Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Degradasi Lahan Akibat Erosi pada Areal Pertanian di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar Rusdi Rusdi; M. Rusli Alibasyah; Abubakar Karim
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan Vol 2, No 3 (2013): Volume 2, Nomor 3, Juni 2013
Publisher : Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan, Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.424 KB)

Abstract

The Evaluation of Land Degradation by Erosion in Agricultural Area at Lembah Seulawah Sub-distrik Aceh Besar Abstract: Land has a large potential in supporting human life activities. It can be used as agricultural areas or settlements; however, by the time it changed functionally. This research was aimed at finding out levels of agricultural land degradation treatment caused by erosion on agricultural land and defining the proper conservation measures for sustainable land utilization, and especially analyzing levels of land degradation caused by erosion in agricultural land on Lembah Seulawah, Aceh Besar District. Land mapping unit was developed based on land utilization map, soil type map, and topography map with scale 1 : 60.000, then overlaid to find out Land Utilization Type (LUT), based on uniformity of land-forming variables. Results showed that there were 4 classifications of erosion hazard levels, i.e. light hazard erosion level (L) found in LUT 5,6,7 and 8, medium hazard erosion level (M) found in LUT 4, heavy hazard erosion level (H) found in LUT 2 and 3, and very heavy hazard erosion level (VH) found in LUT 1. Land use referrals in maintaining preservation actions are by applying vegetative and mechanical methods of conservation. Selection and management of planting pattern, cover crop planting, and uses of plant waste as mulch are recommended on the L and M levels. Development of tree crops (estate and industrial crops) and no agricultural uses are recommended on H and VH levels, respectively.Abstrak: Lahan memiliki potensi besar dalam menunjang aktivitas hidup manusia. Lahan tersebut bisa dijadikan sebagai areal pertanian maupun pemukiman penduduk, sering kali dalam perkembangannya terjadi perubahan fungsi-fungsi lahan dimaksud. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat degradasi lahan akibat erosi pada lahan pertanian dan menentukan arahan korservasi yang tepat sehingga pemanfaatan lahan dapat berkelanjutan di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar. Satuan peta lahan ditetapkan berdasarkan peta penggunaan tanah, peta jenis tanah dan peta kelerengan dengan skala 1 : 60.000, kemudian dioverlay untuk mendapatkan peta Tipe Penggunaan Lahan (TPL) yang didasarkan pada keseragaman peubah pembentuk lahan. Hasil penelitian terdapat 4 klasifikasi tingkat bahaya erosi yaitu tingkat bahaya erosi ringan (R) masing-masing terdapat pada TPL 5, 6, 7 dan 8, erosi sedang (S) terdapat pada TPL 4, erosi berat (B) terdapat pada TPL 2 dan 3, sedangkan klasifikasi tingkat bahaya erosi yang sangat berat (SB) terdapat pada TPL 1. Arahan penggunaan lahan yang sesuai dalam menjaga kelestariannya adalah menerapkan tindakan konservasi metode vegetatif dan metode mekanis. Pada lahan dengan tingkat bahaya erosi ringan (R) dan sedang (S) pemilihan dan pengaturan pola tanam, penanaman penutup tanah, penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa, pada lahan tingkat bahaya erosi berat (B) dengan cara mengembangkan usaha tani tanaman tahunan (tanaman perkebunan dan tanaman industri), sedangkan pada lahan dengan tingkat bahaya erosi sangat berat (SB) tidak digunakan untuk lahan pertanian. 
Analisis Kriteria Kesesuaian Lahan Terhadap Produksi Kakao Pada Tiga Klaster Pengembangan di Kabupaten Pidie Mizar Liyanda; Abubakar Karim; Yusya’ Abubakar
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan Vol 2, No 3 (2013): Volume 2, Nomor 3, Juni 2013
Publisher : Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan, Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.344 KB)

