Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

IMPLEMENTASI TEKNIK SABETAN MELALUI KINECT (STUDI KASUS PENGENALAN GERAK WAYANG KULIT TOKOH PANDAWA) Toto Haryadi; Irfansyah Irfansyah; Imam Santosa
Techno.Com Vol 12, No 1 (2013): Februari 2013 (Hal. 1-72)
Publisher : LPPM Universitas Dian Nuswantoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1101.953 KB) | DOI: 10.33633/tc.v12i1.786

Abstract

Perkembangan hiburan barat yang datang ke Indonesia menjauhkan generasi muda dari seni tradisional, salah satunya adalah wayang kulit. Generasi muda lebih menyukai hiburan berupa konser musik, film dan game, yang didukung oleh teknologi yang canggih. Wayang kulit dapat menjadi makin terpinggirkan, maka usaha harus dibuat untuk mendekatkan generasi muda pada wayang kulit, yang dapat dilakukan dengan wayang kulit digital. Perancangan aplikasi “Dalang Virtual” yang terdiri dari variasi gerakan dari Pandawa yang disebut teknik pergerakan wayangadalah satu dari bentuk wayang digital yang menggabungkan seni tradisional dengan teknologi motion capture (sensor kinect) melalui penelitian dan eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk pengumpulan data, analisa data dan perancangan aplikasi berbasis metode desain multimedia (MDLC) dan teori interaksi desain. Data dikumpulkan menggunakan metode deskriptif kualitatif, wawancara, observasi, dokumentasi dan studi literatur. Data tentang Pandawa seperti visualisasi fisik dan atribut, karakter, bagaimana memainkan karakter dan contoh teknik menggerakkan wayang dianalisa dan diolah untuk digunakan sebagai referensi dalam merancang aset pada aplikasi, dengan mengadaptasi konsep wayang kulit dalam bentuk tradisional. Penelitian ini menghasilkan prototipe dari aplikasi interaktif “Dalang Virtual” yang mengimplementasikan variasi teknik gerakan wayang Pandawa yang umum digunakan dalam pertunjukan wayang. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memaksimalkan performa dari aplikasi ini dan juga meningkatkan kompatibilitas sensor kinect dalam implementasi teknik gerakan wayang Pandawa. Keywords : gerakan wayang, pandawa, dalang, kinect, aplikasi interaktif
Analisis Tatar Perilaku sebagai Langkah Awal untuk Membangun Desain Interior Sarana Pendidikan Anak Autis Kharista Astrini Sakya; Imam Santosa; Andar Bagus Sriwarno; Indun Lestari
Tesa Arsitektur Vol 18, No 1: Juni 2020
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v18i1.1770

Abstract

Empowering interior design to lead to better development can be done from small things such as paying attention to the means of education for autistic children. Interior designers can play a role in building educational facilities in accordance with the behavior of children with autism. Autistic behavior can be caused by not being able to process information properly from the stimuli of the physical environment (space) around it. The purpose of this study is to analyze the behavior of children with autism as a first step if they want to build an interior design for children with autism education in accordance with the behavior, so it is expected that if they know the behavior in the room, then the interior designer can design the educational facilities according to their needs and will maximum. The limitation of this study is only to analyze the behavior of autistic children in the therapy room according to the researcher's perspective as an interior designer. The method used is observation of children's behavior in the room during the therapy process, using video recorders. Analysis was carried out by anova statistical test. The results showed that there were differences in the number of children's behavior in the room when with the therapist and when alone. Before the therapy process takes place, the child will carry out the adaptation phase, showing curiosity whether the space / object makes the child comfortable / uncomfortable. In addition, children have the same behavior that is easily distracted with interior elements.
DESIGN AND MULTIMEDIA LEARNING PRINCIPLES ON MOOC INDONESIAX Andreas Rio Adriyanto; Imam Santosa; Achmad Syarief; Irfansyah Irfansyah
Jurnal Cakrawala Pendidikan Vol 40, No 1 (2021): Cakrawala Pendidikan (February 2021)
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/cp.v40i1.34699

