Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

ANALISIS KIMIA PADA MP-ASI BISKUIT BAYI DARI CAMPURAN TEPUNG PISANG KEPOK, TEPUNG KACANG TUNGGAK DAN TEPUNG DAUN KELOR Dwiani, Afe; Rahman, Suburi
-
Publisher : SAINS Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

MP-ASI merupakan makanan pendamping asi yang diberikan kepada anak umur 6-24 bulan. Zat gizi penting yang diperlukan untuk bayi beberapa diantaranya lemak, karbohidrat dan protein. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam formulasi MP-ASI yang menghasilkan biskuit bayi yang memiliki kandungan air, abu protein, lemak dan karbohidrat yang memenuhi kebutuhan gizi bayi sesuai SNI 01-7111.2-2005. Hasil analisis menunjukkan bahwa formulasi tepung pisang kapok, tepung kacang tunggak dan tepung daun kelor memiliki pengaruh yang signifikan antar perlakuan untuk kadar proksimat (kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat) MP-ASI biskuit bayi MP-ASI is a complementary food that given to children aged 6-24 months. Essential nutrients are needed for infants and some of them are fat, protein and carbohydrate. This research is expected to be a reference in the formulation of weaning biscuits that produce biscuits containing moisture, ash, protein, fat and carbohydrate that meet the nutritional needs of infants according to SNI 01-7111.2-2005. The results of the analysis showed that the formulation of banana flour, cowpea flour and moringa flour have a significant different between the treatments for proximate content (moisture content, ash, protein, fat and carbohydrate) of weaning biscuits. 
PEMBUATAN FRUIT LEATHER DENGAN CAMPURAN BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) DAN BUAH PISANG KEPOK (Musa Paradisiaca): Processing of Fruit Leather from Mixture of Red Dragon (Hylocereus polyrhizus) Fruit and Banana (Musa Paradisiaca) Khurfatul Jannah; Afe Dwiani; Suburi Rahman
Pro Food Vol. 5 No. 1 (2019): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.294 KB) | DOI: 10.29303/profood.v5i1.92

