Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Pendugaan Sisa Umur Pakai Kayu Komponen Cooling Tower di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Unit II Kamojang Effendi Tri Bahtiar; Naresworo Nugroho; Arinana Arinana; Atmawi Darwis
Jurnal Teknik Sipil Vol 19 No 2 (2012)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2012.19.2.2

Abstract

Abstrak. Struktur cooling tower di PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) Unit II Kamojang dibangun pada tahun 1988 dengan kayu sebagai komponen utamanya. Setelah 23 tahun umur pakainya, dirasa perlu dilakukan evaluasi sisa umur pakai sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk memutuskan perobohan atau perpanjangan pemakaiannya. Evaluasi dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: identifikasi jenis kayu dan keberadaan sisa bahan pengawet, pengukuran kedalaman kerusakan, pengujian sifat fisis mekanis, dan pemodelan matematis yang diturunkan dari uji creep dan pengurangan luas penampang kayu. Identifikasi memperlihatkan bahwa kayu yang dipergunakan untuk komponen utama cooling tower di PLTP Unit II Kamojang adalah redwood (Sequoia sempervirens) yang diawetkan dengan CCA (Chromated Copper Arsenat). Kerusakan telah terjadi sedalam 2,95 mm, namun secara umum masih memiliki tegangan ijin yang lebih tinggi daripada persyaratan NDS2005. Penelitian ini telah menghasilkan model terbaik yang dapat dipergunakan untuk menduga sisa masa pakai kayu komponen cooling tower di PLTP Unit II Kamojang dengan koefisien determinasi sebesar 86,84%. Abstract. Cooling tower in PLTP (Geothermal Power Plant) Unit II Kamojang was built in 1988, using solid wood as its main komponen. It is 23 years old nowadays, and should be evaluated to estimate its remaining lifetime. The evaluation conducted as scientific consideration for the company to decide wheter the cooling tower should be deconstruct or maintain to lenghten their lifetime. Some steps were conducted to estimate the remaining lifetime, namely: identification of wood species and the preservative remaining,measuring the depth of damages, measuring the physical and mechanical properties, and mathematical modelling which construct from creep testing and area reduction. This research show that the cooling tower was built with redwood (Sequoia sempervirens) which were treated with CCA (Chromated Copper Arsenat) preservative. The damage was happened until 2,95 mm depth, but the mechanical properties was commonly still better than NDS 2005 requirement. The  research result mathematical equation which is suitable to predict the remaining lifetime of wood component in PLTP Unit II Kamojang with coefficient of determination 86,84%.
Rasio Ikatan Pembuluh sebagai Substitusi Rasio Modulus Elastisitas pada Analisa Layer System pada Bilah Bambu dan Bambu Laminasi Effendi Tri Bahtiar; Naresworo Nugroho; Lina Karlinasari; Atmawi Darwis; Surjono Surjokusumo
Jurnal Teknik Sipil Vol 21 No 2 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2014.21.2.6

Abstract

Abstrak. Anatomi bambu disusun oleh sel-sel yang heterogen. Komponen anatomi bambu yang memberikan sumbangan terbesar pada sifat mekanisnya adalah ikatan pembuluh, sehingga kerapatan ikatan pembuluh dapat digunakan sebagai variabel dasar untuk menganalisa sifat mekanis bambu. Kerapatan ikatan pembuluh bergradasi dari tepi hingga ke dalam bambu sehingga dapat diturunkan suatu fungsi linier ataupun non linier sebagai pendekatannya. Rasio modulus elastisitas (E) yang lazim digunakan pada metode transformed cross section, pada penelitian ini dicoba diganti dengan rasio ikatan pembuluh dengan asumsi bahwa keduanya adalah ekuivalen. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat nilai korelasi Pearson yang tinggi antara hasil teoritis dan hasil empiris, sedangkan hasil uji t-student data berpasangan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Dengan demikian model transformasi yang diturunkan dapat digunakan untuk melakukan analisa layer system pada bilah bambu maupun bambu laminasi dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Dari ketiga model transformasi terpilih (linier, logaritmik, dan power) model power adalah model yang terbaik karena menghasilkan nilai yang paling mendekati data empiriknya.Abstract. Bamboo anatomy is constructed from many types of cells. Vascular bundles are the cells which give the highest contribution to the bamboo strength, thus the density distribution of vascular bundles could be used as the main variable for analyzing the layer system of bamboo strip and laminated bamboo. The density of vascular bundles distribution degrade from outer to inner in a regular manner which could be fitted by linear and nonlinear function. Ratio of modulus of Elasticity (E) which widely used in transformed cross section method for analyzing the layered system was substituted by ratio of density distribution of vascular bundles within assumption that both are highly correlated. The data in this study proved that there was high Pearson's correlation between the theoretical and empirical result, and the paired t-student test also showed both were not significantly different; thus the new method could be applied in very good result. There are three model applied in this study namely linear, logarithm, and power. Power model is the best among others since its theoretical results the nearest estimation to the empirical measurement.
Pengaruh Komponen Kimia dan Ikatan Pembuluh terhadap Kekuatan Tarik Bambu Effendi Tri Bahtiar; Naresworo Nugroho; Surjono Suryokusumo; Dwi Premadha Lestari; Lina Karlinasari; Deded Sarip Nawawi
Jurnal Teknik Sipil Vol 23 No 1 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2016.23.1.4