Abstract

Analysis of Land Suitability Criteria for Cocoa Production of Three Cluster Development in Pidie DistrictAbstract. Development of cocoa in Pidie District is divided into three clusters, namely Cluster Padang Tiji, Cluster Keumala and Cluster Tangse. This study was aimed at the analysis of land suitability for cocoa in order to understand relationships between characteristics of the land and production and fat content of cocoa and factors that influence it. Method used was a survey method to obtain land characteristics, management and production levels of cocoa. Land Unit Map (LUM) of each cluster was formed by overlapping maps of soil type, slope, and land use. Evaluation of land suitability on each LUM was done by suitability classification method developed by FAO. Relationships between characteristics of land and production and fat levels were analyzed using correlation analysis. Multiple linear analyses were carried out for land characteristics that significantly affect production components and fat content. The results showed that clusters of Keumala and Padang Tiji had actual land suitability classes of marginal suitable (S3), while Tangse had those of adequately suitable (S2) and marginal suitable (S3). Potential land suitability classes of Padang Tiji cluster was S3, while clusters of Keumala and Tangse were S2 and S3. Results of multiple linear regression analyses showed that there was a very close relationship (R2=0.95) between characteristics of land and production, while a close relationship (R2=0.64) between characteristics of the land and fat content. Determinants of production were altitude, slope, sand fraction, clay fraction, pH H2O, pH KCl, organic C, total N, available P, Na, Al saturation, cation exchange capacity, base saturation and salinity, while determinants of fat content were altitude, organic C, total N, available P, Ca, and Mg.Abstrak. Pengembangan kakao di Kabupaten Pidie dibagi dalam tiga klaster yaitu Klaster Padang Tiji, Keumala dan Tangse. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian lahan tanaman kakao sehingga diketahui hubungan antara karakteristik lahan dengan produksi dan kadar lemak kakao serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai untuk mendapatkan karakteristik lahan, tingkat pengelolaan dan produksi tanaman kakao. Satuan peta lahan (SPL) masing-masing klaster dibentuk berdasarkan tumpang tindih peta jenis tanah, peta lereng dan peta penggunaan lahan. Evaluasi kesesuaian lahan pada setiap SPL menggunakan metode klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh FAO. Untuk mengetahui hubungan antar karakteristik dilakukan analisis korelasi antara karakteristik lahan dengan karakteristik produksi serta kadar lemak. Analisis linier berganda dilakukan pada karakteristik lahan yang berpengaruh nyata terhadap komponen produksi dan kadar lemak. Hasil evaluasi lahan Klaster Padang Tiji dan Keumala memiliki kelas kesesuaian lahan aktual sesuai marginal (S3) sedangkan Tangse cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Kelas kesesuaian lahan potensial Klaster Padang Tiji S3, sedangkan Klaster Keumala dan Tangse S2 dan S3. Hasil analisis regresi linier berganda antara karakteristik lahan terhadap produksi diperoleh hubungan yang sangat erat (R2) 0,95, sedangkan karakteristik lahan terhadap kadar lemak diperoleh hubungan yang erat (R2) 0,64. Penentu produksi adalah ketinggian tempat, lereng, fraksi pasir, fraksi liat, pH H2O, pH KCl, C-organik, N total, P tersedia, Na, kejenuhan Al, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa dan salinitas, sedangkan penentu kadar lemak adalah ketinggian tempat, C organik, N total, P tersedia, Ca dan Mg.
Analisis Kesesuaian Lahan Kakao di Kabupaten Simeulue T. Nofelman; Abubakar Karim; Ashabul Anhar
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan Vol 1, No 1 (2012): Volume 1, Nomor 1, Juni 2012
Publisher : Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan, Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.659 KB)