Abstract

ABSTRACT Red dragon fruit are a fruit that have a high antioxidants while banana are fruits that have a high carbohydrate and dietary fiber. Fruits are easy to spoil because of their properties are perishable and the way to increase shelf life is by processing it into fruit leather. Fruit leather is a snack that made from fruit and dried so they have a plastic and chewy texture. Besides that, processing fruit can also diversified fruit processing product. The aims of this research was to determine the best combination of red dragon fruit with banana in making fruit leather. The method that used in this study was a completely randomized design (CRD) with a single factor, consisting 5 treatment P1 = dragon fruit 100%: banana 0%; P2 = dragon fruit 75%: banana 25%; P3 = dragon fruit 50%: banana 50%; P4 = dragon fruit 25%: banana 75% and P5 = dragon fruit 0%: banana 100% with 3 times repetitions. The data of the research were analyzed using Analysis of Variance at alpha 5% using SPSS 16 and tested continued using the test of Honest Real Difference (HRD) if there was real difference. The results showed that processing of fruit leather from mixture of red dragon fruit and bananas gave a significantly difference effect on chemical quality (moisture content and vitamin C) but gave not significant effect on ash content. Fruit leather with a mixture of red dragon fruit and banana that suitable with SNI No. 1718-83 for moisture content (<25%) are treatments P1, P4 and P5, respectively 24.24%; 21.8% and 23.30%. The highest vitamin C was produced in treatment P1, which was 84.07 mg/g. Keywords: dragon fruit, fruit leather, bananaABSTRAKBuah naga merah merupakan buah yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, sedangkan buah pisang merupakan buah yang mengandung karbohidrat dan serat tinggi. Buah mudah mengalami kerusakan dan cara yang digunakan untuk meningkatkan masa simpannya adalah dengan cara mengolahnya menjadi Fruit Leather. Fruit leather merupakan makanan yang berasal dari buah yang dihancurkan dan dikeringkan dengan tekstur plastik dan kenyal serta rasa yang manis. Selain itu pengolahan juga dapat menganekaragamkan produk olahan buah-buahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi terbaik dari buah naga merah dengan pisang kepok dalam pembuatan fruit leather. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan faktor tunggal yaitu konsentrasi buah naga merah dan pisang kepok (P1= buah naga 100%: pisang kepok 0%; P2= buah naga 75%:pisang kepok 25%; P3= buah naga 50%:pisang kepok 50%; P4= buah naga 25%:pisang kepok 75% dan P5= buah naga 0%:pisang kepok 100%) dengan 3 kali ulangan. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar kimia yang meliputi kadar air, kadar abu dan kadar vitamin C. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis keragaman (Analysis of Variance) pada taraf nyata 5% dengan menggunakan SPSS 16 dan apabila terdapat beda nyata dilakukan uji lanjut dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan buah naga merah dan pisang kepok berpengaruh terhadap kadar air dan kadar vitamin C. Fruit leather dengan campuran buah naga merah dan pisang kepok yang memenuhi standar SNI No. 1718-83 untuk kadar air (<25%) adalah perlakuan P1, P4 dan P5 berturut-turut sejumlah 24,24%; 21,8% dan 23,30%. Kadar vitamin C tertinggi dihasilkan pada perlakuan P1 yaitu 84,07mg/g.Keywords: fruit leather, buah naga, pisang kepok, air, abu, vitamin C
Pengaruh Penambahan Tepung Tapioka terhadap Mutu Organoleptik Stik Rumput Laut (Euchema cottonii) Afe Dwiyani; Suburi Rahman
JURNAL AVESINA Vol 14 No 1 (2020): Jurnal Avesina
Publisher : Universitas Islam Al-Azhar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.82 KB)

Abstract

Rumput laut merupakan salah satu hasil laut yang banyak dibudidayakan khususnya di perairan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Salah satu pengolahan yang dapat memanfaatkan rumput laut adalah dengan diolah menjadi stik rumput laut. Stik merupakan produk makanan olahan kering yang terbuat dari tepung terigu maupun tepung lain seperti tepung tapioka dan biasanya diolah dengan cara digoreng. Tepung tapioka mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan tekstur dan kenampakan stik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung tapioka terhadap mutu organoleptik stik rumput laut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yaitu konsentrasi rumput laut dan tepung tapioka. Terdapat enam perlakuan dalam penelitian ini antara lain T0 (rumput laut 100 gram + tepung tapioka 0 gram), T1 (rumput laut 75 gram + tepung tapioka 25 gram), T2 (rumput laut 60 gram + tepung tapioka 40 gram), T3 (rumput laut 35 gram + tepung tapioka 65 gram), T4 (rumput laut 20 gram + tepung tapioka 80 gram) dan T5 (rumput laut 5 gram + tepung tapioka 95 gram) yang masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah mutu organoleptik yang meliputi warna, rasa, aroma dan tekstur stik rumput laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penambahan tepung tapioka tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap mutu organoleptik seperti rasa, aroma dan warna, tapi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tekstur. Stik rumput laut dengan penambahan tepung tapioka untuk semua perlakuan dapat diterima secara organoleptik baik rasa, warna, aroma dan tekstur, panelis memberikan penilaian agak suka terhadap semua kriteria penilaian organoleptik. Stik rumput laut perlakuan T5 (rumput laut 5% dan tepung tapioka 95%) merupakan produk terbaik dari segi aroma dan rasa.
PENGARUH PENCAMPURAN TEPUNG PISANG KEPOK, TEPUNG KACANG TUNGGAK dan TEPUNG DAUN KELOR TERHADAP KANDUNGAN MINERAL MP-ASI BISKUIT BAYI Suburi Rahman; Afe Dwiani Dwiani
Jurnal Agrotek Ummat Vol 5, No 1 (2018): February
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.637 KB) | DOI: 10.31764/agrotek.v5i1.237

