Engeline Angliadi
Universitas Sam Ratulangi

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

REHABILITASI MEDIK PADA SINDROM EHLERS-DANLOS Chandra, Ivan A.; Angliadi, Engeline
Jurnal Biomedik : JBM Vol 6, No 2 (2014): JURNAL BIOMEDIK : JBM Juli 2014
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.6.2.2014.5549

Abstract

Abstract: Ehlers-Danlos syndrome is a group of inherited connective tissue disorders that manifests as hypermobility joint, hyperextensibility of the skin, and tissue fragility. There are 6 variants of this syndrome as follows: hypermobility, classic, vascular, kyphoscoliosis, athroclasia, and dermatosparaxis. The clinical manifestation of Ehlers-Danlos syndrome is often related to joint and skin. However, it rarely manifests as fragility or rupture of artery, scoliosis, and mitral valve disorder. The diagnosis of Ehlers-Danlos syndrome is based on clinical findings, family history with this syndrome, and additional tests inter alia DNA test. The management of Ehlers-Danlos syndrome could be medication, surgery, and rehabilitation. This rehabilitation is focused on increasing the joint stability, prohibiting for excessive burden to weight bearing joints, and using modified device to support activites of daily living without worsening the symptoms as well as supporting the psychological and medical social aspects of the patient. Keywords: Ehlers-Danlos syndrome, joint hypermobility, comprehensive rehabilitation   Abstrak: Sindrom Ehlers-Danlos (SED) adalah sekelompok gangguan pada jaringan penyambung yang bersifat diturunkan dan bermanifestasi sebagai hipermobilitas sendi, hiperekstensibilitas kulit, dan kerapuhan jaringan. Terdapat 6 jenis SED yaitu: hipermobilitas, klasik, vaskuler, kifoskoliosis, artrokalasia, dan dermatosparaksis. Manifestasi klinis SED sering berkaitan dengan sendi dan kulit. Manifestasi lain yang lebih jarang ditemukan antara lain kerapuhan atau ruptur pembuluh darah arteri, skoliosis, serta gangguan katup mitral. Diagnosis SED ditegakkan berdasarkan penemuan klinis, riwayat keluarga dengan SED, serta pemeriksaan penunjang antara lain tes DNA. Penanganan SED terdiri dari medikasi, operasi, dan rehabilitasi. Penanganan rehabilitasi difokuskan pada peningkatan stabilitas sendi, pencegahan beban berlebih pada sendi yang weight bearing, serta penggunaan modifikasi alat untuk membantu aktifitas sehari-hari tanpa memperberat gejala. Selain itu, rehabilitasi medik juga berperan penting terhadap aspek psikologik maupun sosial medik pasien SED. Kata kunci: sindroma Ehlers-Danlos, hipermobilitas sendi, rehabilitasi komprehensif
HUBUNGAN POSISI DAN LAMA DUDUK DENGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB) MEKANIK KRONIK PADA KARYAWAN BANK Pirade, Aron; Angliadi, Engeline; Sengkey, Lidwina S.
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2628