Abstract

The “Kampus Merdeka” or “Freedom Campus” policy from the Indonesian Ministry of Education gives students the freedom to participate in learning activities outside their study program. Learning resources can be obtained from online-based learning. One online learning resource is MOOC (Massive Online Open Course), which has gained massive participation. Good quality learning materials can help students construct their knowledge. Indonesian MOOC providers have developed their learning materials, but they are still not optimal in quality. This study aims to analyze the implementation of design and multimedia principles on Indonesian MOOC’s learning materials. The research used a quantitative strategy with the data collection method of visual observation of the IndonesiaX materials compared to those of edX, Udemy, and Coursera materials. Data analysis was based on the visual analysis of 9 design principles and 12 multimedia learning principles. In this research, the findings reveal that the design consistency and icon representation principles are yet to have an optimal grade. The same conditions are also found in implementing the multimedia principles of coherence, redundancy, and modality. The findings in this study are expected to be a consideration for MOOC providers in designing better online learning materials.
KAJIAN INKULTURASI PADA INTERIOR KARYA ARSITEKTUR MILIK HENRY MACLAINE PONT TAHUN 1918-1936 DI INDONESIA Friska Amalia; Imam Santosa; Gregorius Prasetya Adhitama
Jurnal Sosioteknologi Vol. 18 No. 1 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2019.18.1.5

Abstract

Bangunan arsitektur kolonial di Indonesia pada dasarnya merupakan bangunan arsitektur nasional Belanda yang mengalami adaptasi iklim tropis Indonesia. Para arsitek Belanda yang membuat karyanya di Indonesia bereksplorasi menciptakan karya dengan langgam arsitektur yang beragam pada masa kolonial. Salah satu arsitek Belanda keturunan Indonesia yang diindikasi berhasil memadukan unsur lokal terhadap karya arsitekturnya di Indonesia pada masa penjajahan pemerintah kolonial Belanda adalah Henry Maclaine Pont. Pont diindikasi melakukan pendekatan inkulturasi pada proses perancangan karya arsitekturnya. Didasari dengan ketertarikan Pont terhadap arsitektur tradisional Indonesia di Pulau Jawa serta keinginan Pont dalam mewujudkan politik etis di bidang arsitektur membuat karyanya menjadi mahakarya yang indah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karya-karya Pont yang diindikasi memakai pendekatan inkulturasi pada proses perancangannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis dan studi kasus serta kajiannya berupa etnografi visual dalam studi kasus pada karya yang merepresentasikan proses inkulturasi dalam karya Pont yakni Aula Barat Institut Teknologi Bandung dan Gereja Katolik Puhsarang Kediri. Selanjutnya, dilakukan juga identifikasi lebih rinci untuk mengetahui mengapa kedua mahakarya Pont disebut-sebut menggunakan pendekatan inkultrasi. Hal tersebut dilakukan untuk membuktikan asumsi bahwa karya hasil inkulturasi Henri Maclaine Pont membuat temuan baru terhadap langgam arsitektur di Indonesia pada masa kolonial. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa karya arsitektur Henry Maclaine Pont sangat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar dan budaya lokal seperti yang terdapat pada penjelasan inkulturasi berupa juxtapose, superimposing, dan interlocked.  Bangunan arsitektur kolonial di Indonesia pada dasarnya merupakan bangunan arsitektur nasional Belanda yang mengalami adaptasi iklim tropis Indonesia. Para arsitek Belanda yang membuat karyanya di Indonesia bereksplorasi menciptakan karya dengan langgam arsitektur yang beragam pada masa kolonial. Salah satu arsitek Belanda keturunan Indonesia yang diindikasi berhasil memadukan unsur lokal terhadap karya arsitekturnya di Indonesia pada masa penjajahan pemerintah kolonial Belanda adalah Henry Maclaine Pont. Pont diindikasi melakukan pendekatan inkulturasi pada proses perancangan karya arsitekturnya. Didasari dengan ketertarikan Pont terhadap arsitektur tradisional Indonesia di Pulau Jawa serta keinginan Pont dalam mewujudkan politik etis di bidang arsitektur membuat karyanya menjadi mahakarya yang indah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karya-karya Pont yang diindikasi memakai pendekatan inkulturasi pada proses perancangannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis dan studi kasus serta kajiannya berupa etnografi visual dalam studi kasus pada karya yang merepresentasikan proses inkulturasi dalam karya Pont yakni Aula Barat Institut Teknologi Bandung dan Gereja Katolik Puhsarang Kediri. Selanjutnya, dilakukan juga identifikasi lebih rinci untuk mengetahui mengapa kedua mahakarya Pont disebut-sebut menggunakan pendekatan inkultrasi. Hal tersebut dilakukan untuk membuktikan asumsi bahwa karya hasil inkulturasi Henri Maclaine Pont membuat temuan baru terhadap langgam arsitektur di Indonesia pada masa kolonial. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa karya arsitektur Henry Maclaine Pont sangat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar dan budaya lokal seperti yang terdapat pada penjelasan inkulturasi berupa juxtapose, superimposing, dan interlocked.
KAJIAN PENERAPAN DESAIN UNIVERSAL PADA RUANG KULIAH BAGI DISABILITAS PENDENGARAN DI PERGURUAN TINGGI (Studi kasus : Ruang Kuliah Gedung CADL di ITB) Rachmita Maun Harahap; Imam Santosa; Deddy Wahjudi; Widjaja Martokusumo
Narada : Jurnal Desain dan Seni Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/narada.2019.v6.i1.001