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung pisang, tepung kacang tunggak dan tepung daun kelor terhadap kandungan mineral kalsium (Ca) dan natrium (Na) pada MP-ASI biskuit bayi. MP-ASI biskuit bayi dibuat dengan 6 perlakuan yaitu PTK1-PTK6. Hasil analisa akan dibandingkan dengan SNI MP-ASI biskuit bayi (01-7111.2-2005). Dari hasil penelitian diketahui bahwa adanya perbedaan yang signifikan pada MP-ASI biskuit bayi (kandungan mineral kalsium dan natrium). Dari hasil analisa mineral diketahui bahwa untuk natrium dihasilkan biskuit yang memenuhi standar mutu SNI. Perlakuan PTK1 (100% tepung pisang) menghasilkan  kandungan natrium tertinggi yaitu 151,3 mg/100 g dan diikuti dengan PTK5 (Tepung pisang kepok 60%, tepung daun kelor 15%, tepung kacang tunggak 25%). Untuk mineral kalsium tidak memenuhi standar SNI.This study aims to determine the effect of adding banana flour, cowpea flour and flour of moringa to calcium (Ca) and sodium (Na) mineral contents on MP-ASI baby biscuit. MP-ASI baby biscuits made with 6 treatments namely PTK1-PTK6. The results of the analysis will be compared with Indonesian National Standard (SNI) MP-ASI baby biscuit (01-7111.2-2005). From the results of the research note that there are significant differences in the baby's biscuit ASI-biscuits (calcium and sodium mineral content). From the results of mineral analysis, it is known that for sodium biscuits are produced that meet SNI quality standards. The PTK1 (100% banana flour) treatment resulted in the highest sodium content of 151.3 mg / 100 g and followed by PTK5 (60% pure banana flour, 15% moringa flour, 25% cow flour). For calcium minerals do not meet SNI standards.
PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DALAM LARUTAN KAPUR SIRIH TERHADAP MUTU KERIPIK PISANG KEPOK (Musa paradisiaca formatypica) Afe Dwiani; Suburi Rahman
Jurnal Agrotek Ummat Vol 8, No 2 (2021): October 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jau.v8i2.5221

Abstract

This research aimed to determine the effect of concentration and soaking time in calcium hydroxide (Ca(OH)2) on the quality of plantain chips (Musa paradisiaca formatypica). The method that used in this study was complete randomized design (CRD) with a double factors that was concentration of calcium hydroxide (1%, 5% and 10%) and soaking time (10, 20 and 30 minutes), with treatment are KP1 (1% : 10 minutes), KP2 (5% : 10 minutes), KP3 (10% : 10 minutes), KP4 (1% : 20 minutes), KP5 (5% : 20 minutes), KP6 (10% : 20 minutes), KP7 (1% : 30 minutes), KP8 (5% : 30 minutes) and KP9 (10% : 30 minutes). The data of the research were analyzed using Analysis of Variance at level 5% and tested continued using the test of Least Significant Different (LSD) at the same level if there was a real difference. The results showed that the concentration and soaking time in calcium hydroxide had a real effect on chemical qualities (water, ash, fat, and zinc/Zn) and organoleptic (taste, color, aroma, and texture) of plantain chips. In zinc content for all instruments are suitable with standard (SNI No. 01-4315-1996) for banana chips, while for moisture, ash, and fat content, not all treatments are suitable with the standard. In organoleptic parameters for taste, color, and aroma, panelists preferred treatment of KP1 (concentration of calcium hydroxide 1% and soaking time of 10 minutes) for best result, while for texture the treatment of KP9 (concentration of calcium hydroxide 10% and soaking time 30 minutes) produces the best quality based from panelist choice.
Pengaruh Substitusi Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) dan Tepung Terigu Terhadap Mutu Kimia Nugget Suburi Rahman; Afe Dwiani
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 20 No 3 (2020): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v20i3.2364

