Stanislaus Risadi Apresian
Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Menuju Asean Economic Community 2015 dalam Kondisi Pembangunan Ekonomi yang Timpang Apresian, Stanislaus Risadi
Jurnal Ilmiah HUBUNGAN INTERNASIONAL Vol 10, No 1 (2014)
Publisher : Jurnal Ilmiah HUBUNGAN INTERNASIONAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (26675.341 KB)

Abstract

Abstract: Economic development gap has divided ASEAN countries into two groups namedASEAN-6 and CLMV. Yet, ASEAN is still in the process to establish ASEAN Economic Community(AEC) in 2015. And in attempt to establish AEC, equitable economic development becomes one of themain characteristics in AEC Blueprint. A debate then arises whether ASEAN is plausible to establisheconomic community successfully or not. In fact, development gap does not always obstruct theestablishment of a community. As for an example, development gap also exists in European region butit is not regarded as a serious problem that can hinder European countries to establish European Union.This study is aimed at discussing the influences of economic development gap among ASEANcountries towards the process of AEC establishment. In this study, dependent development theory ofCardoso is used to analyze the development gap in ASEAN. Based on further analysis, it is found thatthe development gap in ASEAN is influenced by the international economic structure. Data shows thatASEAN countries are integrated (in?)to international structure through the foreign direct investmentfrom the center states. This condition places ASEAN countries as the dependent countries.Key Words: development gap, ASEAN Economic Community (AEC), dependent development
Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular Sebagai Instrumen Peningkatan Peran Indonesia di Tingkat Global Apresian, Stanislaus Risadi
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol 12, No 2 (2016): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.082 KB) | DOI: 10.26593/jihi.v12i2.2653.189-203

Abstract

Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) bukanlah isu baru bagi Indonesia. Sejak Konperensi Asia Afrika (KAA) diselenggarakan pada tahun 1955 di Bandung, saat itulah Indonesia sudah memulai kebijakan kerjasama selatan-selatan. Hingga saat ini berarti sudah 60 tahun lebih Indonesia bergelut dengan kebijakan kerjasama selatan-selatan dan triangular ini. Meskipun demikian, masih ada banyak masalah dalam pengimplementasian kebijakan ini. Tidak semua orang Indonesia memahami isu KSST ini atau perlunya memberikan bantuan ke negara sedang berkembang yang lain sementara masih banyak permasalahan pembangunan di dalam negeri. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa mengapa Indonesia memberikan bantuan luar negeri melalui skema KSST. Selain itu tujuan ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi hambatan dan tantangan Indonesia dalam mengimplementasikan KSST. Tulisan ini akan menggunakan pendekatan liberal-institusionalisme untuk memahami dan menganalisa isu KSST ini. Argumen utama dari tulisan ini adalah Indonesia dapat menciptakan mutual gain melalui skema KSST dan memberikan kontribusi positif dalam mewujudkan kepentingan kolektif untuk meningkatkan kesejahteraan global.Kata kunci: Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST), Bantuan Luar Negeri, Indonesia, Liberal-Institusionalisme, Kepentingan Kolektif
The Collaboration Between Indonesia and Pasific Island Countries in Facing Environmental Challenges W, Vrameswari Omega; Apresian, Stanislaus Risadi; Dewi, Elisabeth
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol 14, No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.213 KB) | DOI: 10.26593/jihi.v14i1.2834.137-148

Abstract

Permasalahan lingkungan masih menjadi isu utama bagi negara-negara di Kepulauan Pasifik. Kawasan ini dikenal sebagai salah satu yang paling rentan terkena bahaya alam dan perubahan iklim di dunia.[1]  Penelitian terbaru menunjukkan bahwa setidaknya 8 pulau di Samudera Pasifik telah tenggelam akibat naiknya permukaan air laut.[2]  Ancaman serupa pun terjadi di Indonesia. Sebagai negara yang terletak di kawasan Pacific Ring of Fire dan dikelilingi tiga lempeng tektonik menyebabkan Indonesia menjadi wilayah yang rawan bencana. dampak perubahan iklim telah mengancam sekitar 2000 pulau akan tenggelam sebelum tahun 2050.[3] Melihat pada tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh negara-negara di kepulauan Pasifik dan Indonesia, membangun kerja sama yang konstruktif untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi menjadi hal yang penting. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi tantangan-tantangan keamanan lingkungan yang dihadapi oleh negara-negara kepulauan Pasifik, memetakan kerja sama yang sudah dilakukan antara Indonesia dengan kawasan Pasifik, dan mengelaborasi mengapa kerja sama ini penting. Penelitian ini mengandalkan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi literatur. Penelitian ini berpendapat bahwa kerja sama yang dilakukan melalui kerangka kerja sama Selatan-Selatan dan Triangulat merupakan upaya untuk memperkuat peran Indonesia dalam menjalin hubungan dengan PICs dan untuk mengatasi tantangan lingkungan.
Menuju Asean Economic Community 2015 dalam Kondisi Pembangunan Ekonomi yang Timpang Stanislaus Risadi Apresian
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 10 No. 1 (2014)
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (26675.341 KB) | DOI: 10.26593/jihi.v10i1.1053.%p

