Articles
An Experimental Study on Effect of Palm – Shell Waste Additive to Cement Strenght Enhancement
Adi Novriansyah;
Novrianti Novrianti;
Mursyidah U;
Sepria Catur Hadiguna
Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and Technology Vol. 2 No. 1 (2017): JGEET Vol 02 No 01 : March (2017)
Publisher : UIR PRESS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (331.486 KB)
|
DOI: 10.24273/jgeet.2017.2.1.33
Enhancing the cement strength through attaching chemical additive has been popular to meet the required condition for a particular well-cementing job. However, due to a low oil-price phenomenon, pouring and additive should be reconsidered because it can raise the cost and make the project become uneconomic. Another additive material in nanocomposite form will be introduced through this experimental study. The nanocomposite material consist of silica nanoparticle, known as “Nanosilica” and a palm-shell-waste, which is abundant in Indonesia. Before making a nanocomposite, the palm-shell should be burned to obtain a charcoal form, ground and sieved to attain a uniform size. The study focuses on the two parameters, compressive strength and shear bond strength, which can reflect the strength of the cement. These values are obtained by performing a biaxial loading test to the cement sample. Various samples with different concentration of nanocomposite should be prepared and following the mixing, drying, and hardening process before the loading test is carried out. The result from the test shows a positive indication for compressive strength and shear bond strength values, according to the representative well cementing standards. Increasing the nanocomposite concentration on the cement will increase these values. Furthermore, an investigation on the temperature effect confirms that the sample with 700oC burning temperature have highest compressive-strength and shear-bond-strength values. This is a potential opportunity utilizing a waste-based material to produce another product with higher economic value.
Kick-Off Point (KOP) and End of Buildup (EOB) Data Analysis in Trajectory Design
Novrianti Novrianti;
Rycha Melisa;
Rafhie Adrian
Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and Technology Vol. 2 No. 2 (2017): JGEET Vol 02 No 02 : June (2017)
Publisher : UIR PRESS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (407.802 KB)
|
DOI: 10.24273/jgeet.2017.2.2.302
Well X is a development well which is directionally drilled. Directional drilling is choosen because the coordinate target of Well X is above the buffer zone. The directional track plan needs accurate survey calculation in order to make the righ track for directional drilling. There are many survey calculation in directional drilling such as tangential, underbalance, average angle, radius of curvature, and mercury method. Minimum curvature method is used in this directional track plan calculation. This method is used because it gives less error than other method. Kick-Off Point (KOP) and End of Buildup (EOB) analysis is done at 200 ft, 400 ft, and 600 ft depth to determine the trajectory design and optimal inclination. The hole problem is also determined in this trajectory track design. Optimal trajectory design determined at 200 ft depth because the inclination below 35º and also already reach the target quite well at 1632.28 ft TVD and 408.16 AHD. The optimal inclination at 200 ft KOP depth because the maximum inclination is 18.87º which is below 35º. Hole problem will occur if the trajectory designed at 600 ft. The problems are stuck pipe and the casing or tubing will not able to bend.
Optimalisasi Production Well Test Untuk Mendukung Performance Produksi Dengan Cara Tiering System Pada Area X Lapangan Y
Novia Rita;
Novrianti Novrianti
Journal of Earth Energy Engineering Vol. 5 No. 1 (2016): APRIL
Publisher : Universitas Islam Riau (UIR) Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (472.863 KB)
|
DOI: 10.22549/jeee.v5i1.459
Area X merupakan salah satu area yang terdapat di Lapangan Y PT. Chevron Pacific Indonesia, dimana area X terdiri dari 563 sumur. Pada Area X ini dilakukan pekerjaan tes terhadap sumur sebanyak 2 kali per bulan, sehingga untuk 563 sumur diperlukan 1126 kali tes perbulan. Fasilitas yang tersedia untuk production well test pada Area X hanya mampu 960 kali tes per bulan. Sehingga 116 sumur tidak akan mendapatkan jadwal tes pada setiap bulannya. Apabila prosedur seperti ini tetap dilakukan secara terus menerus maka akan selalu terdapat sisa sumur yang belum terpenuhi untuk dilakukan tes di setiap bulannya. Untuk mengatasi permasalahan ini dilakukan Tiering system. Tiering system adalah suatu metode dalam proses pengujian sumur dimana dalam metode ini sumur-sumur akan dikelompokkan berdasarkan produksi terbesar hingga terkecil. Sumur yang tergolong big production akan berada pada urutan teratas untuk dilakukan Well Testing (Tier #1) dan diikuti Tier #2, Tier #3 dan Tier #4 (Tiering System merupakan metode atau proses yang digunakan untuk mengelompokan data-data production well testing sumur yang banyak menjadi kelompok kelompak kecil, yang bertujuan untuk membantu mengoptimalisasi proses pekerjaan well test di Lapangan (Human Resources Sumatra Operation, 2012).. Kuantitas test sumur setiap bulan akan disesuaikan dengan kebutuhan data dan kategori Tier, hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang valid secara continue pada sumur, sehingga cepat diketahui dan di follow up jika terjadi permasalahan penurunan produksi pada sumur-sumur tersebut. Dengan Tiering System, maka 563 sumur yang harus dilakukan well testing setiap bulannya di Area X jadi terpenuhi karena hanya membutuhkan 777 kali tes perbulan. Bahkan waktu pelaksanaan well test masih tersisa untuk 183 kali tes, hal ini juga berdampak pada kenaikan produksi sebesar 5441 bbl per hari dengan keuntungan sebesar US$ 217.621,75.