Abstract

Nugget adalah produk olahan daging yang terbuat dari daging giling yang dibentuk berbentuk persegi panjang dan dilapisi tepung bumbu. Nugget seperti halnya daging olahan umumnya memiliki kelemahan pada kandungan seratnya yang rendah. Adanya subtitusi jamur tiram menjadi nugget akan meningkatkan kandungan serat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi jamur tiram dan tepung terigu terhadap sifat kimia nugget. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal, terdiri dari 6 perlakuan (N1= 0% jamur tiram : 100% tepung; N2= 10% jamur tiram : 90% tepung; N3= 20% jamur tiram : 80% tepung; N4= 30% jamur tiram : 70% tepung; N5= 40% jamur tiram : 60% tepung dan N6= 50% jamur tiram : 50% tepung) dengan pengulangan sebanyak tiga kali. Data penelitian dianalisis menggunakan Analisis Varians pada alpha 5% menggunakan software Co-Stat dan diuji dilanjutkan menggunakan uji Honest Real Difference (HRD) jika terdapat perbedaan nyata. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil yang signifikan pengujian analisis kimia pada nugget yang dihasilkan seperti kadar air, kadar lemak dan kadar protein. Nugget dengan penambahan jamur tiram dan tepung terigu yang sesuai dengan SNI No. 01-6683-2004 (standar mutu nugget ayam) untuk kadar air adalah semua perlakuan (N1-N6). Sedangkan kadar protein dan kadar lemak tidak sesuai standar karena hasil yang rendah disebabkan oleh tingginya kadar air bahan dan rendahnya jumlah protein dan lemak dalam bahan baku.
Pengaruh Substitusi Tepung Tapioka dan Tepung Terigu serta Lama Waktu Pengukusan terhadap Mutu Kerupuk Sape Suburi Rahman; Afe Dwiani
JURNAL TRITON Vol 12 No 1 (2021): JURNAL TRITON
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47687/jt.v12i1.156

Abstract

Kerupuk sape merupakan salah satu jenis kerupuk khas daerah Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kerupuk ini menggunanakan tepung terigu sebagai bahan utama namun hingga saat ini kebutuhan terigu masih dipenuhi oleh impor. Untuk mengurangi konsumsi terigu diperlukan bahan baku lain seperti tepung tapioka. Selain bahan baku faktor lain yang mempengaruhi kualitas kerupuk adalah pengukusan. Karena itu diperlukan waktu pengukusan yang tepat agar kerupuk memiliki kualitas yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung tapioka, tepung terigu dan lama waktu pengukusan adonan terhadap mutu kerupuk sape. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu substitusi tepung tapioka dan tepung terigu serta lama pengukusan adonan yang terbagi menjadi 9 perlakuan yaitu: A1 (100 g : 0 g dan 1 jam), A2 (100 g : 0 g dan 1,5 jam), A3 (100 g : 0 g dan 2 jam), B1 (50 g : 50 g dan 1 jam), B2 (50 g : 50 g dan 1,5 jam), B3 (50 g : 50 g dan 2 jam), C1 (0 g : 100 g dan 1 jam), C2 (0 g : 100 g dan 1,5 jam) dan C3 (0 g : 100 g dan 2 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerupuk sape yang dihasilkan telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 0272:1991) untuk kadar air dan kadar lemak, sedangkan untuk kadar abu hanya kerupuk yang berbahan baku tepung tapioka saja yang memenuhi standar. Hasil penilaian mutu terbaik dalam penelitian ini adalah perlakuan A1 yaitu perlakuan tepung tapioka 100 g : tepung terigu 0 g dengan waktu pengukusan 1 jam.
Pelatihan Pembuatan Abon Pepaya Muda Kepada Kelompok Wanita Tani di Dusun Pidendang Desa Pemepek Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Ni Luh Putu Sherly Yuniartini; Afe Dwiani; Suburi Rahman; Rizki Nugrahani
Rengganis Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2022): November 2022
Publisher : Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/rengganis.v2i2.256

