Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Karakteristik Tanah Salin Krueng Raya Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Teti Arabia; Zainabun Zainabun; Ida Royani
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan Vol 1, No 1 (2012): Volume 1, Nomor 1, Juni 2012
Publisher : Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan, Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.402 KB)

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tanah salin di Kemukiman Krueng Raya. Penelitian ini dilakukan pada tiga pedon yang dipilih berdasarkan perbedaan vegetasi yang tumbuh di atasnya (bakau, nipah dan semak halophyta). Di lapangan diamati sifat-sifat morfologinya, kemudian diambil bahan tanahnya dari setiap horison dan dianalisis sifat fisika, kimia, dan mineraloginya di laboratorium. Pada semua horison di pedon IR1 bertekstur liat, pada pedon IR2 tekstur di horison Bt lempung liat berpasir, sedangkan pada pedon IR3 horison Bt1 bertekstur lempung. Reaksi tanah (pH) berbanding lurus dengan kejenuhan basa (KB), pada semua horison mempunyai nilai yang tinggi KB dan pH kecuali pada pedon IR1 horison AB. Selain itu mempunyai pH, daya hantar listrik (DHL), nisbah Na terjerap (SAR) yang tinggi yang merupakan penciri daerah salin. Asam-asam dapat ditukar hanya terdapat pada pedon IR1 horison BA yaitu berupa kation hidrogen 1,76 cmol(+) kg-1 dan alumnium 1,44 cmol(+) kg_1, disebabkan horison tersebut pH-nya rendah (5.00) dan mengandung liat masam. Semua pedon mempunyai mineral mudah lapuk yang tinggi ( 10%), Hal ini menunjukkan tanah belum tua dan kesuburannya cukup baik, namun terdapat faktor-faktor penghambat yaitu kejenuhan Na, SAR, dan DHL yang tinggi. Setiap pedon didominasi oleh mineral smektit serta sedikit kaolinit, illit, kuarsa, dan klorit.Characteristics of Krueng Raya Salin soils at Subdistrict Mesjid Raya Aceh BesarAbstract. This research aimed to investigate the characteristics of saline soil in Kemukiman Krueng Raya. This research was conducted in three selected pedon based on difference of vegetation which is growing on it (mangroves, palm and halophyta shrub). Morphology properties observed in the field, then the soil material taken from each horizon and soil physical, chemical, and mineralogy were analyzed in the laboratory. In all IR1 pedon of horizons has clay texture, on IR2 pedon of Bt horizon has sandy clay loam texture, whereas on IR3 pedon of Bt1 horizon has clay texture. Soil reaction (pH) is proportional to the base saturation (BS), in all of horizons have high BS and pH values except on IR1 pedon of AB horizon. Besides, it has high value of pH, electrical conductivity (EC), and the sodium adsorption ratio (SAR), which is the identifier of saline areas. The exchangeable acids only on pedon IR1 of BA horizon that is hydrogen cation 1.76 cmol (+) kg-1 and aluminium 1.44 cmol (+) kg-1, because of the horizon is low of pH (5.00) and contain of acid clay. All of pedon has high easily weathered minerals ( 10%). This is indicate that  the soil has not aged yet and its fertility still quite well, but there are limiting factors that is high of Na saturation, SAR, and DHL. Each pedon dominated by smectite minerals and a little of kaolinite, illite, quartz, and chlorite.
Pemberian Beberapa Macam Amelioran Untuk Memperbaiki Sifat-sifat Kimia Tanah Sawah Nur Avifah; Zainabun Zainabun; Yadi Jufri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.712 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i1.18367

