Made Suma Anthara
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Kemanjuran Fluralaner untuk Pengobatan Demodekosis pada Anjing Persilangan Erawan, I Gusti Made Krisna; Puspaeni, Ni Ketut Juni; Anthara, Made Suma
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (5) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.473 KB)

Abstract

Demodekosis adalah penyakit dermatologis yang diakibatkan oleh infeksi Demodex sp. Tungau Demodex canis dalam jumlah kecil pada kulit tidak menimbulkan gejala klinis pada anjing yang sehat dan jumlahnya tetap rendah karena sistem imun anjing. Namun, bila kondisi imun anjing menurun maka Demodex sp. akan berkembang menjadi lebih banyak dan menimbulkan penyakit kulit. Telah dilakukan pemeriksaan anjing betina ras persilangan bernama Putih berumur dua tahun, bobot badan 7 kg dengan keluhan rambut rontok, kegatalan, dan kemerahan pada kulit. Pemeriksaan klinis ditemukan adanya kebotakan, kemerahan, hiperkeratosis, dan kegatalan pada kulit di leher, dada, abdomen, kaki depan dan kaki belakang, dan pada daerah punggung ditemukan scale. Pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopik ditemukan adanya tungau D. canis dan hasil pemeriksaan darah lengkap menunjukkan anjing kasus mengalami anemia normositik normokromik. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium, anjing kasus didiagnosis menderita demodekosis. Pengobatan kausatif dilakukan dengan pemberian fluralaner tablet kunyah 250 mg secara oral sekali pemberian. Anjing kasus juga diterapi dengan chlorfeniramin maleat (0,5 mg/kg BB; q12h; selama lima hari), fish oil, dan vitamin B-kompleks sebagai pengobatan suportif sekali sehari selama 10 hari. Anjing juga dimandikan dengan sampo antiparasit dua kali seminggu. Setelah ditangani selama 10 hari, frekuensi menggaruk dan kemerahan pada kulit berkurang, dan rambut mulai tumbuh. Pada minggu kelima sudah tidak ditemukan lesi pada kulit dan rambut tumbuh dengan baik sehingga rambut tampak sehat dan bertambah lebat. Dapat disimpulkan bahwa pengobatan demodekosis pada anjing dengan menggunakan fluralaner memberikan hasil yang baik.
Dosis Aman Parasetamol Terhadap Aktivitas Aspartate Aminotransferase dan Alanine Aminotranferase pada Ayam Pedaging Yansri, Alifianita Anake; Ardana, Ida Bagus Komang; Anggreni, Luh Dewi; Anthara, Made Suma
Indonesia Medicus Veterinus Vol 4 (4) 2015
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.135 KB)

Abstract

Parasetamol adalah obat yang digunakan secara luas sebagai antipiretik dan analgesik. Pada ayam, parasetamol juga digunakan sebagai pemacu tumbuh dan pemberik rasa nyaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan parasetamol pada ayam dapat menyebabkan kerusakan hati yang ditandai dengan peningkatan aktivitas enzim Aspartate Aminotransferase (AST) dan Alanine Aminotransferase (ALT) pada darah tepi. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan besar sampel 24 ekor dog old chiken (DOC) ayam pedaging yang dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok P0 merupakan kelompok kontrol negatif yang diberikan pakan normal. Kelompok P1, P2 dan P3 merupakan kelompok ayam yang diberikan pakan dengan campuran parasetamol sebanyak masing-masing 1 g/kg pakan, 2 g/kg pakan, dan 4 g/kg pakan. Perlakuan diberikan selama 21 hari dan pengamatan dilakukan pada hari ke 21 dan ke 35 setalah perlakuan. Spesimen yang diamati berupa darah tepi dan variabel yang diamati adalah kadar AST dan ALT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbadaan kadar AST dan ALT antara kelompok kontrol, kelompok dosis 1 g/kg pakan, 2 g/kg pakan, dan 4 g/kg (p>0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pemberian parasetamol pada ayam pedaging sampai dosis 4 g/kg pakan selama 21 hari masih tergolong dosis aman.
Efektivitas Ekstrak Daun Wudani (Quisqualis Indica Linn) Terhadap Telur Cacing Paramphistomum Spp. Pada Sapi Bali Secara In Vitro Astuti, Komang Tri; Ardana, Ida Bagus Komang; Anthara, Made Suma; Yustika, I Made Aris; Kusamadarma, Ida Bagus Agung Dimas
Indonesia Medicus Veterinus Vol 6 (5) 2017
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.016 KB)