Abstract

Hambatan arsitektural bagi  disabilitas  pendengaran terhadap desain universal yang diaplikasikan  dalam kebutuhan jauh lebih jelas dan biasanya melibatkan informasi. Padahal disabilitas  pendengaran memiliki kebutuhan ruang yang bersifat lebih spesifik. Penelitian bertujuan berusaha untuk memperbaiki konsep desain asli dengan membuat perguruan tinggi  lebih universal dan mengintegrasikan penerapan desain universal dengan  desain  Deaf Space di ruang kuliah. Ruang kuliah berfungsi sebagai tempat kegiatan belajar mengajar bagi  mahasiswa disabilitas  pendengaran dan strategi untuk mengatasinya. Studi kasus di ruang kuliah gedung CADL di ITB, kemudian dilakukan eksperimen  simulasi ruang kuliah bagi  responden  mahasiswa aktif/alumni/drop out  disabilitas pendengaran dan informan kunci yang memahami regulasi desain universal. Guna memecahkan masalah tersebut, mendesain sebuah konsepsi desain Deaf Space kemudian dijelaskan penerapan konsep desain universal yang terkait aspek elemen interior.  Metode penelitian adalah kualitatif deskriptif dan metode survei dengan teknik wawancara untuk mendapatkan data kebutuhan dari subjek penelitian. Penelitian juga bersifat evaluatif, yaitu menganalisis aspek elemen interior, yaitu area sirkulasi, tata letak furnitur, pencahayaan, warna dan akustik. Hasil penelitian menunjukkan aspe elemen interior tersebut di ruang kuliah belum memenuhi standar desain universal dan desain Deaf Space
Andreas Rio Adriyanto MEMAHAMI PERILAKU GENERASI Z SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN DARING Andreas Rio Adriyanto; Imam Santosa; Achmad Syarief
PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT Vol 2 (2019): Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4
Publisher : LP2MP3M, INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/semhas.v2i0.116

Abstract

Virtualization in learning provides a barrier between students and lectures. The existence of a digital partitioncreating a boundary that gives freedom of students to collect data and information. Previous studies haveshown the low engagement on students in completing online learning courses. Although there are still weaknesses,the implementation of online learning is a necessity. Students who will use this online learning aregeneration Z. They were born in the period of 1997-2012 when computer technology and the internet haddeveloped. They are more familiar with the concept of digital information technology before getting to know theconcept of school. This generation is also referred to as digital natives. This research uses literature studiesand surveys on digital generation in relation to their digital activities. The results of this study are expected tobe one source of understanding the behavior of Generation Z as the basis of developing online learningmaterials.
Candhik Ayu: canon of life philosophy for Mangkunegaran Princesses Dhian Lestari Hastuti; Imam Santosa; Achmad Syarief; Pribadi Widodo
Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 17, No 2 (2022)
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/dewaruci.v17i2.4579

Abstract

Place identity is related to the identity of its residents. This study reveals the concept of Pracimoyoso Hall at Dalem Keputren Pracimosono to find the colour concept that represents the canon of life philosophy for the Mangkunegaran princesses. This research applies the qualitative method, descriptive analysis, and a semiology approach by considering architecture as a sign system. The data were collected from document analysis, in-depth interviews, and field observations. Babad Tutur, Serat Jatimurti, and Serat Wedhatama were analyzed to find out the formation of women's characters as well as their roles and positions within Mangkunegaran Palace. The semiology approach is used to decode the meanings of the three books. Then the meanings are used to analyze the characters of the princesses through the semiological analysis of the physical forms of Pracimoyoso Hall to obtain the concepts. The results show that semiology can reveal the pink to the purple spectrum of candhik ayu as the canon of life philosophy for the Mangkunegaran princesses. This research contributes to providing new insights into the concept of colours as the canon of life philosophy by understanding the relationship between a place's identity and its residents' self-identity through the identification of the serat books and their implementation in architecture as a sign system
Review of Shape and Color on Poleng Motifs in Bali Arya Pageh Wibawa; Imam Santosa; Setiawan Sabana; Achmad Haldani Destiarmand
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 38 No 1 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v38i1.1983