Abstract

Abstract: Low Back Pain (LBP) is the most frequent musculosceletal issue found in daily work. Extenuating physical positions comprise 80-85% of the caues of  LBP. In the medical world, a lot of causes of LBP do not identify the pathoanatomical disorders. These factors are e.g.: body in static position while working and the working body position leaning heavily on the vertebra (for example: sitting in a hunched position, sitting upright without back support, or working for unsually long periods of time). Until now in Manado no study has been carried out to show the correlation between LBP and the sitting position, or the duration of work. This study aimed to find out the correlation between chronic LBP and the sitting position or the duration of work among bank employees in one of the goverment banks in Manado. The results showed that there were 69 respondents involved in this study. Chronic LBP was found in 62 respondents (90%). Up stright position while sitting was the most frequent position that caused chronic LBP in 28 respondents. The average time used for working with sitting position was 7-8 hours which caused chronic LBP among 31 respondents of the group with the work time from 11.00-13.59. A P-value of 0.000 (<0.05) showed that there was a strong correlation between sitting position and chronic LBP. Duration of work also showed a strong correlation with chronic LBP with a P-value of 0.000. Conclusion: There were strong correlations beween chronic low back pain with sitting position while working and duration of work. Keywords: chronic LBP chronic, sitting position, duration of work, bank employees.   Abstrak:Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan muskuloskeletal yang paling sering dijumpai dalam aktivitas kerja. Faktor mekanik mencakup 80-85% dari keseluruhan penyebaNPB. Patoanatomi sering tidak dapat memberikan ketepatan diagnosis NPB oleh proses mekanik. Faktor mekanik yang mempercepat terjadinya gangguan NPB antara lain posisi badan yang cenderung statis, posisi badan yang cenderung memperberat kerja tulang-tulang vertebra seperti posisi badan membungkuk, tegak tanpa sandaran, dan waktu bekerja yang lama saat duduk. Hubungan NPB dengan posisi dan lama duduk belum pernah dilaporkan di Kota Manado. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan posisi dan lama duduk saat bekerja yang dapat menimbulkan NPB mekanik kronik pada karyawan bank. Hasil penelitian memperlihatkan dari keseluruhan responden yang berjumlah 69 orang, didapatkan 62 responden (90%) yang mengalami NPB mekanik kronik. Posisi duduk tegak tanpa sandaran merupakan posisi terbanyak menimbulkan NPB mekanik kronik pada 28 responden. Rata-rata lama duduk bekerja 7-8 jam menyebabkan NPB pada kelompok pukul 11.00-13.59 sebanyak 31 responden. Analisis statistik menggunakan uji chi-square memperlihatkan adanya korelasi yang kuat (P = 0,000) antara posisi duduk dan NBP mekanik kronik Lama duduk juga berkorelasi kuat dengan NBP mekanik kronik (P = 0,000). Simpulan: Terdapat hubungan yang kuat antara NBP mekanik kronik dengan posisi dan lama duduk pada karyawan bank. Kata kunci: NPB mekanik kronik, posisi duduk, lama duduk, karyawan bank.
REHABILITASI MEDIK PADA HEMOFILIA Yoshua, Vincentius; Angliadi, Engeline
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 2 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.2.2013.2587

Abstract

Abstract: Haemophilia is an inherited disorder of blood coagulation with sex-linked recessive and autosomal recessive characteristics. It may manifest itself by prolonged bleeding (internal or external) and clotting formation disturbances that need a multidiciplinary management. This disease is initiated at the  neonatal stage. The diagnosis is based on anamnesis, physical examination, and other supporting examinations, such as homeostasis functions. The most common complications are found in the musculoskeletal system and auto-antibody (inhibitor) reaction against clotting factors VIII or IX. A pharmacological approach to haemophilia depends on the clinical signs, but medical rehabilitation’s approach is focused on all life aspects of the patient. This approach has to be done as early as possible to avoid threatening disabilities and handicaps affecting the musculoskeletal system. Team work is needed to achieve a minimalization of musculoskeletal complications and to realize a more promising better prognosis. Keywords: haemophilia, complications, bleeding, musculoskeletal, rehabilitation.   Abstrak: Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah dengan karakteristik sex-linked resesif dan autosomal resesif, disertai masalah perdarahan dan kelainan pembekuan yang memerlukan penanganan multidisipliner. Gejala yang paling sering terjadi ialah perdarahan, baik di dalam tubuh (internal bleeding) maupun di luar tubuh (external bleeding). Perjalanan penyakitnya sendiri sudah dimulai dari masa neonatal. Diagnosis dapat ditegakkan dari  anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan fungsi homeostasis. Komplikasi yang paling sering ditemukan ialah komplikasi muskuloskeletal dan reaksi auto-antibodi (inhibitor) terhadap faktor pembekuan darah sendiri baik terhadap faktor VIII atau faktor IX. Pendekatan farmakologik pada hemofilia tergantung dari gejala klinis yang muncul namun pendekatan rehabilitasi medik pada hemofilia tidak tergantung gejala klinis yang muncul karena pendekatan ini lebih difokuskan ke seluruh aspek kehidupan pasien hemofilia. Pendekatan ini sudah harus dilakukan sejak dini mengingat komplikasi yang mungkin ditimbulkan, yang dapat menyebabkan disabilitas dan handicap, tersering akibat komplikasi muskuloskeletal. Dengan penanganan rehabilitasi medik yang berbasis pendekatan tim, diharapkan komplikasi muskuloskeletal dapat diminimalisasikan dan prognosis pasien hemofilia dapat lebih baik. Kata kunci: hemofilia, komplikasi, perdarahan, muskuloskeletal, rehabilitasi.
REHABILITASI MEDIK PADA PENYAKIT LEGG-CALVÉ-PERTHES Pradnasurya, René R.; Angliadi, Engeline
Jurnal Biomedik : JBM Vol 6, No 2 (2014): JURNAL BIOMEDIK : JBM Juli 2014
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.6.2.2014.5553