Abstract

Paramphistomiasis pada sapi di Indonesia disebabkan oleh cacing Paramphistomum spp. stadium dewasanya berpredileksi pada rumen dan retikulum sedangkan stadium belum dewasa/ muda pada duodenum. Infeksi berat cacing mengakibatkan enteritis, hemoragi, dan ulser. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ovisidal ekstrak daun wudani (Quisqualis Indica Linn) terhadap telur cacing Paramphistomum spp. Penelitian ini dilakukan secara in vitro menggunakan telur cacing Paramphistomum spp. yang kemudian direndam ekstrak daun wudani pada masing-masing cawan petri dengan dosis P1= 0,12 ml/40 ml, P2= 0,24 ml/40 ml dan P3= 0,48 ml/40 ml selama 24 jam. Ekstrak daun wudani dicuci, tambahkan NaCl Fisiologis dan diinkubasi selama 30 hari. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan dengan menggunakan uji analisis One Way Anova atau sidik ragam. Hasil penelitian menunjukkan pada hari ke 10 konsentrasi ekstrak daun wudani pada masing-masing kelompok perlakuan memiliki efek ovisidal tetapi tidak berbeda nyata (P>0.05) satu dengan yang lainnya pada hari ke-10. Ovisidal ekstrak daun wudani hari ke-30 menunjukkan adanya perbedaan sangat nyata (P<0.01) terhadap daya hambat tetas telur cacing Paramphistomum spp. Efek ovisidal ekstrak daun wudani dosis 0,24 ml/40 ml NaCl Fisiologis dan 0,48 ml/40 ml NaCl Fisiologis memiliki daya hambat tetas telur cacing Paramphistomum spp. paling tinggi.
Efek Ovicidal Albendazole 10% terhadap Telur Cacing Fasciola gigantica secara In Vitro Astuti, Komang Regi Kusuma; Ardana, , Ida Bagus Komang; Anthara, Made Suma
Indonesia Medicus Veterinus Vol 6 (5) 2017
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.966 KB)

Abstract

Fasciola gigantica merupakan cacing golongan trematoda yang dapat menyebabkan fascioliosis pada ternak ruminansia termasuk sapi bali. Pengobatan menggunakan albendazole memiliki kemampuan vermisidal, larvasidal, dan ovicidal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian albendazole 10% terhadap daya berembrio telur cacing Fasciola gigantica secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan, setiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan sehingga jumlah sampel 4 x 5 x 1 = 20 pengamatan. Data yang diperoleh diuji dengan Uji Sidik Ragam yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Pengamatan daya berembrio telur dilakukan, pada hari ke-10 mendapatkan hasil pengaruh kontrol sangat berbeda nyata (P<0,01) dengan dosis P1, P2 dan P3. Dosis P1 berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan kontrol dan dosis P3, namun tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan dosis P2. Pengaruh dosis P2 berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan kontrol namun tidak berbeda nyata dengan dosis P1 dan P3. Sedangkan hasil hari ke-30 menunjukkan daya ovicidal telur cacing dengan dosis P1, P2 dan P3 menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05).
Leukosit Ayam Pedaging setelah Diberikan Paracetamol Suriansyah, .; Ardana, Ida Bagus Komang; Anthara, Made Suma; Anggreni, Luh Dewi
Indonesia Medicus Veterinus Vol 5 (2) 2016
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.187 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil hematologi (total leukosit dan diferensial leukosit) pada ayam pedaging yang diberikan paracetamol dalam pakan mulai umur 14 – 35 hari, Penelitian ini menggunakan Rancangan acak lengkap yaitu P0 (kelompok ayam pedaging yang hanya diberi pakan standar SB-11), P? (pakan standar SB-11 dan paracetamol 1 g/kg pakan), P? (pakan standar SB-11 dan paracetamol 2 g/kg pakan), P? (pakan standar SB-11 dan paracetamol 4 g/kg pakan) masing-masing kelompok terdiri dari enam ekor ayam pedaging. Pengambilan darah pada vena brachialis dilakukan sebelum diberikan perlakuan dan pada hari ke 21 setelah diberikan perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian paracetamol dosis 1-4 g/kg pakan tidak berpengaruh nyata terhadap total leukosit (P>0,05) akan tetapi hanya berpengaruh nyata terhadap monosit (P
Studi Kasus: Demodekosis pada Anjing Jantan Muda Ras Pug Umur Satu Tahun Wahyudi, Gregorius; Anthara, Made Suma; Arjentinia, I Putu Gede Yudhi
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (1) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.692 KB) | DOI: 10.19087/imv.2020.9.1.45