Abstract

Beberapa masalah pada tanah sawah adalah rendahnya kandungan bahan organik tanah akibat adanya pembakaran sisa panen, mengangkut  sisa hasil panen berupa jerami padi keluar lahan, disamping itu juga akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida  yang terus menerus sehingga terjadinya pencemaran lahan sawah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan bahan organik tanah adalah dengan pemberian bahan  amelioran tanah antara lain  pupuk kandang  sapi, kompos jerami padi, kirinyu dan juga biochar sekam padi untuk meningkatkan aktivitas mikrobia tanah. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan beberapa macam amelioran baik secara tunggal maupun kombinasi dapat memperbaiki sifat-sifat kimia tanah sawah. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non-faktorial dengan 7 kombinasi perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 21 unit percobaan. Perlakuan dalam penelitian ini yaitu A (kontrol) tanpa masukan, B (pemberian kompos jerami padi), C (pemberian pupuk hijau), D (pemberian pupuk kandang sapi), E (Kombinasi pemberian kompos jerami padi + biochar), F (Kombinasi pemberian pupuk kandang sapi + biochar), dan G (Kombinasi pemberian pupuk hijau + biochar). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian beberapa macam amelioran mampu memperbaiki sifat kimia tanah sawah. Pemberian amelioran kompos jerami padi (perlakuan B) mampu memperbaiki pH tanah dari 7,73-8,12 terjadi peningkatan 0,39. Pemberian amelioran kombinasi pupuk kandang sapi + biochar (perlakuan F) mampu memperbaiki C-Organik tanah dari 1,12 % - 1,21 % terjadi peningkatan 0,09 %. Pemberian amelioran pupuk hijau (perlakuan C) mampu meningkatkan P-Total dari 0,10 % - 0,11 % terjadi peningkatan 0,01 %. Pemberian amelioran kompos jerami padi + biochar (perlakuan E) mampu memperbaiki nilai P-Tersedia tanah dari 33,75-36,67 mg kg-1 terjadi peningkatan 2,91 mg kg-1.  Pemberian amelioran pupuk kandang sapi  (perlakuan D) mampu memperbaiki sifat kimia tanah K-dd tanah dari 0,55-0,74 cmol kg-1 terjadi peningkatan 0,91 cmol kg -1. Kata kunci : Amelioran, Sifat kimia, Tanah sawah.
Pengaruh Penggunaan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Terhadap Perubahan Sifat Kimia Ultisol dan Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Hasbi Hasbi; Zainabun Zainabun; Yadi Jufri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 4 (2021): November 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.542 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i4.18282

Abstract

Abstrak.Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting. Produksi minyak kelapa sawit perhektar merupakan produksi paling tinggi dibandingkan denganseluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya.Perindustrian di bidang kelapa sawit banyak mengeluarkan serat dan residu hasil pengolahan seperti limbah cair dan limbah padat. Limbah cair yang dihasilkan berupa Palm oil mill Effluent (POME) air buangan kondensat (8-12%) dan air hasil pengolahan (13-23%). Dalam1 ton hasil kelapa sawit dapa tmengeluarkan limbah yang tidak bisa di pakai atau beracun mencapai 600-700 kg limbah cair. Meningkatnya kualitas tanah dan sifat-sifat Ultisol seperti sifat fisik, biologi dan kimia tanah memerlukan suatu pengelolaan tanah dengan memberikan bahan organic seperti limbah cair kelapa sawit (sludge) yang tepat dan efisien sehingga dapat meningkatkan produktifitas tanah, karena bahan organic  yang terkandung dalam limbah cair pabrik kelapa sawit baik untuk sifat kimia tanah dan dapat dipergunakan sebagai pengganti pupuk kimia untuk pupuk bibit kelapa sawit. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan didapatkan bahwa Pemberian limbah cair kelapa sawit dapat mempengaruhi sifat kimia tanah Ultisol dengan adanya peningkatan beberapa parameter kimia tanah baik dari pH dari 4,94 menjadi 5,26  setelah pemberian limbah cair kelapa sawit dengan pemberian 2400 ml per polibag (L4) dan Adapun parameter lainnya.Effect of Palm Oil Mill Liquid Waste Use on Changes in Chemical Properties of Ultisols and Growth of Oil Palm Seeds (Elaeis guineensis Jacq)Abstract. Oil palm (Elaeisguineensis Jacq.) is one of the most important vegetable oil-producing plants. Palm oil production per hectare is the highest production compared to all other vegetable oil producing plants. The industry in the palm oil sector emits a lot of fiber and residues from processing such as liquid waste and solid waste. The liquid waste produced is in the form of Palm oil mill Effluent (POME), condensate waste water (8-12%) and treated water (13-23%). In 1 ton of palm oil products can produce waste that can not be used or toxic up to 600-700 kg of liquid waste. Improving soil quality and Ultisol properties such as soil physical, biological and chemical properties requires a soil management by providing appropriate and efficient organic matter such as palm oil waste (sludge) so as to increase soil productivity, because of the organic matter contained in liquid waste. Palm oil mills are good for the chemical properties of the soil and can be used as a substitute for chemical fertilizers for fertilizers for oil palm seeds. In this study using a quantitative research approach and it was found that the application of palm oil effluent can affect the chemical properties of Ultisol soil with an increase in several soil chemical parameters, both from pH from 4.94 to 5.26 after administration of palm oil effluent by giving 2400 ml per polybag (L4) and other parameters.
Karakterisasi Tanah Salin di Wilayah Pesisir Kecamatan Banda Mulia Kabupaten Aceh Tamiang Nurlia Nurlia; Zainabun Zainabun; Darusman Darusman
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 5, No 1 (2020): Februari 2020
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.524 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v5i1.13832