Abstract

Abstract: Economic development gap has divided ASEAN countries into two groups namedASEAN-6 and CLMV. Yet, ASEAN is still in the process to establish ASEAN Economic Community(AEC) in 2015. And in attempt to establish AEC, equitable economic development becomes one of themain characteristics in AEC Blueprint. A debate then arises whether ASEAN is plausible to establisheconomic community successfully or not. In fact, development gap does not always obstruct theestablishment of a community. As for an example, development gap also exists in European region butit is not regarded as a serious problem that can hinder European countries to establish European Union.This study is aimed at discussing the influences of economic development gap among ASEANcountries towards the process of AEC establishment. In this study, dependent development theory ofCardoso is used to analyze the development gap in ASEAN. Based on further analysis, it is found thatthe development gap in ASEAN is influenced by the international economic structure. Data shows thatASEAN countries are integrated (in?)to international structure through the foreign direct investmentfrom the center states. This condition places ASEAN countries as the dependent countries.Key Words: development gap, ASEAN Economic Community (AEC), dependent development
The Collaboration Between Indonesia and Pasific Island Countries in Facing Environmental Challenges Vrameswari Omega W; Stanislaus Risadi Apresian; Elisabeth Dewi
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 14 No. 1 (2018): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.213 KB) | DOI: 10.26593/jihi.v14i1.2834.137-148

Abstract

Permasalahan lingkungan masih menjadi isu utama bagi negara-negara di Kepulauan Pasifik. Kawasan ini dikenal sebagai salah satu yang paling rentan terkena bahaya alam dan perubahan iklim di dunia.[1]  Penelitian terbaru menunjukkan bahwa setidaknya 8 pulau di Samudera Pasifik telah tenggelam akibat naiknya permukaan air laut.[2]  Ancaman serupa pun terjadi di Indonesia. Sebagai negara yang terletak di kawasan Pacific Ring of Fire dan dikelilingi tiga lempeng tektonik menyebabkan Indonesia menjadi wilayah yang rawan bencana. dampak perubahan iklim telah mengancam sekitar 2000 pulau akan tenggelam sebelum tahun 2050.[3] Melihat pada tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh negara-negara di kepulauan Pasifik dan Indonesia, membangun kerja sama yang konstruktif untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi menjadi hal yang penting. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi tantangan-tantangan keamanan lingkungan yang dihadapi oleh negara-negara kepulauan Pasifik, memetakan kerja sama yang sudah dilakukan antara Indonesia dengan kawasan Pasifik, dan mengelaborasi mengapa kerja sama ini penting. Penelitian ini mengandalkan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi literatur. Penelitian ini berpendapat bahwa kerja sama yang dilakukan melalui kerangka kerja sama Selatan-Selatan dan Triangulat merupakan upaya untuk memperkuat peran Indonesia dalam menjalin hubungan dengan PICs dan untuk mengatasi tantangan lingkungan.
Komunikasi Internasional dalam Era Informasi dan Perubahan Sosial di Indonesia Sukawarsini Djelantik; Ratih Indraswari; Albert Triwibowo; Stanislaus Risadi Apresian
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3361.164 KB)