Abstract

Demodekosis pada anjing merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi tungau Demodex sp dalam lapisan kulit dermis atau pada folikel rambut. Hewan kasus adalah anjing ras pug berjenis kelamin jantan, berumur ±1 tahun dan memiliki bobot badan 4,1 kg. Berdasarkan hasil anamnesis anjing mengalami gatal-gatal dan kemerahan selama kurang lebih satu bulan. Pada saat itu rambut anjing sudah mulai rontok dan teramati adanya ketombe. Anjing sering menggaruk pada bagian telinga, leher, punggung, dan wajah hingga merah. Pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopik ditemukan tungau yaitu Demodex sp., sedangkan hasil pemeriksaan darah rutin menunjukkan anjing kasus mengalami anemia mikrositik hipokromik. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium, dapat disimpulkan bahwa anjing ini didiagnosis menderita demodekosis. Pengobatan secara kausatif untuk anjing kasus diberikan ivermektin dengan dosis anjuran 0,2-0,4 ml/kg berat badan dan diinjeksikan sebanyak 0,16 ml secara subkutan dengan interval pengulangan sekali seminggu. Chlorfeniramin meleat sebagai antihistamin dengan dosis anjuran 2-4 mg/kg berat badan pada kasus ini diberikan dua kali sehari secara oral dan fish oil sekali sehari. Hewan dimandikan dengan amitras sekali seminggu dengan dosis pemberian 1ml : 100 ml. Setelah lima hari paska terapi, hewan kasus menunjukkan berkurangnya frekuensi menggaruk dan kemerahan pada kulit.
Laporan Kasus: Luksasi Patella Medial pada Miniatur Pinscher Loa, Gabriella Jenni Alfades; Widyastuti, Sri Kayati; Anthara, Made Suma
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (1) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.73 KB) | DOI: 10.19087/imv.2020.9.1.129

Abstract

Anjing pada kasus ini merupakan anjing ras miniatur pinscher berumur 3 tahun 6 bulan dan berjenis kelamin jantan. Anjing mengalami kepincangan dari 4 hari yang lalu, Pada pemeriksaan klinis teramati anjing beberapa kali mengangkat kaki belakang kiri ketika berjalan, berlari dan berdiri, anjing merespon sakit saat dipalpasi dan tidak ada krepitasi. Setelah dilakukan pemeriksaan radiologi teramati patella luksasi ke arah medial dari trochlear, deviasi medial dari tuberositas tibial, dan patella tidak melekat pada sulcus trochlear. Anjing kasus didiagnosa mengalami luksasi patella medial grade II. Berdasarkan pertimbangan tingkat luksasi patella dan derajat kepincangan yang ringan,maka diberikan terapi suportif berupa antiinflamasi non-steroid carprofen 2,2 mg/kg BB/hari selama 7 hari, suplemen untuk tulang dan sendi dengan dosis 1 cap/hari, fish oil dosis 1 kapsul/hari dan vitamin B1 50mg/ekor/hari, terapi fisik, perbaikan nutrisi dengan pakan diet rumahan, massage, dan edukasi ke pemilik untuk mengontrol berat badan anjing.
LAPORAN KASUS: HEMOBARTONELLA FELIS PADA KUCING LOKAL Purba, Dody Joel; Widyastuti, Sri Kayati; Anthara, Made Suma
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (2) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.337 KB)