Abstract

Abstrak. Bambu merupakan salah satu contoh material komposit alami yang tersusun atas beraneka ragam sel. Sel-sel fiber yang tersusun menjadi ikatan pembuluh diyakini merupakan sel yang paling bertanggung jawab terhadap kekuatan bilah bambu. Selain jumlah ikatan pembuluh, kekuatan tarik bambu juga dipengaruhi oleh kandungan komponen kimia dan bagian ruas/buku. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah ikatan pembuluh, maka kekuatan tarik bambu semakin besar. Kandungan lignin meningkatkan kekuatan tarik pada bagian ruas secara proporsional (linier), bahkan kuadratik pada bagian buku. Peningkatan kandungan lignin dalam selang yang ditemukan dalam penelitian ini (33%) selalu meningkatkan kekuatan tarik bilah bambu sehingga titik balik maksimum tidak dapat ditemukan. Tingginya nilai korelasi kekuatan tarik dengan proporsi alpha selulosa terhadap holoselulosa pada bagian ruas memperlihatkan pentingnya peranan proporsi alpha selulosa tersebut, meskipun prosedur best subset regression tidak membacanya akibat terjadinya autokorelasi. Abstract. Bamboo is natural composite material which is built from many types of cells. Fibers cells which are bundled become vascular bundles have highest contribution toward the strength of bamboo split among others. Besides the amount of vascular bundles, the bamboo split strength is also determined by chemical component of cell walls and its position (internodes/node). This research reported that the tensile strength has positive correlation with the amount of vascular bundles. If the amount vascular bundles increase, then the tensile strength also increases. The increasing of lignin contents in cell wall proportionally and quadratically increases the tensile stress of internodes and node of bamboo split, respectively. This research did not found the maximum stationer  point of quadratic equation for lignin content effect toward bamboo split tensile strength, thus the tensile strength always increase along with the lignin content in this research range (<33%). Correlation value between tensile strength and ratio of alpha cellulose to holocellulose is high which prove that alpha cellulose highly contribute to the tensile strength even though best subset regression procedure could not identified this phenomenon because of its autocorrelation occurrence.
KEKUATAN BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper Backer ex K.Heyne) MENAHAN GAYA NORMAL TEKANAN DAN TARIKAN Naresworo Nugroho; Effendi Tri Bahtiar; Arya Budhijatmiko Lelono
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 40, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2022.40.1.37-48

Abstract

Bambu merupakan salah satu hasil hutan multiguna yaitu sebagai bahan baku mebel, kerajinan, alat musik, dan konstruksi. Besarnya kekuatan tekan dan tarik bambu sudah dimanfaatkan dalam desain konstruksi, namun masih terbatas, seperti untuk kolom atau penguat beton. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sifat mekanis bambu betung (Dendrocalamus asper Backer ex K.Heyne,) umur empat tahun, yaitu kekuatan tekan sejajar serat, tarik sejajar serat, dan tarik tegak lurus serat, serta nilai 5% batas bawah. Ukuran contoh uji dan pengujian sifat mekanis bambu betung mengacu pada ISO 22157-2019. Pengujian tekan sejajar serat dan tarik tegak lurus serat menggunakan UTM SATEC/Baldwin, sedangkan pengujian tarik sejajar serat menggunakan UTM Chun Yen. Analisis data menggunakan aplikasi Easyfit 5,5 untuk mendapatkan nilai 5% batas bawah tiap pengujian. Rata-rata kuat tekan sejajar serat yang diperoleh yaitu sebesar 52,97 N/mm², sedangkan nilai rata-rata kuat tarik sejajar serat sebesar 109,03 N/mm². Rata-rata kuat tarik tegak lurus serat dengan ukuran lubang uji 25 dan 40 mm sebesar 2,53 dan 1,19 N/mm², sedangkan nilai rata-rata MOE tekan dan MOE tarik sejajar serat sebesar 2.674 dan 9.542 N/mm². Nilai 5% batas bawah untuk kuat tekan sejajar serat sebesar 38,10 N/mm², tarik sejajar serat sebesar 61,78 N/mm², sedangkan untuk kuat tarik tegak lurus serat sebesar 0,60 N/mm². Nilai MOE tekan dan MOE tarik sejajar serat yang diperoleh sebesar 1.105 dan 6.076 N/mm².
Evaluasi Kondisi Komponen Pengaku pada Menara Pendingin dan Perkiraan Sisa Masa Pakainya Effendi T. Bahtiar; Wilis Wiryawan; Kholiyah Kholiyah; Rita K. Sari; Arinana Arinana; Naresworo Nugroho
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol 14, No 1 (2016): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis
Publisher : Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (943.749 KB) | DOI: 10.51850/jitkt.v14i1.11