Abstract

Abstract: In Legg-Calvé-Perthes disease there is an avascular necrosis condition of the femoral head with a clinical onset between the ages of 2-12 years old.  The etiology of this disease remains unknown. Its variable clinical symptoms and disease progression depend on the severity of the disease. The principle of therapy is hip containment. Rehabilitation programs play an important role to revert or to maximize the function and activities of daily living. We reported a case of a 9-year-old girl with complains of limpness, asymmetric lower extremities, weakness of the right lower extremity, pain around the right knee, with a history of trauma on the right hip 5 months ago. Physical examination revealed weakness of the right hip flexor and knee extensor with limitation of the right hip’s range of motions. The X-ray taken showed an avascular necrosis appearance at the right femoral head. Conclusion: This case was diagnosed as Legg-Calvé-Perthes disease based on anamnesis, physical examination, and the X-ray result. The rehabilitation management for this case was heat modality with infra red to prepare the muscle condition for exercises, muscle strengthening and range of motion exercises to prevent contracture, as well as medical education with psychological support.  Scottish Rite orthosis was planned to position the hip in abduction while limiting the hip adduction. Keywords: Legg-Calvé-Perthes, avascular necrosis, comprehensive rehabilitation.   Abstrak: Pada penyakit Legg-Calvé-Perthes terjadi kondisi nekrosis avaskular kaput femur dengan usia awitan paling sering antara usia 2-12 tahun. Etiologi penyakit ini masih belum diketahui, dengan perjalanan dan gambaran klinis yang bervariasi tergantung dari tingkat keparahan penyakit. Prinsip terapi penyakit ini ialah hip containment. Program rehabilitasi diberikan secara komprehensif baik dari fisioterapi, terapi okupasi, ortotik-prostetik, psikologi, serta sosial medik yang sangat berperan dalam mengembalikan atau memaksimalkan fungsi dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kami melaporkan kasus seorang anak perempuan usia 9 tahun dengan keluhan berjalan pincang, asimetris antara tungkai kanan dan kiri, kelemahan tungkai kanan, nyeri sekitar lutut kanan, dengan riwayat trauma panggul kanan 5 bulan lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kelemahan otot fleksor panggul dan ekstensor lutut kanan serta keterbatasan lingkup gerak sendi panggul kanan. Pada pemeriksaan radiologik terlihat gambaran nekrosis avaskular kaput femur kanan. Simpulan: Pada kasus ini, diagnosis penyakit Legg-Calvé-Perthes ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologik. Penanganan rehabilitasi yang diberikan ialah modalitas panas berupa sinar infra red untuk mempersiapkan kondisi otot sebelum latihan, latihan penguatan otot dan lingkup gerak sendi untuk mencegah kontraktur, serta edukasi baik dari sisi medik maupun psikologik. Juga direncanakan pemberian Scottish Rite orthosis untuk membuat posisi panggul menjadi abduksi dengan membatasi gerakan adduksi. Kata kunci: Legg-Calvé-Perthes, nekrosis avaskular, rehabilitasi komprehensif.
HUBUNGAN LAMA DUDUK DENGAN KEJADIAN LOW BACK PAIN PADA OPERATOR KOMPUTER PERUSAHAAN TRAVEL DI MANADO Sari, Ni Putu L. N. I.; Mogi, Theresia Isye; Angliadi, Engeline
e-CliniC Vol 3, No 2 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.3.2.2015.8602