Abstract

In the beginning, the poleng motif was a sacred motif by the Balinese people. The poleng motif has a meaning as a form of petition and protection to God Almighty in His form and manifestation as creator, preserver, and harmonizing to achieve a happy and prosperous life. Another meaning is as a form to neutralize and restore balance from dark forces to help achieve the perfection of life. In its application as a motif wrapped around sacred objects, the poleng motif has the meaning of a repellent to strengthen and as a place of worship of God in His manifestation as a guardian. In subsequent developments due to tourism with increasing local and foreign tourist visits, the poleng motif has functioned as a decoration. This shift certainly leads to a reinterpretation of the meaning of the poleng motif in Bali. This study aims to get a new meaning for the poleng motif in Bali. To get this new meaning, a qualitative methodology is used based on the theoretical basis of Panofsky's iconology which emphasizes the study of visual analysis. The study carried out resulted in new findings in the form of a new meaning for the poleng motif. Based on the analysis, it was found that there was a shift in meaning from sacred to profane with the new meaning of the poleng motif being cultural communication. The form of communication created is a self-image product that reflects Balinese cultural identity. Local cultural identity is used to introduce Balinese culture.
Pengenalan Media Pembelajaran Kreatif bagi Siswa Sekolah Dasar untuk Menunjang Pariwisata Lombok Utara Kukuh Rizki Satriaji; Imam Santosa; Achmad Syarief; Andriyanto Wibisono
TRI DHARMA MANDIRI: Diseminasi dan Hilirisasi Riset kepada Masyarakat (Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat) Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : JTRIDHARMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtridharma.2022.002.02.79

Abstract

Pendidikan dasar merupakan salah satu hal penting yang berperan besar dalam proses perkembangan karakter dan perilaku seseorang. Sekolah merupakan sebuah lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi kegiatan pembelajaran berbasis kreatif diharapkan memiliki fleksibilitas yang mampu mengakomodir perkembangan skenario pembelajaran di dalam kelas. Perbaikan di bidang pendidikan sesuai dengan tujuan Sustainable Development Goals yang telah dicanangkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa pada poin keempat, yaitu pendidikan yang berkualitas. Beragamnya kondisi fisik bangunan dan lingkungan alam sekitar sekolah di Indonesia dapat dijadikan potensi yang bermanfaat untuk menunjang pariwisata setempat. Salah satunya adalah Pulau Lombok yang sudah dikenal sebagai kawasan ekowisata dengan kondisi alamnya yang sangat kaya mulai dari gunung, hutan, hingga pantai. Salah satu Sekolah Dasar di Lombok yang berlokasi di dekat kawasan wisata adalah SD Filial Semokan Ruak, Bayan Utara, Lombok yang berdekatan dengan Kawasan Gunung Rinjani. Hal ini yang menjadi latar belakang pentingnya konteks pariwisata dikenalkan kepada siswa sejak dini melalui aktivitas-aktivitas kreatif yang mengacu pada dimensi Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Dasar. Tujuan dari kegiatan ini adalah mencari bentuk pembelajaran yang dapat mengenalkan materi dalam konteks pariwisata sehingga dapat digunakan oleh para guru dan siswa. Kegiatan dilaksanakan dengan metode pendekatan partisipatif melalui lokakarya dan diskusi bersama dengan para siswa SD dan guru di mana para siswa diajak untuk melakukan kegiatan seperti menggambar, bercerita sambil mengikuti gerakan, serta mengenal potensi alam di sekitar sekolah mereka yang dapat menunjang pengetahuan yang berkaitan dengan pariwisata di Lombok Utara. Hasil utama dari kegiatan ini berupa media aktivitas pembelajaran kreatif.
Potensi Video Sebagai Media Edukasi Batik Keraton Yogyakarta Novan Edo Pratama; Alvanov Zpalanzani; Imam Santosa
AKSA: Jurnal Desain Komunikasi Visual Vol. 4 No. 1 (2020): AKSA: Jurnal Desain Komunikasi Visual
Publisher : LP2M Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Visi Indonesia (STSRD VISI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37505/aksa.v4i1.42

Abstract

Yogyakarta Palace which is a source of culture in Yogyakarta iscurrently a cultural education tourism destination. By making thePalace as a source of cultural civilization, which is expected theculture will not eroded by the time just like the use of batik in thepalace. But, the reality that influences the rules and regulations forthe use of batik in the palace is not well understood by the people inYogyakarta at this time. For this reason, an educational video isneeded to preserve the batik campaign in the Yogyakarta Palace.One of the media that promotes effectively in the Batik Keratonsocial campaign is video. Because of its nature, one type of videowhich is a learning video is a type of video that presents visuallistening teaching material that can be used to preparemessages/subject matter such as culture Yogyakarta Batik Keraton.