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengetahui kelas kesesuaian lahan tanaman kakao rakyat di Kabupaten Simeuleu, (2) menentukan satu atau lebih faktor penentu tinggi rendahnya produksi kakao rakyat di Kabupaten Simeulue, (3) untuk mengetahui hubungan antara sesama sifat-sifat lahan antara sifat-sifat lahan dan produksi serta kualitas biji kakao di Kabupaten Simeulue. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Simeulue yang dimulai dari bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011. Penelitian ini menggunakan metode klasifikasi kesesuaian yang di kembangkan oleh FAO, dengan menggunakan kriteria yang disusun oleh Pusat Penelitian Kakao dan Kopi Indonesia. Evaluasi kesesuaian lahan dimulai dengan menentukan tapak pengamatan, yang ditetapkan pada kebun kakao rakyat. Hasil penelitian menunjukkan kelas kesesuaian lahan aktual di Kabupaten Simeulue terdiri dari kelas S3 (sesuai marginal) dengan faktor pembatas utama adalah curah hujan yang tinggi. Ketinggian tempat berkorelasi nyata negatif dengan kedalaman efektif, fraksi liat, pH H2O, C-organik, N-total, Na-dd, Ca-dd, Al-dd, H-dd, KTK dan kejenuhan basa. Kelerengan berkorelasi nyata  negatif dengan kedalaman efektif, fraksi debu, fraksi liat, pH H2O, C-organik, N-total, P-av, Na-dd, Ca-dd, Mg-dd, KTK dan kejenuhan basa. Kedalaman efektif berkolerasi nyata negatif dengan fraksi debu, pH H2O, C-organik, N-total, P-av, K-dd, Na-dd, H-dd, KTK dan kejuhan basa. Selain ketinggian tempat dan lereng, karakteristik lahan yang mempengaruhi produksi dan mutu buah kakao adalah kedalaman efektif, C-organik, N-total, H-dd, kapasitas tukar kation,fraksi pasir, K-dd, Ca-dd.Analysis of Cacao Land Suitability in Simeulue DistrictAbstract. This research aims to; (1) figure out the class level of the cocoa land suitability of the people in Simeulue regency, (2) specifies one or more factors determining the level of cocoa productivity of the people in Simeulue regency, (3) and clarify the relationship of the land characteristics, land productivity and cocoa bean quality in Simeulue regency. The study was conducted in Simeulue regency from May to August 2011. The suitability classification method developed by FAO combined to the criteria drafted out by Coffee and Cocoa Research Center Indonesia was adapted in this research. The land suitability evaluation started by determining the tread observation which was set in the cocoa farm. The result suggests the actual class level of the land suitability for cacao in Simeulue regency consists of class S3 (marginally suitable) with the major barrier factor is the high rainfall. Location altitude shows a significant negative correlation to the soil effective depth, clay fraction, pH H2O, C-organic, N-total, Na-exchange, Ca-exchange, Al-exchange, H-exchange, CEC and base saturation. The slope of the site suggests a significant negative correlation to the soil effective depth, silt fraction, clay fraction, pH H2O, C-organic, N-total, P-avilable, Na-exchange, Ca-exchange, Mg-exchange, CEC and base saturation. The soil effective depth indicates a significant negative correlation to the silt fraction, pH H2O, C-organic, N-total, P-avilable, K-exchange, Na-exchange, H-exchange, CEC and base saturation. In addition to the altitude and slope of the location, characteristics of the land that affecting cocoa productivity and quality are the effective depth, C-organic, N-total, H-exchange, CEC, silt fraction, K-exchange and Ca-exchange.
Analisis Citarasa Kopi Arabika Organik pada Beberapa Ketinggian Tempat dan Cara Pengolahannya di Datararan Tinggi Gayo Eka Wahyuni; Abubakar Karim; Ashabul Anhar
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan Vol 2, No 3 (2013): Volume 2, Nomor 3, Juni 2013
Publisher : Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan, Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.471 KB)