Abstract

Papaya is a fruit that is known to many people, especially in Indonesia. Papaya also contains high nutrients, like vitamins and minerals. So far, papaya fruit has only been used for direct consumption, especially ripe fruit. Pidendang has high agricultural potential, as every yard has papaya plants. Raw papaya fruit has only been used as a vegetable. Therefore, it is necessary to make innovative processes for raw papaya fruits. One of the processing is the manufacture of papaya floss. This service aims to process young papaya into shredded so that it can be developed by women's groups in Pidendang, Pemepek Village, Pringgarata District, Central Lombok. The method of carrying out activities is a discussion with the giving of materials, training on making papaya floss, and packaging processes. The training on making papaya floss with the frying process was successfully carried out and resulting in a crispy texture and good taste.
Chemical quality of red beans instant drink (Phaseolus vulgaris L.) with added red ginger (Zingiber officinale var. Rubrum) Suburi Rahman; Afe Dwiani
Jurnal Agrotek Ummat Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Agrotek Ummat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jau.v10i2.14194

Abstract

Drinks in the form of powder or flour which dissolve easily in hot or cold water, do not precipitate, and are quickly and easily served are known as instant drinks. Instant drinks are made from natural ingredients, including red beans and red ginger. This study aims to determine the effect of adding red ginger to the chemical quality of instant drinks. Completely Randomized Design (CRD) was used in this study. The treatment in this study was the addition of red ginger to red bean instant drink with 5 treatments, namely M1 (100g red beans: 5g red ginger), M2 (100g red beans: 10g red ginger), M3 (100g red beans: 15g red ginger), M4 (100g red beans: 20g red ginger), and M5 (100g red beans: 25g red ginger). Each treatment was repeated 4 times to obtain 20 replicates. The research stages include: making red bean juice and red ginger juice, mixing red bean juice and red ginger juice according to the treatment for making instant drinks and evaluating the chemical quality of instant drinks. Based on the results of Analysis of Variance (ANOVA) and Honest Differential Follow-up Test (BNJ 5%), it is known that the addition of red ginger has a significant effect on the chemical quality (water content, pH and antioxidant content) of instant drinks.  All chemical qualities tested met SNI standards for instant beverages with moisture content values ranging from 3.73% - 4.56%, pH between 6.52 - 6.96 and antioxidant levels between 82.66% - 94.24%.
PENGOLAHAN TOMAT MENJADI SAOS TOMAT Satrijo Saloko; Dody Handito; Novia Rahayu; Suburi Rahman; Afe Dwiani
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2019): Mei
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.893 KB) | DOI: 10.29303/jppm.v2i2.1104

Abstract

Saos tomat merupakan produk olahan tomat yang paling banyak diproduksi secara komersil. Salah satu daerah yang banyak menjual bahan makanan (seperti bakso bakar, sosis bakar, bakso kuah, telur gulung dan sebagainya) yang memerlukan saos tomat adalah di Kebun Duren Selagalas. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan masyarakat khususnya di Kebun Duren dalam mengolah tomat menjadi saos tomat sehingga dapat menghasilkan saos yang bermutu dan baik bagi kesehatan dan dapat pula meningkatkan perekonomian masyarakat. Metode yang digunakan dalam pengabdian adalah sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat Peserta sosialisai sangat antusias mengikuti kegiatan dan dibuktikan dengan aktifnya peserta saat diskusi dan serius dalam mengikuti jalannya proses pemberian materi yang disampaikan tim dosen. Peserta mengerti dan memahami proses pengolahan saos tomat yang baik dan benar serta diharapkan dapat menerapkan proses tersebut di kelurahan Kebun Duren baik untuk produk dagangan seperti cilok, roti goreng, maupun produk-produk makanan lainnya.