Abstract

Abstract. Coastal land located in the District of Kota Mulia directly adjacent to the sea is thought to have suffered salinization due to the tide. Indicated by the presence of water sources (such as wells, and wells drilled) were salted and morphological disruption of plants that grow in the region. The purpose of this study was to determine the morphological characteristics, physical and chemical soil saline and memetakanya with quantitative descriptive method based on field observations and laboratory analyzes. Salinity measurement results based on the value of electrical conductivity (EC) of land in this area has five criteria, namely non copy, the copy is very low, slightly saline and highly saline. Land categorized the copy is a criterion rather copy, copy and highly saline, with a base element that dominates is Na and Mg. Saline soils in this region has a highly acidic pH, SAR values of tranquility and saturation Na generally 15%.Characterization of Salin in the Coastal Region of Banda Mulia District, Aceh Tamiang RegencyAbstract. The coastal land located in the Banda Mulia Subdistrict which is directly adjacent to the sea is thought to have undergone salinization due to tides. Indicated by the presence of salty water sources (such as wells and drilled wells) and the morphological disturbance of plants growing in the region. The purpose of this study was to determine the morphological, physical and chemical characteristics of saline soil and map it with quantitative descriptive methods based on field observations and laboratory analysis. Salinity measurement results based on the value of Electrical Conductivity (EC) of lands in this region have five criteria, namely non-saline, very low saline, near saline and very saline. Saline is categorized as a rather saline, saline and very saline, with the basic elements dominating are Na and Mg. Saline soils in this region have very acidic pH, low SAR value and Na saturation in general 15%. 
Karakterisasi Morfologi dan Klasifikasi Tanah Aluvial Menurut Sistem Soil Taxonomy di Kabupaten Aceh Besar Ayu Ara Putri Gayo; Zainabun Zainabun; Teti Arabia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 3 (2022): Agustus 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (725.273 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i3.20885