Abstract

Analysis of Taste Quality of Organic Arabica Coffee in Several Altitudes and Processing Techniques in Gayo HighlandsAbstract. In general several varieties of Arabica are cultivated at the same altitude, which cause loss of their unique flavor of Arabica Gayo Highlands. This research was aimed to find out of superior varieties of Arabica coffee with a unique flavor score at a certain altitude and specific processing technique in the Gayo Highlands. There were five varieties of Arabica coffee observed. (Borbor, Bergendal, Ateng Super, Tim-Tim and Lini-S), in four altitudes: (1. 1.000 m; 2. 1.000 -1.200 m; 3. 1.200 1.400 m; and 4. 1.400 m above sea level). A survey method with descriptive analysis was used, based on altitude and land use maps on 20 observation sites. Ideal altitude of varieties were identified as nell as soil and barriers samples were analyzed. Arabica coffee varieties was determined by cluster analysis, correlations, followed by multiple regression. Evaluation scores of flavor varieties of Arabica coffee and altitude showed that Borbor variety was suitable at altitude 1.400 above sea level, Tim-Tim 1.200 m, and Ateng super at altitude 1.200 -1.400 m above sea level. Processing method of organic Arabica coffee which produced high flavor quality (taste) was a semi wash processing. Result of multiple regression analysis showed a very close relationship between land characteristics and score flavor criteria, R2 was 0.894. Determinants of the best and unique flavor is the altitude, climate and processing of organic Arabica coffee beansAbstrak. Beberapa varietas kopi Arabika umumnya dibudidayakan dan dikembangkan pada ketinggian tempat yang sama yang menyebabkan mulai hilangnya citarasa khas (unik) kopi Arabika dataran tinggi Gayo. Penelitian ini bertujuan menetapkan varietas unggul kopi Arabika organik yang mempunyai citarasa unik pada berbagai ketinggian tempat dan cara pengolahannya. Ada lima varietas kopi Arabika, yaitu: Borbor, Bergendal, Ateng Super, Tim-Tim dan Lini-S yang diamati pada masing-masing ketinggian tempat; (1. 1.000 m, 2. 1.000 -1.200 m, 3. 1.200 -1.400 m dan 4. 1.400 m di atas permukaan laut). Metode yang digunakan adalah metode survei dengan analisis deskriptif. Berdasarkan peta ketinggian tempat, penggunaan lahan dan varietas kopi yang ditemui maka diperoleh 20 tapak pengamatan. Pada setiap tapak pengamatan dilakukan identifikasi varietas, pengambilan contoh gelondong buah kopi matang dan contoh tanah. Untuk menentukan ketinggian tempat yang ideal serta masing-masing varietas-varietas kopi Arabika dilakukan analisis gerombol, analisis korelasi antar karakteristik lahan yang dilanjutkan dengan regresi berganda. Berdasarkan hasil menunjukkan varietas Borbor sesuai pada ketinggian tempat 1.400 m, varietas Tim-Tim 1.200 m, dan Ateng Super pada semua ketinggian 1.200 -1.400 m diatas permukaan laut. Pengolahan biji kopi Arabika organik yang menghasilkan mutu kualitas citarasa yang terbaik dan khas (unik) adalah pengolahan basah cara basah. Hasil analisis regresi berganda antara karakteristik lahan dengan kriteria citarasa kopi Arabika pengolahan basah cara basah diperoleh hubungan yang sangat erat (R2) adalah 0,894. Penentu citarasa yang terbaik dan unik adalah Ketinggian tempat, iklim dan pengolahan biji kopi Arabika organik.
Evaluasi Kriteria Kesesuaian Lahan Kopi Arabika Gayo 2 di Dataran Tinggi Gayo Reza Salima; Abubakar Karim; Sugianto Sugianto
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan Vol 1, No 2 (2012): Volume 1, Nomor 2, Desember 2012
Publisher : Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan, Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (655.392 KB)

