making process. Areas such as the Indonesian Archipelagic Sea Lanes (ALKI) (0.26), Strategic Straits (0.15), and Strategic Ports (0.12) are identified as top priorities for survey implementation. These findings suggest that a risk-based and geospatial data-integrated approach provides a strong foundation for designing more targeted and impactful hydrographic survey policies. The study recommends several strategies, including enhancing the resolution and coverage of nautical charts, developing a national geospatial hydrographic information system, and utilizing modern survey technologies such as autonomous survey vessels and satellite data integration. Accordingly, this assessment model is expected to strengthen institutional capacity in supporting maritime safety, optimizing marine spatial planning, and promoting sustainable management of Indonesia’s vast and dynamic maritime domain.