Abstract

Abstract: Low Back Pain (LBP) is commonly found in society. LBP often results in decreased of productivity and disability. The most frequent causes of LBP are prolonged sitting, improper sitting position, bad body posture, excessive activity, and trauma. Risks of LBP are prolonged working such as computer operator. This study aimed to obtain the correlation of sitting duration of computer operators in travel agencies in Manado to LBP. This was an analytical observasional study with a cross sectional design. Data were collected by using questionnaires. The result showed that of 30 subjects, 27 (90%) had suffered from LBP. An upright sitting position is the most position that caused LBP in 18 subjects (60%). The sitting position where the knees were as high as the hip caused LBP in 25 subjects (83,33%). Prolonged sitting of 7-8 hours contributed in 21 subjects (70%). The alternative Fisher exact test showed a strong correlation (P=0.014) between prolonged sitting and LBP in computer operators of travel agencies. An upright sitting position (P=0.028) and the sitting position where knees were as high as the hips (P=0.003) were also correlated with LBP.Keywords: low back pain, computer operator, sitting position, knee positionAbstrak: Low Back pain (LBP) merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam masyarakat. LBP sering menyebabkan penurunan produktivitas kerja juga disabilitas. Penyebab LBP yang paling sering ialah duduk terlalu lama, sikap duduk yang tidak tepat, postur tubuh yang tidak ideal, aktivitas berlebihan, serta trauma. Pekerjaan yang berisiko menimbulkan LBP antara lain yang memiliki jam kerja panjang seperti operator komputer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama duduk dan angka kejadian LBP pada operator komputer perusahaan travel di Manado dengan menggunakan metode analitik observasional dan desain potong lintang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner kemudian dianalisis. Hasil penelitian memperlihatkan dari jumlah 30 subjek penelitian, 27 orang (90%) mengalami LBP. Posisi duduk tegak merupakan posisi terbanyak yang menimbulkan LBP pada 18 subjek penelitian (60%). Posisi lutut sejajar pinggul menimbulkan LBP pada 25 subjek penelitian (83,33%). Lama duduk 7-8 jam paling banyak menimbulkan LBP yaitu pada 21 subjek penelitian (70%). Uji alternatif Fisher exact memperlihatkan adanya korelasi kuat (P=0,014) antara lama duduk dan kejadian LBP pada operator komputer perusahaan travel. Posisi duduk tegak (P=0,028) dan posisi lutut sejajar pinggul (P=0,003) juga berkorelasi dengan LBPKata kunci: low back pain, lama duduk, operator komputer, posisi duduk, posisi lutut,
HUBUNGAN PENGGUNAAN RANSEL DENGAN NYERI PUNGGUNG DAN KELAINAN BENTUK TULANG BELAKANG PADA SISWA DI SMP NEGERI 2 TOMBATU Dumondor, Stefany V.; Angliadi, Engeline; Sengkey, Lidwina
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.3.1.2015.6824

Abstract

Abstrak: Tas jenis ransel sangat diminati oleh anak sekolah.Banyaknya peminat yang menggunakan ransel disebabkan karena tas ini lebih praktis dan memiliki daya tampung yang lebih besar. Meskipun banyak diminati, penggunaan ransel yang tidak sesuai dari segi desain, berat beban, maupun cara pemakaiannya memiliki dampak negatif yang cukup besar bagi anak sekolah karena dapat meningkatkan stres pada struktur tulang belakang anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Penggunaan ransel yang tidak sesuai dapat menyebabkan nyeri punggung, perubahan postur tubuh dan gaya berjalan dan jika dilakuan terus menerus dapat mengakibatkan perubahan yang bersifat irreversible karena ligamen dan tulang belakang terus mengalami proses degeneratif sejalan dengan usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan ransel dengan nyeri punggung dan kelainan bentuk tulang belakang pada siswa yang dilakukan di SMP Negeri 2 Tombatu. Penelitian ini bersifat obsevasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung kepada subjek penelitian dengan penyebaran kuesioner dan pemeriksaan tulang belakang dengan teknik adam forward bending test. Hasil penelitian dari 30 sampel, didapati 25 orang pernah merasakan nyeri di daerah leher, bahu, punggung bagian atas, maupun punggung bagian bawah. Berdasarkan pemeriksaan tulang belakang, dari 30 sampel 12 orang memiliki tulang belakang normal, sedangkan 18 orang didapati memiliki kelainan tulang belakang yaitu 6 orang dengan skoliosis, 10 orang kifosis dan 2 orang lordosis. Analisis statistik yang digunakan adalah Chi-Square karena salah satu variabel yang diuji berskala nominal dan uji Spearman karena kedua variabel yang diuji berskala ordinal dengan menggunakan α = 5% atau 0,05.Kata Kunci: ransel, nyeri punggung, kelainan bentuk tulang belakang, anak sekolah