Abstract

Evaluation Criteria of Land Suitability to Arabica Gayo 2 coffee in the Gayo HighlandsAbstract. Nowadays, coffee development policy is directed at production increasing and physical quality of coffee bean. To reach the best production and physical quality of Arabica coffee bean, the cultivation should be conducted on suitable land and follow the requirement for each variety of Arabica coffee. This research is conducted to evaluate the criteria of the land suitability for Arabica Gayo 2 coffee, and to define the land characteristic based on climate and soil that can affect the physical quality of Arabica Gayo 2 coffee bean. This research is treated by using survey method with descriptive analysis and soil sample analysis in the laboratory that taken from each observation site. The observation sites are examined based on altitude and slope of the land. Soil samples were analyzed about the physical and chemical characteristic of the soil. Characteristic and quality of the land from each observation sites were compared with criteria of Arabica coffee land suitability. Meanwhile, to observe the relationship between land characteristic and Arabica Gayo 2 is conducted by multiple linear correlation analysis. The results show that all of the observation sites have actual land suitability class S3 (represented marginally) and S2 (represented enough) with factors of land altitude limiting, land slope, and soil chemical properties. Potential land suitability class of S2 is represented enough with factors of land altitude limiting, land slope, rooting media (effective depth), soil texture, stone surface, and nutrient availability. Potential land suitability class of S3 is represented marginally with land limiting altitude factor. The highest of production average is obtained at Potential land suitability class of S2 with the highest production at land altitude 1400 meters above sea level and slope 40%.Abstrak. Saat ini kebijaksanaan pengembangan kopi diarahkan pada peningkatan produksi dan  kualitas fisik biji kopi. Untuk mendapatkan produksi dan kualitas fisik biji yang baik maka penanaman kopi Arabika harus dilakukan pada lahan-lahan yang sesuai dan memenuhi persyaratan bagi masing-masing varietas kopi Arabika. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kriteria kesesuaian lahan kopi Arabika Gayo 2 serta menetapkan karakteristik lahan berdasarkan iklim dan tanah yang menentukan kualitas fisik biji kopi Arabika Gayo 2. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan analisis deskriptif serta analisis contoh tanah di laboratorium yang diambil dari masing-masing tapak pengamatan. Tapak pengamatan yang diperiksa dibuat berdasarkan ketinggian tempat dan kemiringan lereng. Sampel tanah yang dianalisis adalah fisik dan kimia tanahnya. Karakteristik dan kualitas lahan dari masing-masing tapak pengamatan dibandingkan dengan kriteria kesesuaian lahan kopi Arabika. Sedangkan untuk melihat hubungan antar karakteristik lahan dan antara karakteristik lahan dengan produksi kopi Arabika Gayo 2 dilakukan analisis korelasi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua satuan lahan pengamatan mempunyai kelas kesesuaian lahan aktual S3 (sesuai marginal) dan S2 (cukup sesuai) dengan faktor pembatas ketinggian tempat, lereng dan sifat kimia tanah. Kelas kesesuaian lahan potensial adalah S2 (cukup sesuai) dengan faktor pembatas ketinggian tempat, lereng, media perakaran (kedalaman efektif), tekstur tanah, batu permukaan serta ketersediaan hara dan S3 (sesuai marginal) dengan faktor pembatas ketinggian tempat. Rata-rata produksi tertinggi diperoleh pada kelas kesesuaian lahan potensial S2 (sesuai) dengan produksi paling tinggi pada ketinggian tempat 1.400 m dpl dan lereng 40 %. 
Karakteristik Kimia Tanah di Daerah Vulkanik Jaboi Kota Sabang Rosa Hestia Putri; Teti Arabia; Abubakar Karim
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 5, No 1 (2020): Februari 2020
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.724 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v5i1.13841

Abstract

Abstrak. Tanah abu vulkanik adalah salah satu tanah yang subur dan produktif dibandingkan dengan tanah-tanah lain karena memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dan banyak dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimia tanah yang berada di daerah vulkanik Jaboi Kota Sabang. Metode yang digunakan yaitu survai deskriptif. Titik pengamatan (pembuatan pedon) ditentukan dengan cara survai berdasarkan transek toposekuen, yaitu rute pengamatan tanah dengan memperhatikan tingkat perbedaan kontur dan ketinggian tempat. Secara umum karakteristik kimia pada daerah vulkanik Jaboi untuk dijadikan lahan pertanian kurang baik, kecuali dilakukan perbaikan terhadap sifat-sifat kimia tersebut.Chemical Characteristics of Soil in the Jaboi Volcanic Area of Sabang CityAbstract. Volcanic ash is one of the fertile and productive soils compared to other soils because it has a high content of organic matter and is widely used for agricultural development. This study aims to determine the chemical characteristics of the soil in the Jaboi volcanic area of Sabang. The method used is descriptive survey. The observation point (pedon making) is determined by survey based on a toposequent transect, which is the soil observation route by taking into account the different levels of contours and altitude. In general the chemical characteristics of the Jaboi volcanic area to be used as agricultural land are not good, unless improvements are made to the chemical properties.
Kajian Kondisi Eksisting Kawasan Suaka Margasatwa Gambut Rawa Singkil Zikri Wali; Yadi Jufri; Abubakar Karim
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 5, No 2 (2020): Mei 2020
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.055 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v5i2.14844