Abstract

Komunikasi Internasional dalam era Informasi, mengalami perubahan yang signifikan dalam dari segi aktor, metoda, dan efek yang ditimbulkan. Hadirnya internet beserta produk-produk informasi telah berhasil menembus hambatan geografis, batasan negara, ras, adat, budaya dll. Aktivitas warga negara sekarang semakin penting, mengingat setiap orang dapat langsung terhubung melalui jaringan informasi global. Kondisi ini juga menurunkan peran negara dalam pengambilan keputusan-keputusan penting. Era media massa elektronik seperti televisi yang khusus mempublikasikan berita (news television) juga perlahan digantikan dengan online media dan keberadaan media-media social dan jurnalisme warga. Perkembangan dalam teknologi komunikasi, beserta pengaruh-pengaruhnya bagi kehidupan bermasyarakat khususnya di Indonesia perlu diinformasikan dan disebarluaskan. Penelitian ini membahas perubahan pada pola Komunikasi Internasional sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi di Indonesia. Pembahasan dilakukan melalui 6 studi kasus yang mewakili pembahasan tentang budaya global, kemunculan jurnalisme warga, keberadaan organisasi internasional, praktek diplomasi,pembentukan opini publik, dan keamanan, khususnya organisasi terorisme internasional. Tujuan penelitian ini agar masyarakat pengguna teknologi komunikasi dan informasi semakin sadar akan perkembangan dunia dewasa ini. Lebih jauh, masyarakat secara umum dapat menyadari dan mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut bagi diri, lingkungan keluarga, lingkungan sosial, maupun kehidupan berbegara.Kata-kata kunci: komunikasi, teknologi infromasi, internet, perubahan sosial, Indonesia.
Arus Bebas Tenaga Kerja dalam Era Masyarakat Ekonomi ASEAN: Ancaman bagi Indonesia? Stanislaus Risadi Apresian
Indonesian Perspective Vol. 1, No. 2 ( Juli-Desember 2016), hlm. 93-187
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.321 KB) | DOI: 10.14710/ip.v1i2.14285

Abstract

ASEAN Economic Community has been entered into force in December 31st, 2015. A free labour movement is one of major agendas to support the establishment of ASEAN as a single market and production base of ASEAN. This agenda becomes a hot debate since it can be an opportunity or threat for Indonesia. In fact, most of Indonesian people view it as a threat for Indonesia. On the contrary to that view, this research takes a clear position to support that a free labour movement is not a threat for Indonesia. This research is aimed to give a new perspective to see labour market liberalization in ASEAN not as a threat by giving new empirical findings. Theoritically, this research will give new empirical findings to explain that a free labour movement is not a threat for Indonesia by using liberal-institutionalis perspective. Practically, this research will give some policy recommendations addressed to the Government of Indonesia and other stakeholders related to employment issue.Keywords: ASEAN Economic Community, free labour movement, Indonesia
Tantangan Mewujudkan Kesetaraan Gender di Tataran Lokal. Studi Kasus: Upaya Pemberdayaan Sosial dan Ekonomi Komunitas Perempuan Penyintas Kekerasan Stanislaus Risadi Apresian; Sylvia Yazid; Elisabeth S. Dewi
Indonesian Journal of International Relations Vol 1 No 2 (2017): INDONESIAN JOURNAL OF INTERNATIONAL RELATIONS
Publisher : Indonesian Association for International Relations

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.538 KB) | DOI: 10.32787/ijir.v1i2.30