Abstract

Abstrak. Tanah Aluvial merupakan tanah yang berasal dari endapan Aluvial atau koluvial muda dengan perkembangan pedon tanah lemah sampai tidak ada. Tanah Aluvial berdasarkan sistem Klasifikasi Tanah Nasional merupakan setara dengan padanan tanah Entisol. Aluvial di Desa Limpok berada pada ketinggian tempat 11 m dpl dan bentuk relief yaitu datar dengan kelerengan 3%. Tipe iklim yaitu tipe C, rejim kelembaban tergolong udik, dan rejim suhu tanah tergolong isohipertermik. Tanah dicirikan oleh: tekstur tanah liat berpasir sampai lempung liat berpasir, warna tanah cokelat gelap sampai coklat kekuningan, struktur tanah gumpal membulat, konsistensi tanah saat basah sangat lekat. C-organik tergolong sangat rendah, dan KB rendah-tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakterisasi dan klasifikasi tanah Aluvial adalah: epipedon penciri yaitu umbrik karena memiliki solum tanah ≥ 18 cm (18 cm), kandungan C-organik ≥ 0,6% (0,68%), kejenuhan basa ≤ 50% (24,35%) dan value serta chroma ≤ 3 (value 3 dan chroma 3); horison penciri bawah dijumpai adalah kambik karena memiliki tebal lapisan tanah di horison Bw ≥ 15 cm yaitu 30 cm, memiliki kelas tekstur pasir sangat halus, pasir sangat halus berlempung, atau yang lebih halus. Ordo dikategorikan Inceptisol, subordo Udept, great group Dystrudept dan subgrup Fluventic Dystrudept. Morphological Characterization and Classification of Alluvial Soil according to the Soil Taxonomy System in Aceh Besar DistrictAbstract. Alluvial soil is soil derived from young Alluvial or colluvial deposits with weak to non-existent soil pedon development. Alluvial soil based on the National Soil Classification system is equivalent to the soil equivalent of Entisol. The Alluvial in Limpok Village is at an altitude of 11 m above sea level and the relief form is flat with a slope of 3%. The climate type is type C, the humidity regime is hick, and the soil temperature regime is isohyperthermic. The soil is characterized by: sandy loam to sandy loam texture, dark brown to yellowish brown soil color, rounded loamy soil structure, very sticky soil consistency when wet. C-organic is classified as very low, and KB is low-high. The results showed that the characterization and classification of alluvial soils were: epipedon characterizing umbric because it has a soil solum 18 cm (18 cm), C-organic content 0.6% (0.68%), base saturation 50% (24,35%) and value and chroma 3 (value 3 and chroma 3); The bottom characterizing horizon found was kambik because it had a thick layer of soil in the Bw horizon 15 cm, which is 30 cm, had a texture class of very fine sand, very fine sandy loam, or a finer one. The order is categorized as Inceptisol, suborder Udept, great group Dystrudept and subgroup Fluventic Dystrudept.
Penilaian Lahan untuk Budidaya Tanaman Kurma (Phoenix dactylifera L.) di Lembah Barbatee, Aceh Besar Muhammad Aziz; Zainabun Zainabun; Abubakar Karim
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.229 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i4.12718