Abstract

Abstract. Lahan gambut telah menjadi target perluasan lahan pertanian/perkebunan, karena lahan pertanian/perkebunan yang sudah semakin menipis. Seperti yang terjadi di Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil, sudah banyak terjadinya deforestasi lahan gambut dan adanya kegiatan konversi lahan sehingga terganggunya fungsi gambut sebagai habitat untuk perlindungan keanekaragaman hayati sekaligus pengatur tata air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi eksisting kawasan Suaka Margastwa Gambut Rawa Singkil . Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui survei lapangan dan pengamatan lapangan. Tahapan awal yang dilakukan adalah analisis tutupan lahan dari hasil klasifikasi citra google earth 2019, selanjutnya Ground Check dan Meng-update/ memperbaiki/ memverifikasi peta yang telah dibuat. Berdasarkan hasil perbaikan peta gambut Suaka Margasatwa Rawa Singkil yang telah dibuat maka didapat  Hutan rawa sekunder seluas 15.313,53 ha (87,75%), semak belukar rawa seluas 2.066,25 ha(11,84%), telah terjadi deforestasi lahan  seluas 62,50 ha (0,36%) dan terjadinya konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit seluas 8,51 ha (0,05%), dari luas kawasan Suaka Margasatwa gambut Rawa Singkil yaitu 17.450,79 ha.Study of Existing Condition of Rawa Singkil Peat Wildlife Reserve AreaAbstract. Peatlands have become a target for agricultural land, because agricultural land which dwindling. It was happened in the Rawa Singkil Wildlife Reserve Area, present day there is so many displacing peatland deforestation and land conversion so that the function of peat as a habitat for biological conversion as well as regulating the air system. The purpose of this study was to study the existing conditions of the Singkil Peat Swamp Margastwa Sanctuary. This research is using descriptive methods through field surveys and field observations. The initial stage is to analyze of land cover from the results of the 2019 google earth image classification, then ground check and updating / repairing / updating the maps that have been made. Based on the improvement of the Singkil Wildlife Reserve peat map that has been developed, a secondary swamp forest of 15,313.53 ha (87.75%), 2,066.25 ha (11.84%) of swamp shrubs has been successfully allocated 62,50 ha (0.36%) and conversion of forest to oil palm plantations of 8.51 ha (0.05%), from the area of the Rawa Singkil Peat Wildlife Reserve which is 17,450.79 ha.  
Penilaian Lahan untuk Budidaya Tanaman Kurma (Phoenix dactylifera L.) di Lembah Barbatee, Aceh Besar Muhammad Aziz; Zainabun Zainabun; Abubakar Karim
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.229 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i4.12718