Abstract

Abstrak Riset ini merupakan studi reflektif yang didanai oleh proyek dari Australia Awards in Indonesia melalui skema Alumni Grant Scheme. Judul proyek ini adalah “Tantangan Mewujudkan Kesetaraan Gender di Tataran Lokal. Studi Kasus: Upaya Pemberdayaan Sosial dan Ekonomi Komunitas Perempuan Penyintas Kekerasan”. Proyek ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Riset ini memiliki arti penting mengingat angka kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia masih cenderung tinggi, bahkan angka kasusnya meningkat pada 2017 jika dibandingkan data pada 2016. Selanjutnya, riset ini juga berfokus kepada poin 5 SDGs, khususnya poin 5.2 yaitu penghapusan seluruh bentuk kekerasan terhadap perempuan serta para gadis baik di ruang public maupun ruang privat. Pertanyaan riset yang akan dijawab melalui riset ini: Pertama, efek dari kekerasan berbasis gender terhadap kondisi sosio-ekonomi dari para perempuan di wilayah Majalaya, Paseh, Arjasari, dan Ciparay; Kedua, tantangan-tantangan yang dihadapi oleh para penyintas kekerasan terhadap perempuan; Ketiga, bagaimana dampak dari pendekatan “social entrepreneurship” terhadap pemberdayaan ekonomi dari para perempuan penyintas kekerasan. Riset ini menggunakan pendekatan studi kasus melalui pemilihan empat desa di kawasan Kabupaten Bandung yaitu Majalaya, Paseh, Arjasari, dan Ciparay sebagai lokasi utama dari riset lapangan ini. Para perempuan dari keempat desa ini tergabung ke dalam sebuah organisasi yang disebut Bale Istri yang diinisiasi oleh Sapa Institut. Kata kunci: kekerasan berbasis gender, perempuan penyintas kekerasan, social entrepreneurship, Kabupaten Bandung. Abstract This research is a reflective study from a project funded by Australia Awards in Indonesia through Alumni Grant Scheme. The name of the project is “Social and Economic Empowerment of Women Domestic Violence Survivors”. The project took places in Bandung Regency, West Java, Indonesia. This research is important since the cases of violence against women in Indonesia are still high – even the number of the cases increased in 2017 compared to the data in 2016. In addition, this research also focuses on SDGs point 5 particularly point 5.2 to eliminate all forms of violence against all women and girls in the public and private spheres. This research questions: firstly, the impacts of gender-based violence towards the economic and social conditions of the women in Majalaya, Paseh, Arjasari, and Ciparay; secondly, the challenges faced by the women violence survivors; thirdly, how social entrepreneurship impacts on the economic empowerment of the women violence survivors. Case study is utilized as the design of inquiry by selecting four villages in Bandung Regency including Majalaya, Paseh, Arjasari, and Ciparay as main sites of the field research. The women in those four sites are joined in one organization called Bale Istri initiatied by Sapa Institute. Keywords: gender-based violence, women violence survivors, social entrepreneurship, Bandung Regency
Arus Bebas Tenaga Kerja dalam Era Masyarakat Ekonomi ASEAN: Ancaman bagi Indonesia? Stanislaus Risadi Apresian
Indonesian Perspective Vol. 1, No. 2 ( Juli-Desember 2016), hlm. 93-187
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.321 KB) | DOI: 10.14710/ip.v1i2.14285

Abstract

ASEAN Economic Community has been entered into force in December 31st, 2015. A free labour movement is one of major agendas to support the establishment of ASEAN as a single market and production base of ASEAN. This agenda becomes a hot debate since it can be an opportunity or threat for Indonesia. In fact, most of Indonesian people view it as a threat for Indonesia. On the contrary to that view, this research takes a clear position to support that a free labour movement is not a threat for Indonesia. This research is aimed to give a new perspective to see labour market liberalization in ASEAN not as a threat by giving new empirical findings. Theoritically, this research will give new empirical findings to explain that a free labour movement is not a threat for Indonesia by using liberal-institutionalis perspective. Practically, this research will give some policy recommendations addressed to the Government of Indonesia and other stakeholders related to employment issue.Keywords: ASEAN Economic Community, free labour movement, Indonesia
KEMASAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI BANDUNG SERTA TANTANGAN PENYELAMATAN LINGKUNGAN Wijayakusuma, Ita Hanami; Apresian, Stanislaus Risadi; Pakpahan, Aknolt Kristian
Media Riset Bisnis & Manajemen Vol. 25 No. 1 (2025): April
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/v25i1.23491

Abstract

This research aims to review the reasons why micro, small, and medium enterprises (MSMEs) in Bandung use non-environmentally friendly packaging using a qualitative research method with a multiple case study design by looking at the sustainability practices of six MSMEs located in Bandung, namely Oei Baked, Kojju Cake, Fiorina Wear, Socks Em All, Gurumikoe, and The Journails. The main focus of the study is the implementation of a green economy which is a challenge for MSMEs in Bandung related to the use of packaging. Data were collected through asynchronous interviews covering questions such as packaging use, advantages and disadvantages of the packaging used, and future commitments regarding environmentally friendly packaging. The results show that the majority of MSMEs still face challenges in implementing green economy practices related to environmentally friendly packaging. MSMEs in Bandung have made a future commitment to using environmentally friendly packaging. The study provides recommendations for environmentally friendly packaging and socialization from the Bandung City government so that all MSMEs can implement a green economy