Abstract

Abstrak. Provinsi Aceh tepatnya di Lembah Barbatee, Kabupaten Aceh Besar, Kecamatan Mesjid Raya, Indrapuri dan Montasik potensi perkebunan tanaman kurma mulai dikembangkan. Hasil observasi di lapangan menujukan bahwa belum adanya kajian ilmiah mengenai penilaian lahan pada kawasan pengembangan perkebunan tersebut, sehingga belum dapat disimpulkan bahwa komiditas kurma tersebut sesuai untuk di kembangkan secara baik. Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang optimal serta keberelanjutan, maka setiap aspek budidaya perlu dilakukan kajian terhadap lahan melalui karakteristik lahan seperti aspek morfologi, kimia dan fisika tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik survai deskriptif yang didasarkan pada hasil observasi lapangan dengan metode pencocokan (matching) antara karakteristik lahan dan syarat tumbuh tanaman kurma. Pengamatan data morfologi lahan dan pengambilan contoh tanah dilakukan secara acak/random (random sampling) pada masing-masing satuan peta lahan (SPL). Hasil penilaian lahan pontensial berdasarkan indeks lahan menunjukan status lahan tidak sesuai marginal (N1) untuk pengembangan kurma dan masih dapat dilakukan perbaikan adalah seluas 8365,8 ha (41,49%). Status lahan yang tidak dapat di lakukan perbaikan dengan status lahan tidak sesuai (N2) adalah seluas 11795,31 ha (58,80%). Sedangkan untuk hasil perbandingan antara penilaian indeks lahan dan faktor pembatas yang dapat dikembangkan kurma dengan stasus sesuai marginal (S3) adalah seluas 9572,56 ha (47,48%), dan dengan stastus tidak sesuai (N) adalah seluas 10588,60  ha (52,51%), dari total luas kesesuain lahan tersebut diketahui seluas 20.161,16 ha.Land Assesment of Date Palm (Phoenix dactylifera L) in Lembah Barbatee’s Date Garden, Aceh Besar DistricAbstract. The potential for date plantation has started to develop in Barbatee Valley, Aceh. Literature review showed that there is no study regarding the land assessment of the concerned area. Hence, it could not be concluded that date could be cultivated properly on the land itself. To achieve optimum production, growth, and continuity, each cultivation aspect of the land must be tested through its land characteristics such as soil morphology, chemistry and physics.  Methods used in this research is descriptive surveying techniques based on the results of field observation by utilizing Matching method between the characteristics of the land and the cultivation requirements of date. Morphologic data analysis and sampling is conducted randomly on each Land Unit (Satuan Peta Lahan). The test result, in accordance to the land index, shows that 8365,8 ha (41,49%) of the total area status is marginally not suitable (N1) for date cultivation with possible reparation. A total area of  11795,31 ha (58,80%) is considered not suitable (N2) without possible reparation. On the other hand, the ratio between the scoring index and the limiting index of the land, where date could be cultivated, shows that 9572,56 ha (47,48%) of the total land area are marginally suitable (S3) whereas 10588,60  ha (52,51%) of the total land area are not suitable, with the total land area of 20.161,16 ha.
Kajian Klasifikasi Tanah di Areal yang Belum dan Sudah Ditanami Nilam di Desa Teungoh Geunteut Lhoong Aceh Besar Meilia Santi; Zainabun Zainabun; Teti Arabia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 3 (2022): Agustus 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (706.542 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i3.20893

Abstract

Abstrak. Tanah memiliki sifat yang khas, data mengenai morfologi dan klasifikasi tanah khususnya Inceptisol mutlak diperlukan karena Inceptisol merupakan tanah yang belum matang dengan perkembangan profil yang lemah karena terdapat dalam keseimbangan dengan lingkungan sehingga penggunaan Inceptisol untuk pertanian dan non pertania beraneka ragam. Nilam dapat tumbuh di berbagai jenis tanah sepeti Inceptisol. Penelitian ini mengkaji bagaimana klasifikasi tanah di areal yang belum dan sudah ditanami nilam di desa Teungoh Geunteut Lhoong Aceh besar. Pada areal yang belum dan sudah ditanami nilam mengamati tiga parameter yaitu tekstur tanah tiga fraksi, C-organik tanah, dan kejenuhan basa (KB) tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa areal yang belum dan sudah ditanami nilam memiliki klasifikasi tanah yang sama dimulai dari tingkat epipedon, horizon penciri bawah, regim kelembaban, ordo tanah, subordo, great group, dan subgroup.Kata kunci : Klasifikasi tanah, tanaman nilamStudy of Soil Clasification in Areas that Have Not Been and Have Been Planted with Patchouli in the Village of Teungoh Geunteut, Lhoong Aceh BesarAbstract. Soil has distinctive properties, data on morphology and soil classification, especially Inceptisols are absolutely necessary because Inceptisols are immature soils with a weak profile development because they are in balance with the environment so that the use of Inceptisols for agriculture and non-agriculture varies widely. Patchouli can grow in various types of soil such as Inceptisols. This study examines how the land classification in areas that have not been planted with patchouli in the village of Teungoh Geunteut Lhoong Aceh Besar. In areas that have not been and have been planted with patchouli, observing three parameters, namely soil texture with three fractions, soil C-organic, and soil base saturation (KB). The results showed that the areas that had not been planted with patchouli had the same soil classification starting from the epipedon level, lower characteristic horizon, moisture regime, soil order, suborder, great group, and subgroup.Keywords: Soil classification, patchouli plant
Karakteristik Fisika, Kimia, dan Genesis Tanah Subgrup Fluventic Dystrudept di Kabupaten Aceh Besar Saria Nova; Zainabun Zainabun; Teti Arabia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.936 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i1.22052