Abstract

Menara pendingin merupakan sistem pendinginan yang melepaskan panas ke udara untuk menurunkan suhu air melalui mekanisme penguapan. Air panas ditumpahkan dari puncak ke dasar menara, melewati sirip-sirip sehingga air terpencar dan kontak dengan angin dingin.  Penelitian ini ditujukan untuk mengukur degradasi komponen pengaku pada bangunan menara pendingin yang telah berumur 15 tahun, serta menduga sisa umur pakainya. Beberapa pengujian dilakukan antara lain identifikasi jenis kayu, uji sisaan bahan pengawet, pengukuran degradasi kerapatan, uji mekanis statis, dan uji rangkak. Kayu diidentifikasi sebagai Douglas fir (Pseudotsuga menziesii). Hasil pengujian menunjukkan bahwa dinding sel kayu telah terdegradasi,  kerapatan kayu di lapisan luar telah menurun di banding kontrol, dan sifat-sifat mekanis kayu telah terdegradasi sehingga nilainya menjadi lebih rendah daripada spesifikasi NDS 2005. Uji creep juga menunjukkan bahwa kekuatan kayu terus menurun seiring dengan semakin lamanya jangka waktu pembebanan. Berdasarkan laju deteriorasi kayu dan penurunan kekuatan selama jangka waktu pembebanan, sebuah model matematika dibangun untuk menduga sisa masa pakai kayu. Model yang dibangun menghasilkan dugaan sisa masa pakai komponen pengaku yaitu 7 tahun lagi.
Variation of Tensile Strength and Cell Wall Component of Four Bamboos Species Nareworo Nugroho; Effendi T Bahtiar; Dwi P Lestari; Deded S Nawawi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol 11, No 2 (2013): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis
Publisher : Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.966 KB) | DOI: 10.51850/jitkt.v11i2.93

Abstract

Bamboo is an alternative material of timber for building construction and furniture. The information of basic characteristic of bamboo is very important regarding to effective utilization of bamboo. This research aims to evaluate the variation of tensile strength and its relation to chemical cell wall component of bamboos. Four bamboos species namely andong (Giganctochloa psedoarundinaceae), betung (Dendrocalamus asper), mayan (Gigantochloa robusta), and tali (Gigantochloa apus) bamboos were subjected to analysis of its hollocellulose, cellulose, lignin, and tensile strength. Bamboo samples were taken from internode and node of middle section of bamboos stem.The results showed that the tensile strength of bamboo was influenced by chemical components of cell wall. The high content of alpha-cellulose and lignin contributed to high tensile strength of bamboo. Internode section of bamboo stem exhibited to have a higher tensile strength compared to node section.Key words: alpha cellulose, bamboo cell wall components, lignin content, tensile strength
Faktor Stabilitas Balok Kayu pada Konfigurasi Pembebanan Terpusat: Stability Factor of Wooden Beams in One Point Loading Agustina Hayatunnufus; Naresworo Nugroho; Effendi Tri Bahtiar
Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 7 No. 2: Agustus 2022
Publisher : Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jsil.7.2.129-146

Abstract

The use of wood as a building material must be designed quite rigid and strong. According to SNI 7973:2013, the corrected design value on the wooden structure components must be in accordance with the condition of wood to be used. The objective of this study is to determine the value of timber beams stability (CL) both of softwood and hardwood based on SNI 7973:2013 for construction purposes. The material in this research to be used are pine (Pinus merkusii), agathis (Agathis dammara), mahagony (Swietenia macrophylla), and red meranti (Shorea leprosula). Testing of physical properties include moisture content, specific gravity, and density, meanwhile testing of mechanical properties include flexural strength, modulus of elasticity, and ductility. Mechanical testing is carried out on a small clear specimens and full-size specimens, while the physical properties are tested only on a small clear specimens. The full-size specimens are visually sorted and the strength ratio (S) is determined prior to mechanical testing. The result of this study showed that the highest strength ratio was in meranti 55.85%, agathis 52.98%, pine 46.76%, and mahogany 46.60%. Softwood has a lower S value to more knot defects than hardwood. The slenderness ratios of agathis, pine, mahogany, and meranti wood respectively are 7.48, 7.45, 7.40 and 7.66 so that all specimens are referred to as short beams. The value of beam stability (CL) is close to 1 that indicates that the beams are stable and does not twist.
MENGIDEALISASIKAN PENAMPANG LINTANG BULUH BAMBU MENJADI BENTUK GEOMETRI CONIC UNTUK MENGHITUNG SIFAT PENAMPANGNYA Effendi Tri Bahtiar; Asep Denih; Lina Karlinasari; Gustian Rama Putra; Naresworo Nugroho; Sulistyono Sulistyono
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 40, No 3 (2022): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2022.40.3.165-188