Studi Laboratorium Pengaruh Nanocomposite Nanosilika dan Arang Cangkang Kelapa Sawit Dengan Variasi Temperatur Pemanasan Terhadap Free Water dan Kekuatan Semen Pemboran
Novrianti Novrianti
Journal of Earth Energy Engineering Vol. 5 No. 1 (2016): APRIL
Publisher : Universitas Islam Riau (UIR) Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (284.925 KB)
|
DOI: 10.22549/jeee.v5i1.465
Semen merupakan salah satu parameter penting dalam proses pemboran. Parameter keberhasilan penyemenan sumur migas antara lain adalah apabila nilai free water, compressive strength (CS) dan shear bond strength (SBS) telah sesuai dengan standar penyemenan American Petroleum Association (API). Menurut API Nilai Free water maksimal adalah 3.5 ml, nilai Compressive strength minimum yang direkomendasikan oleh API untuk dapat melanjutkan operasi pemboran adalah 500 Psi sedangkan shear bond strength lebih dari 100 psi. Beberapa additive telah dipergunakan untuk meningkatkan kekuatan semen. Studi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh nanocomposite antara additive nano silika dan arang cangkang kelapa sawit yang dipanaskan dengan variasi temperature terhadap nilai free water, compressive strength (CS) dan shear bond strength (SBS) semen pemboran. Eksperimen ini menggunakan konsentrasi arang cangkang kelapa sawit dengan variasi temperature pemanasan 400 oC, 500 oC, 600 oC, 700 oC, 800 oC dan 900 oC sebesar 3% by weight on cement dengan tambahan nano silika sebesar 0,019%. Setelah suspense semen selesai dibuat, free water ditentukan dengan menggunakan gelas ukur yang diisi oleh suspensi semen sebanyak 250 ml. Mendiamkan selama 2 jam sehingga terjadi air bebas pada bagian atas gelas ukur. Sedangkan untuk compressive strength (CS) dan shear bond strength (SBS) suspense semen dituangkan kedalam cetakan dan dikeringkan selama 24 jam dan setelah kering maka sampel akan diuji pembebanan dengan menggunakan alat hydraulic Press. Uji pembebanan ini dilakukan sampai sample pecah. Tekanan pada saat sample pecah dicatat sebagai data pembebanan maksimum untuk menentukan compressive strength (CS) dan shear bond strength (SBS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai free water, compressive strenght dan shear bond strenght maksimum diperoleh pada saat arang cangkang kelapa sawit dipanaskan pada temperature 700 oC. Nilai free water yang diperoleh adalah 3.2 ml, compressive strength yang diperoleh adalah 1433.01 Psi dan shearbond strength 163.45 Psi.