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisika, kimia, dan genesis tanah subgrup Fluventic Dystrudept di Kabupaten Aceh Besar dikarenakan kurangnya data dan informasi mengenai karakteristik tanah tersebut baik karakteristik fisika, kimia maupun proses pembentukan tanahnya. Penelitian ini menggunakan metode survai deskriptif kuantitatif yaitu melalui observasi secara langsung di lapangan dan analisis tanah di laboratorium. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan ditemukan proses genesis pada subgrup Fluventic Dystrudept yaitu dekomposisi (nilai C-organik 0,68%), braunifikasi (warna matriks tanah 10YR 4/4), lessivage (kandungan liat 46%), dan gleisasi (akumulasi bahan kasar Fe dan Mn).Characteristics of Physics, Chemistry, and Soil Genesis of the Fluventic Dystrudept Subgroup in Aceh Besar DistrictAbstract. This study aims to determine the physical, chemical, and genesis characteristics of the soil of the Fluventic Dystrudept subgroup in Aceh Besar District due to the lack of data and information regarding the characteristics of the soil, both physical, chemical and soil formation processes. This study uses a quantitative descriptive survey method, namely through direct observation in the field and soil analysis in the laboratory. Based on the results of research that has been carried out, it was found that the genesis process in the Fluventic Dystrudept subgroup, namely decomposition (C-organic value 0.68%), braunification (soil matrix color 10YR 4/4), lessivage (clay content 46%), and gleization (accumulation of Fe and Mn coarse materials).
Morfologi dan Klasifikasi Tanah Kebun Sere Wangi di Gayo Lues (Morphology and Soil Classification of Lemongrass Gardens in Gayo Lues) Rizkon Zadidah Nasution; Manfarizah Manfarizah; Zainabun Zainabun
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 4 (2021): November 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (583.631 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i4.18332

Abstract

Tanaman sere wangi merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Gayo Lues yang saat ini terus menerus dikembangkan. Seiring peningkatan permintaan pasar para petani mulai tidak menanam tanpa memperhatikan kesesuaian lahannya, salah satu parameternya adalah jenis tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat morfologi dan klasifikasi tanah menurut Sistem Taksonomi Tanah di kebun sere wangi Kabupaten Gayo Lues sampai kategori subgrup. Metode yang digunakan yaitu survai deskriptif kuantitatif. Parameter yang diukur di lapangan berupa sifat morfologi diantaranya: warna dan kedalaman tanah. Di laboratorium berupa sifat fisika tanah adalah tekstur tanah; sifat  kimia tanah yaitu C-organik dan kejenuhan basa serta kapasitas tukar kation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pedon I klasifikasi tanah Podsolik Coklat menjadi Ultisol adalah: (a) epipedon okrik karena memiliki warna terang value lembab 3, C-organik memenuhi molik kecuali ketebalannya C-organik ≥ 0,6% (5,67%), kejenuhan basa ≤ 50% (10,48%)dan value serta chroma ≥ 3 (value 4 dan chroma 3); (b) horison penciri bawah yang dijumpai adalah argilik karena mengandung liat 15 - 40%, maka horison argilik 1,2 kali lebih banyak dari horison eluviasi; (c) subordo Humults , great group Haplohumults, subgroup Typic Haplohumults. Pedon II klasifikasi tanah Latosol menjadi Inceptisol adalah: (a) epipedon okrik karena memiliki warna terang value lembab 3, C-organik memenuhi molik kecuali ketebalannya C-organik ≥ 0,6% (5,28%), kejenuhan basa ≤ 50% (22,64%) dan value serta chroma ≥ 3 (value 5 dan chroma 4); (b) horison penciri bawah yang dijumpai adalah kambik karena bertekstur pasir sangat halus/lebih halus warna lebih merah horison atas/bawahnya; (c) subordo Aquepts, great group Endoaquepts, subgroup Typic Endoaquepts. Lemongrass plant is one of the leading commodities of Gayo Lues Regency which is currently being continuously developed. As market demand increases, farmers begin not to plant without paying attention to the suitability of the land, one of the parameters is soil type. This study aims to determine the morphological characteristics and soil classification according to the Soil Taxonomy System in the Lemongrass Gardens, Gayo Lues Regency to the subgroup category. The method used is a quantitative descriptive survey. Parameters measured in the field are morphological characteristics including: color and soil depth. In the laboratory, the physical properties of soil are soil texture; Soil chemical properties are organic C and base saturation and cation exchange capacity. The results showed that pedon I of Podsolic Brown soil classification into Ultisols were: (a) ochric epipedon because it has a light color moist value 3, C-organic meets mollic except the thickness of C-organic 0.6% (5.67%), base saturation 50% (10.48%) and value and chroma 3 (value 4 and chroma 3); (b) the lower characteristic horizon found is argillic because it contains 15 - 40% clay, so the argillic horizon is 1.2 times more than the eluvial horizon; (c) suborder Humults , great group Haplohumults, subgroup Typic Haplohumults. Pedon II soil classification of Latosols into Inceptisols are: (a) ochric epipedon because it has a light color moisture value 3, C-organic meets mollic except the thickness of C-organic 0.6% (5.28%), base saturation 50% (22.64%) and value and chroma 3 (value 5 and chroma 4); (b) the lower characteristic horizon found is kambik because the texture of the sand is very fine/fine, the color is redder, the upper/lower horizon; (c) suborder Aquepts, great group Endoaquepts, subgroup Typic Endoaquepts.
Pengaruh Pemberian Pembenah Tanah Terhadap Sifat Kimia Tanah Rizosfer Tanaman Kangkung Rahmi Mulyana; Yusnizar Yusnizar; Zainabun Zainabun
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 3 (2019): Agustus 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (724.523 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i3.11649

