Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SIKAP BAHASA SANTRI: SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Yanti Sariasih; Linda Eka Pradita; Jendriadi Jendriadi; Dedi Febriyanto
JURNAL KONFIKS Vol 9, No 2 (2022): KONFIKS
Publisher : LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/konfiks.v9i2.9231

Abstract

Pondok Pesantren Darussaadah Bandar Lampung merupakan salah satu pondok pesantren yang memiliki santri dari berbagai latar belakang suku dan bahasa. Setidaknya terdapat empat bahasa yang digunakan oleh para santri dalam komunikasi sehari-hari, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Jawa Banten. Beberapa santri juga menguasai bahasa Inggris dan bahasa Arab. Kondisi kebahasaan yang demikian memungkinkan adanya sikap bahasa berbeda antara bahasa pertama dengan bahasa kedua. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sikap bahasa santri terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah ditinjau dari tiga aspek, kognisi, afeksi, dan konasi. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik. Subjek Penelitian adalah santri Pondok Pesantren Darussaadah Bandar Lampung. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner, observasi, dan dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa santri Pondok Pesantren Darussaadah Bandar Lampung memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Hal ini dapat dilihat melalui pemerolehan skor rata-rata setiap aspek sikap bahasa. Pemerolehan skor rata-rata sikap bahasa santri terhadap bahasa Indonesia ditinjau dari aspek kognisi adalah sebesar 2,99 yang berarti masuk kategori baik, dari aspek afeksi diperoleh skor rata-rata 2,98, sedangkan dari aspek Konasi diperoleh skor rata-rata 3,28 yang juga masuk dalam kategori baik. Adapun pemerolehan skor rata-rata sikap bahasa santri terhadap bahasa daerah, ditinjau dari aspek kognisi adalah sebesar 2,57, masuk dalam kategori baik, dari aspek afeksi diperoleh skor rata-rata 2, 93, masuk dalam kategori baik, sedangkan dari aspek konasi diperoleh skor rata-rata 2,81, masuk dalam kategori baik.
CERITA RAKYAT KOMERING PITU PHUYANG: TELAAH NILAI BUDAYA Dedi Febriyanto; Fitriani, Yessi; Puspa Indah Utami; Ratanasiri, Sutida; Thantakul, Ananya; Lertchaiprasert, Nipa
Jurnal Pembahsi (Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia) Vol. 15 No. 1 (2025): Pembahsi (Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia)
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/pembahsi.v15i1.17129

Abstract

Karya sastra, termasuk cerita rakyat, dapat menjadi media efektif dalam menanamkan nilai-nilai budaya. Hal ini tercermin dalam cerita rakyat Komering "Pitu Phuyang", sebuah karya sastra lokal yang sarat dengan representasi nilai budaya dalam setiap bagian narasinya. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data baca-catat, penelitian ini berupaya mengungkap dan menginterpretasikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam cerita tersebut. Hasil analisis menunjukkan keberagaman nilai budaya yang dapat diklasifikasikan dalam empat dimensi hubungan: dengan Tuhan, alam, sesama manusia, dan diri sendiri. Nilai-nilai ini mencerminkan pentingnya keselarasan dan kemanusiaan dalam kehidupan bermasyarakat.
PENDAMPINGAN TEKNIK MENDONGENG SEBAGAI METODE PENGAJARAN ORANG TUA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT CIDAWANG Herni Fitriani; Puji Adi Pertiwi; Dedi Febriyanto
JOURNAL OF COMMUNITY DEDICATION Vol. 4 No. 1 (2024): FEBRUARI
Publisher : CV. ADIBA AISHA AMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fairy tales are stories that do not really happen or are stories created by the author's imagination. One of the intrinsic elements in fairy tales is that they have a message or moral message. Therefore, fairy tales can be used as a medium to shape children's character because they have moral values ​​that children can learn. The strategy for building children's character is carried out by providing examples, getting used to reading fairy tales, getting used to listening to fairy tales, and creating a supportive reading environment. Accompanying this storytelling technique is also a literacy activity as a form of oral tradition that needs to be maintained. Storytelling is an activity to train language skills as a supporting factor in children. Storytelling is also an activity that approaches parents and children, one of which is as a supporting factor for cognitive development so that children can be interested in reading and listening to fairy tales and are not dependent on gadgets. The aim of this service is to apply fairy tale-based learning to shape children's character in the millennium era optimally, be fun, and be integrated with family and school as well as provide parents with awareness that storytelling activities can release children from their dependence on gadgets, as well as provide various positive stimuli to children. This service uses parental teaching methods. The results achieved were that there was a high desire among parents to return to the old tradition, namely storytelling with material that is appropriate for today. Participants appreciated the event, understood the role of fairy tales as forming children's characters so they were interested in carrying them out.