Analisis Performance Sumur X Menggunakan Metode Standing Dari Data Pressure Build Up Testing
Novrianti Novrianti
Journal of Earth Energy Engineering Vol. 5 No. 2 (2016): OCTOBER
Publisher : Universitas Islam Riau (UIR) Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22549/jeee.v5i2.477
The number of production wells refers to the performance of the well, which is shown in the graph of inflow performance relationship (IPR). Reservoir characteristics influence on performance of the well, type of welltest and methods that be used in the determination of IPR. By using the IPR curves, maximum flow rate and the optimal flow rate of the well will be known. Pressure Build Up test is used to know performance and a maximum flow rate of the X well. Well test conducted for 15 hours. The well produced at a constant flow rate than close the wellhead. The Pressure data and time data obtained from the well test. The result of Pressure build-up testing analysis among permeability, skin and flow efficiency. After analyzing the Pressure build-up testing permeability obtained 190 mD, skin + 1,68 and 0,83 flow efficiency. Based on the value of flow efficiency Standing method is the most appropriate method is used to analyze the productivity of X well. Standing appropriate method for wells with skin ≠ 0 and flow efficiency ≠ 1. The maximum flow rate of the X well using Standing Method on the 0,83 flow efficiency was 13,91 MMSCFD
Studi Laboratorium Pengaruh Variasi Temperatur Pemanasan Arang Batok Kelapa Terhadap Thickening Time dan Free Water Semen Pemboran
Novrianti Novrianti;
Mursyidah Umar
Journal of Earth Energy Engineering Vol. 6 No. 1 (2017): APRIL
Publisher : Universitas Islam Riau (UIR) Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (327.198 KB)
|
DOI: 10.22549/jeee.v6i1.632
The cementing process can determine successful oil well when producing oil to the surface. Planning the time required for the cement suspension to achieve consistency of 100 UC (unit of consistency) or thickening time and the maximum limit of water content used is the nature of cement slurry that affect the quality of cement. The addition of coconut shell charcoal with variation of heating temperature 400 0C, 500 0C, 600 0C, 700 0C, 800 0C, 900 0C to the basic cement was done in this study to determine the effect of heating temperature of coconut shell charcoal to thickening time and free water cement drilling. This experimental study uses an additive material derived from coconut shell charcoal. This experiment begins by preparing a cement sample with a coconut shell charcoal concentration of 1%. The coconut shell charcoal used has different heating temperatures of 400 0C, 500 0C, 600 0C, 700 0C, 800 0C, 900 0C. Suspense cement is made by mixing G grade cement, water, bentonite, CaCl2 and coconut shell charcoal. Thickening time test using atmospheric equipment consistometer and measuring cups used to determine the value of free water. The results showed that the thickening time and free water values were influenced by the heating temperature of coconut shell charcoal. The higher coconut shell charcoal temperature used in the cement suspension make thickening time of the cement suspension becomes shorter. The optimum heating temperature of coconut shell charcoal is 700 0C with thickening time of 1 hour 38 seconds 52 seconds and free water 1.2 mL.
Evaluasi Peningkatan Produksi Pada Formasi Sandstone Sumur #H Dan #P Dengan Perencanaan Stimulasi Pengasaman Matriks (Studi Kasus Lapangan Falih)
Ira Herawati;
Novrianti Novrianti
Journal of Earth Energy Engineering Vol. 4 No. 2 (2015): OCTOBER
Publisher : Universitas Islam Riau (UIR) Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (470.136 KB)
|
DOI: 10.22549/jeee.v4i2.634
Salah satu upaya stimulasi sumur yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas sumur yang mengalami penurunan produksi karena menurunnya permeabilitas akibat kerusakan formasi adalah dengan pengasaman matriks. Pengasaman matriks dapat dilakukan pada formasi sandstone menggunakan fluida stimulasi berbahan dasar asam Hydrofloric (HF) yang dicampur dengan asam Hydrochlorid (HCl). Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan perencanaan desain pengasaman matriks serta mengevaluasi hasil sebelum dan sesudah dilakukan stimulasi pengasaman matriks. Penggunaan Asam Hydrofloric pada batuan sandstone karena dapat melarutkan Silikat. Asam Hydrofloric bereaksi dengan Calsium (Ca) dan Mangan (Mg) membentuk endapan. Pencampuran asam Hydrofloric dan Hydrochlorid akan dapat menghilangkan scale karena sementasi sandstone terdiri dari Ca dan Mg. Evaluasi keberhasilan stimulasi dilakukan pada sumur #H dan #P yang didasarkan pada laju produksi harian sumur, productivity index, kurva IPR (Inflow Performance Relationship) Wiggins serta harga permeabilitas sumur. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada sumur #H mengalami peningkatan produksi dari 81.125 BOPD menjadi 121.365 BOPD dengan kenaikan harga productivity index dari 0.12 bbl/day/psi menjadi 0.2 bbl/day/psi dan kenaikan harga permeabilitas dari 11.65 mDarcy menjadi 17.79 mDarcy. Hasil pengamatan yang dilakukan pada sumur #P mengalami penurunan produksi dari 40.89 BOPD menjadi 34.94 BOPD dengan penurunan harga productivity index dari 0.10 bbl/day/psi menjadi 0.09 bbl/day/psi dan penurunan harga permeabilitas dari 10.76 mDarcy menjadi 9.42 mDarcy.