Abstract

Abstrak. Provinsi Aceh tepatnya di Lembah Barbatee, Kabupaten Aceh Besar, Kecamatan Mesjid Raya, Indrapuri dan Montasik potensi perkebunan tanaman kurma mulai dikembangkan. Hasil observasi di lapangan menujukan bahwa belum adanya kajian ilmiah mengenai penilaian lahan pada kawasan pengembangan perkebunan tersebut, sehingga belum dapat disimpulkan bahwa komiditas kurma tersebut sesuai untuk di kembangkan secara baik. Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang optimal serta keberelanjutan, maka setiap aspek budidaya perlu dilakukan kajian terhadap lahan melalui karakteristik lahan seperti aspek morfologi, kimia dan fisika tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik survai deskriptif yang didasarkan pada hasil observasi lapangan dengan metode pencocokan (matching) antara karakteristik lahan dan syarat tumbuh tanaman kurma. Pengamatan data morfologi lahan dan pengambilan contoh tanah dilakukan secara acak/random (random sampling) pada masing-masing satuan peta lahan (SPL). Hasil penilaian lahan pontensial berdasarkan indeks lahan menunjukan status lahan tidak sesuai marginal (N1) untuk pengembangan kurma dan masih dapat dilakukan perbaikan adalah seluas 8365,8 ha (41,49%). Status lahan yang tidak dapat di lakukan perbaikan dengan status lahan tidak sesuai (N2) adalah seluas 11795,31 ha (58,80%). Sedangkan untuk hasil perbandingan antara penilaian indeks lahan dan faktor pembatas yang dapat dikembangkan kurma dengan stasus sesuai marginal (S3) adalah seluas 9572,56 ha (47,48%), dan dengan stastus tidak sesuai (N) adalah seluas 10588,60  ha (52,51%), dari total luas kesesuain lahan tersebut diketahui seluas 20.161,16 ha.Land Assesment of Date Palm (Phoenix dactylifera L) in Lembah Barbatee’s Date Garden, Aceh Besar DistricAbstract. The potential for date plantation has started to develop in Barbatee Valley, Aceh. Literature review showed that there is no study regarding the land assessment of the concerned area. Hence, it could not be concluded that date could be cultivated properly on the land itself. To achieve optimum production, growth, and continuity, each cultivation aspect of the land must be tested through its land characteristics such as soil morphology, chemistry and physics.  Methods used in this research is descriptive surveying techniques based on the results of field observation by utilizing Matching method between the characteristics of the land and the cultivation requirements of date. Morphologic data analysis and sampling is conducted randomly on each Land Unit (Satuan Peta Lahan). The test result, in accordance to the land index, shows that 8365,8 ha (41,49%) of the total area status is marginally not suitable (N1) for date cultivation with possible reparation. A total area of  11795,31 ha (58,80%) is considered not suitable (N2) without possible reparation. On the other hand, the ratio between the scoring index and the limiting index of the land, where date could be cultivated, shows that 9572,56 ha (47,48%) of the total land area are marginally suitable (S3) whereas 10588,60  ha (52,51%) of the total land area are not suitable, with the total land area of 20.161,16 ha.
Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Sere Wangi Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di kecamatan Tripe Jaya Kabupaten Gayo Lues M Rusdi Abduh Hasim; Sugianto Sugianto; Abubakar Karim
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1026.355 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i2.20037