Abstract

Seorang desainer perlu menyederhanakan variasi bentuk penampang bambu mengikuti geometri ideal yang paling mendekati bentuk aktualnya agar analisis struktur konstruksi bambu dapat dilakukan. Geometri penampang buluh bambu bervariasi dan menyerupai cincin conic seperti lingkaran, elips, atau bulat telur. Bentuk penampang conic yang paling pas yaitu yang paling menyerupai bentuk penampang aktual bambu perlu dipertimbangkan. Studi ini memformulasikan persamaan-persamaan matematis untuk menghitung sifat penampang buluh bambu (termasuk luas, momen pertama penampang, centroid, dan momen inersia) yang disesuaikan dengan bentuk cincin lingkaran, elips, dan bulat telur. Ketebalan, diameter, sumbu mayor, dan sumbu minor empat jenis bambu yaitu bambu tali (Gigantochloa apus), bambu ampel (Bambusa vulgaris), bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinacea), dan bambu mayan (Gigantochloa robusta) diukur dan kemudian nilai-nilainya disubstitusikan ke dalam persamaan yang terbentuk untuk menghasilkan wilayah sifat-sifat penampang setiap spesies bambu.
MENGIDEALISASIKAN PENAMPANG LINTANG BULUH BAMBU MENJADI BENTUK GEOMETRI CONIC UNTUK MENGHITUNG SIFAT PENAMPANGNYA Effendi Tri Bahtiar; Asep Denih; Lina Karlinasari; Gustian Rama Putra; Naresworo Nugroho; Sulistyono Sulistyono
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 40, No 3 (2022): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2022.40.3.165-188

Abstract

Seorang desainer perlu menyederhanakan variasi bentuk penampang bambu mengikuti geometri ideal yang paling mendekati bentuk aktualnya agar analisis struktur konstruksi bambu dapat dilakukan. Geometri penampang buluh bambu bervariasi dan menyerupai cincin conic seperti lingkaran, elips, atau bulat telur. Bentuk penampang conic yang paling pas yaitu yang paling menyerupai bentuk penampang aktual bambu perlu dipertimbangkan. Studi ini memformulasikan persamaan-persamaan matematis untuk menghitung sifat penampang buluh bambu (termasuk luas, momen pertama penampang, centroid, dan momen inersia) yang disesuaikan dengan bentuk cincin lingkaran, elips, dan bulat telur. Ketebalan, diameter, sumbu mayor, dan sumbu minor empat jenis bambu yaitu bambu tali (Gigantochloa apus), bambu ampel (Bambusa vulgaris), bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinacea), dan bambu mayan (Gigantochloa robusta) diukur dan kemudian nilai-nilainya disubstitusikan ke dalam persamaan yang terbentuk untuk menghasilkan wilayah sifat-sifat penampang setiap spesies bambu.
Method to Estimate Mechanical Properties of Glulam on Flexure Testing Based on Its Laminae Characteristics and Position Effendi Tri Bahtiar; Naresworo Nugroho; Muh Yusram Massijaya; Han Roliandi; Rentry Augusti; Adi Satriawan
Indonesian Journal of Physics Vol 22 No 2 (2011): Vol. 22 No. 2, April 2011
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.864 KB) | DOI: 10.5614/itb.ijp.2011.22.2.4

Abstract

Glulam strength is affected by its laminae characteristics and position. Modulus of Elasticity and Modulus of Rupture of layer system (including glulam) is usually estimated by Transformed cross section (TCS) method recently. But, TCS does not follow the principal due to its contrary assumption related with the reduction of material’s plane area for laminae with lower E value and the extension of its plane area for laminae with higher E value. In fact the material properties are independent from its shape and size. Therefore, new calculation method is required. As the relevance, this paper discusses the formulation of a new method to determine the E and SR for glulam based on its laminae properties and position. E and SR calculated by TCS and new method give identical values. The new method confirms the independence of E and SR which could not be fulfilled by TCS. According to this fact, TCS could be replaced by new method. The theoretical E value was higher than its coresponding empirical value, but it has high correlation (R2=68.53%). On the contrary, the theoretical SR value was not significantly different from its coresponding empirical values, but they have poor correlation (R2=27.93%). This condition happened because of finger joint effect on the compression and tension side of the sample. Incorporating the finger joint effect into regression analysis, the equation provides very good prediction. The coefficients of determination were 99.58% and 97.19%, for E and SR respectively.