Optimasi Hidrolika Lumpur Pemboran Menggunakan Api Modified Power Law Pada Hole 8½ Sumur X Lapangan Mir
Novrianti Novrianti;
Mursyidah Umar
Journal of Earth Energy Engineering Vol. 4 No. 2 (2015): OCTOBER
Publisher : Universitas Islam Riau (UIR) Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (718.158 KB)
|
DOI: 10.22549/jeee.v4i2.635
Salah satu faktor utama yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan suatu operasi pemboran adalah pembersihan lubang bor dari serbuk bor selama proses pemboran berlangsung. Perencanaan dan kontrol yang baik dapat mempercepat operasi pemboran dan secara keseluruhan dapat menghemat biaya. Sistem hidrolika lumpur pemboran berpengaruh terhadap pembersihan lubang bor, lumpur yang keluar dari nozzle dengan kecepatan tinggi membantu pahat menembus batuan serta mengangkat cutting ke permukaan. Analisis hidrolika lumpur dan hidrolika pahat pada sumur X dilakukan pada pelaksanaan pengeboran hole 8½dimulai dari kedalaman 2093 ft – 5555 ft. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kehilangan tekanan sirkulasi lumpur pemboran serta untuk mengoptimalkan laju alir sirkulasi dan diameter nozzle pahat untuk mengoptimalkan pengangkatan cutting. Metode yang dipergunakan dalam analisis lumpur pemboran adalah metode API modified power law dimana metode tersebut merupakan penyempurnaan dari metode power law dan direkomendasikan untuk dipergunakan oleh API. Sedangkan metode yang digunakan dalam mengevaluasi keberhasilan hidrolika pahat dilakukan dengan menggunakan metode Bit Hydraulic Horse Power (BHHP). Metode BHHP sesuai digunakan untuk pemboran vertical dengan pertimbangan gaya gravitasi dan cenderung aliran yang digunakan laminer. Berdasarkan hasil studi kasus diperoleh bahwa pengangkatan cutting akan sempurna apabila aliran di annulus laminar, total kehilangan tekanan adalah 842.08 psi dimana kehilangan tekanan yang terjadi pada Surface Connection 6.312 psi, Pada Drill String 523.191 psi, Pada Annulus 169.305 psi, Pada Bit 136.955 psi. Laju alir aktual 502 gpm dengan diameter nozzle 6x15 tidak optimal, maka laju alir dioptimasikan menjadi 440 gpm dengan diameter nozzle 6x10.
Studi Kelayakan Pekerjaan Pemilihan Zona Produksi dan Squeeze off Cementing pada Sumur MY05
Novrianti Novrianti
Journal of Earth Energy Engineering Vol. 6 No. 2 (2017): OCTOBER
Publisher : Universitas Islam Riau (UIR) Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (583.28 KB)
|
DOI: 10.25299/jeee.2017.vol6(2).755
Meningkatnya water cut pada sumur MY05 menyebabkan terjadinya penurunan produksi minyak. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan pekerjaan squeeze off pada zona perforasi yang mempunyai kontribusi produksi minyak yang rendah dan potensi produksi air yang tinggi. Setelah pekerjaan squeeze off selesai, selanjut dapat dilakukan pekerjaan shot top perforation (STP) untuk membuka zona produksi supaya produksi minyak dapat produksi. Pemilihan lapisan sand 1440’ sebagai target perkerjaan squeeze off dan STP berdasarkan jumlah cadangan minyak yang tersisa (remaining oil reserve). Selain itu studi keekonomian juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan proyek. Hasil kedua pekerjaan tersebut mengindikasikan adanya peningkatan produksi minyak sebesar 405 BOPD dan berkurang nya nilai water cut menjadi 76%. Hasil analisa keekonomian menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut sangat ekonomis untuk dilakukan.
Estimasi Water Influx dan Luas Aquifer di Lapangan X
Novrianti Novrianti
Journal of Earth Energy Engineering Vol. 2 No. 2 (2013): OCTOBER
Publisher : Universitas Islam Riau (UIR) Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (386.539 KB)
|
DOI: 10.22549/jeee.v2i2.930
Water Influx adalah air yang merembes ke dalam reservoir. Water Influx terjadi untuk mengimbangi gejala penurunan tekanan yang terjadi di reservoir karena masuknya air berfungsi untuk menggantikan minyak yang diproduksikan. Water Influx perlu diperhatikan untuk mengetahui luas aquifer serta pengaruhnya terhadap tingkat perolehan ( recovery factor). Lapangan X mulai produksi tahun 1955 dan injeksi air mulai dilakukan tahun 1974. Estimasi perhitungan Water influx pada lapangan X dilakukan dengan menggunakan persamaan material balance dan metode Hurst – Van Everdingen. Selain menentukan Water influx metode Hurst – Van Everdingen juga berfungsi untuk menentukan bentuk dan luas aquifer. Kumulatif water influx yang diperoleh dengan menggunakan Metode Material Balance adalah 30 MMMSTB sedangkan dengan metode Hurst – Van Everdingen adalah 32 MMMSTB. Bentuk aquifer lapangan X adalah finite aquifer dengan rD = 8 dan Luas aquifer lapangan X adalah 241016,62 ft.