Abstract

Abstrak. Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) merupakan salah satu jenis sayuran yang sangat populer bagi rakyat Indonesia dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Tanaman kangkung termasuk kelompok tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan tidak memerlukan areal yang luas untuk membudidayakannya, sehingga memungkinkan untuk dibudidayakan pada daerah perkotaan yang umumnya mempunyai lahan pekarangan terbatas. Pembenah tanah dapat digunakan untuk mempercepat pemulihan kualitas tanah. Penggunaan pembenah tanah utamanya ditujukan untuk memperbaiki kualitas sifat fisik, kimia dan biologi tanah, sehigga produktivitas tanah menjadi optimum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pembenah tanah terhadap sifat kimia tanah di rizosfer pada tanaman kangkung. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial dengan 21 perlakuan dan tiga kali ulangan. Jenis pembenah tanah yang digunakan yaitu sekam padi, biochar sekam padi dan kotoran sapi. Penanaman dilakukan di Australian Center of International Agricultural Research (ACIAR) Experimental Site Campus, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh dan analisis dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah kuala dan Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pembenah tanah tidak berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah rizosfer tanaman kangkung.The Effect of Soil Amandement on the Chemical Properties of the Rizosfer on KangkungAbstract.  Kangkung is one type of vegetable that is very popular with the people of Indonesia and is loved by all levels.Kangkung is one type of vegetable that is very popular with the people of Indonesia and is loved by all levels. Soil amandement can be used to speed up the recovery of soil quality. The use of soil amandement is primarily intended to improve the quality of fission, chemical and biological properties of the soil, so that the productivity of the soil becomes optimum. This study aims to determine the effect of soil amandement on the chemical properties of the rhizosphere on kangkung. The experimental design used in this study was a non factorial randomized block design with twenty-one treatments and three replications. Type of soil amandement used are rice husk, biochar rice husk, and cow manure. planting was carried out at the Experimental Site Campus's Australian Center of International Agricultural Research (ACIAR), Syiah kuala University, Banda Aceh and the analysis was carried out at the Land and Plant Research Laboratory of the Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University and the Laboratory of Agricultural Tenology Studies (BPTP). The results of this study indicate that soil enhancement administration did not significantly affect the chemical properties of rhizosphere soil of water spinach.