Abstract

Hemobartonella felis adalah bakteri intraseluler Gram negatif yang menyerang eritrosit kucing. Pada kucing kasus ditemukan adanya pinjal (Ctenocephalides felis) yang diduga menjadi vektor dari infeksi Hemobartonella felis. Hasil pemeriksaan klinis pada kucing menunjukkan gejala demam, lemas, mukosa mata dan mulut pucat, penurunan nafsu makan dan minum, serta saat berjalan terkadang terlihat sempoyongan. Pemeriksan darah rutin menunjukkan bahwa kucing mengalami anemia makrositik hipokromik disertai dengan trombositopenia. Pada pemeriksaan preparat ulas darah ditemukan adanya bentukan seperti batang pada eritrosit kucing yang menandakan hasil positif Hemobartonella felis. Terapi yang diberikan yaitu terapi kausatif berupa pemberian antibiotik doksisiklin (5 mg/kgBB, selama 28 hari), terapi simtomatis dengan moxidectin satu tube, terapi suportif diberikan infus ringer laktat, dan pemberian vitamin cyanocobalamin, vitamin C, Fe, asam folat, dengan terapi ini diperoleh hasil yang memuaskan. Kucing sudah mulai aktif bermain, nafsu makan meningkat, warna mukosa merah muda dan suhu tubuh sudah kembali normal.
Laporan Kasus: Hemobartonella felis pada Kucing Lokal Purba, Dody Joel; Widyastuti, Sri Kayati; Anthara, Made Suma
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (2) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2020.9.2.157

Abstract

Hemobartonella felis adalah bakteri intraseluler Gram negatif yang menyerang eritrosit kucing. Pada kucing kasus ditemukan adanya pinjal (Ctenocephalides felis) yang diduga menjadi vektor dari infeksi Hemobartonella felis. Hasil pemeriksaan klinis pada kucing menunjukkan gejala demam, lemas, mukosa mata dan mulut pucat, penurunan nafsu makan dan minum, serta saat berjalan terkadang terlihat sempoyongan. Pemeriksan darah rutin menunjukkan bahwa kucing mengalami anemia makrositik hipokromik disertai dengan trombositopenia. Pada pemeriksaan preparat ulas darah ditemukan adanya bentukan seperti batang pada eritrosit kucing yang menandakan hasil positif Hemobartonella felis. Terapi yang diberikan yaitu terapi kausatif berupa pemberian antibiotik doksisiklin (5 mg/kgBB, selama 28 hari), terapi simtomatis dengan moxidectin satu tube, terapi suportif diberikan infus ringer laktat, dan pemberian vitamin cyanocobalamin, vitamin C, Fe, asam folat, dengan terapi ini diperoleh hasil yang memuaskan. Kucing sudah mulai aktif bermain, nafsu makan meningkat, warna mukosa merah muda dan suhu tubuh sudah kembali normal.
Laporan Kasus: Penanganan Katarak pada Anjing Pomeranian dengan Pemberian Antioksidan Berkualitas Tinggi Areningrat, Putu Ayutia; Widyastuti, Sri Kayati; Anthara, Made Suma
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (3) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.3.465

Abstract

Katarak merupakan penyebab umum kebutaan pada anjing ras Pomeranian. Katarak adalah suatu kondisi pada mata yaitu cahaya tidak dapat menembus lensa mata atau hilangnya transparansi lensa mata (opacity). Hewan kasus adalah seekor anjing ras Pomeranian dengan jenis kelamin jantan, umur delapan tahun, berat badan 5,6 kg, warna rambut coklat kehitaman. Bola mata bagian kiri terutama bagian lensa anjing kasus berwarna putih terang. Adanya abnormalitas pada mata sebelah kiri pada anjing Pomeranian ini mulai terlihat pada empat bulan lalu. Hewan kasus belum pernah diberikan pengobatan apapun. Pengujian refleks palpaebrae di kedua mata anjing terlihat mata kiri masih menunjukkan refleks palpaebrae. Pada pengujian refleks pupil di kedua mata anjing, mata sebelah kiri tidak menunjukkan adanya refleks pupil terhadap cahaya. Pada pemeriksaan fluorescein terlihat tidak adanya warna yang terserap dikedua mata anjing yang menunjukkan bahwa tidak terdapat ulcer di kedua mata anjing kasus. Berdasarkan tanda klinis, hasil pemeriksaan menggunakan ophtalmoskop serta hasil pemeriksaan menggunakan tes fluorescein, anjing kasus didiagnosa katarak. Prognosa hewan kasus adalah dubius. Anjing kasus diberikan suplemen herbal yaitu eyevit® sebanyak dua tablet sehari yang setara dengan 160 mg ekstrak bilberry kering, ?-carotene 10 mg, Vitamin E 80 mg, lutein 500 mg, zeaxanthin 120 mcg, selenium 30 mcg dan zinc 10 mg. Suplemen dengan kandungan antioksidan tersebut dapat memperlambat perkembangan katarak.