Abstract

Abstrak. Sere Wangi (Cymbopogon nardus L.) merupakan salah satu tanaman atsiri dari famili Gramineae yang banyak digunakan dalam berbagai industri parfum, kosmetik, makanan, minuman dan obat-obatan. Selain itu, juga digunakan sebagai bahan pestisida nabati untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman. Minyak sere wangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang banyak dikembangkan di Indonesia. Melihat potensi minyak sere wangi di pasar dengan harga yang sangat menjanjikan, maka perlu dilakukan kajian kesesuaian lahan sebagai arahan pengembangan sere wangi, baik areal yang sudah ditanami maupun areal baru yang berpotensi dikembangkan di sentraproduksi sere wangi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan tanaman sere wangi, di Kecamatan Tripe Jaya Kabupaten Gayo Lues. Penelitian telah dilaksanakan di Kecamatan Tripe Jaya Kabupaten Gayo Lues dan pengolahan data telah dilaksanakan di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi,Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini menggunakan metode survai lahan melalui deskriptif kuantitatif serta melakukan analisis terhadap data dan informasi yang didapatkan di lapangan. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan, yaitu persiapan, pra pengolahan citra, kegiatan lapangan (ground check), analisis data, melakukan metode tumpang susun (overlay) dengan menggunakan analisis SIG, dan membandingkan (matching) antara karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh tanaman sere wangi. Hasil penelitian diperoleh bahwa kelas kesesuaian lahan aktual untuk sere wangi di kawasan pengembangan sere wangi di Kecamatan Tripe Jaya, Kabupaten Gayo lues secara aktual dapat dikatagorikan sebagai sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas paling dominan adalah lereng l Lebihdari 30%. Setelah dilakukan usaha perbaikan, secara potensial kesesuaian lahan pada pengembangan sere wangi di kawasan tersebut dalam digolongkan kedalam kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2), yaitu dengan usaha pada faktor pembatas lereng dapat diperbaiki dengan mengatur jarak tanam dan penanaman mengikuti konturLand Suitability Evaluation for the Citronella Development Using Sytems Information Geospatial in Tripe Jaya Sub-District, Gayo Lues Regency.Abstract. Sere Wangi (Cymbopogon nardus L.) is one of the essential plants of the Gramineae family that is widely used in various perfume, cosmetics, food, beverage and pharmaceutical industries. In addition, it is also used as a vegetable pesticide material for pest control and plant diseases. Perfumed sere oil is one type of essential oil that is widely developed in Indonesia. Seeing the potential of fragrant air oil in the market at a very promising price, it is necessary to study land suitability as a directive on the development of fragrant batteries, both planted acreage and new areas that have the potential to be developed in the center of the fragrant sere production. This research aims to determine the level of suitability of fragrant sere plant land, in Tripe Jaya District of Gayo Lues Regency. Research has been conducted in Tripe Jaya District of Gayo Lues Regency and data processing has been carried out at remote sensing and cartography laboratory, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University. This research uses land survey methods through quantitative descriptive and conducts analysis of data and information obtained in the field. Research is carried out through several stages of activities, namely preparation, pre-image processing, field activities (ground check), data analysis, performing the overlay method using SIG analysis, and comparing (matching) between the characteristics of the land and the growing requirements of fragrant sere plants. The results of the study obtained that the aktual land suitability class for fragrant sere in the fragrant sere development area in Tripe Jaya District, Gayo Lues Regency. Aktual can be categorized as corresponding marginal (S3) with the most dominant limiting factor being slope l More than 30%. After improvement efforts, potentially the suitability of the land in the development of fragrant sere in the area in classified into the appropriate land suitability class (S2), namely with efforts on slope limiting factors can be improved by regulating planting distance and planting following contours.
Pemetaan Kebun Kopi Rakyat dan Potensi Pengembangannya di Kabupaten Nagan Raya Devi Andriani; Sugianto Sugianto; Abubakar Karim
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 4 (2022): November 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (927.625 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i4.22148

Abstract

Abstrak. Kopi merupakan komoditas ekspor terpenting kedua dalam perdagangan global. Saat ini lebih dari 90% dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas kopi robusta. Di Provinsi Aceh petani telah lama mengembangkan kopi robusta namum belum dikelola secara baik. Tujuan penelitian ini adalah memetakan kebun kopi rakyat eksisting dan potensi pengembangannya di Kabupaten Nagan Raya. Penelitian ini menggunakan metode survei dan analisis deskriptif. Luas kebun kopi rakyat eksisting dipetakan berdasarkan teknik klasifikasi visual on screen. Untuk memastikan klasifikasi kebun kopi rakyat eksisting di lapangan di awali dengan pengambilan titik koordinat di lapangan dan menggunakan kunci interpretasi citra. Hasil analisis menghasilkan 37 hamparan dan luasan kebun kopi rakyat eksisting di Kabupaten Nagan Raya seluas 245,60 ha. Hamparan kebun kopi rakyat terluas berada di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang seluas 152,53 ha (62,12%), sedangkan hamparan kebun kopi rakyat terkecil terdapat di Kecamatan Kuala Pesisir dengan luas 0,04 ha (0,02%).Mapping the People's Plantation and its Development Potential in Nagan Raya DistrictsAbstract. Coffee is the second-most exported commodity based on global trade. Nowadays, more than 90% of the coffee farming area in Indonesia is Robusta. Farmers in Aceh have long developed Robusta, but it was not yet manageable in a proper manner. The primary purpose of this research was to map the area of coffee farming and its potential in the Nagan Raya regency. This research was conducted using the analysis descriptive survey method with a classification technique of visuals on screen and based on the taking of coordinates in the field and the key of (image) interpretation. The result showed that 37 coffee area was detected. There are 245,60 hectares of coffee farming in Nagan Raya. The largest area was found in Beutong Ateuh Benggalang, within 152,53 hectares or 62% of the overall area. In contrast, the smallest area was found in Kuala Pesisir, within 0,04 hectares or 0,02% of the overall area.