Claim Missing Document
Check
Articles

Analisis Laboratorium Timbunan Tanah pada Pembangunan Jalan Alternatif Kadungora – Leles Km. 0+700 s/d 3+500 Kec. Kadungora (LPA dan LAPEN) Helfina Rahmalina; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 1 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-1.905

Abstract

Pembangunan jalan alternatif di Kabupaten Garut dapat meningkatkan potensi parawisata juga menunjang dalam sektor perhubungan untuk kesinambungan distribusi barang, orang dan jasa, selain itu dapat menguraikan kemacetan. Proses pengerjaan jalan alternatif pada Km. 3+275 s/d 3+350 terdapat pekerjaan timbunan tanah sehingga adanya pengendalian mutu dari hasil pengujian tanah. Hasil penelitian pada sample tanah timbunan memenuhi klasifikasi timbunan dengan memiliki low plasticity, berdasarkan indeks plastis merupakan tanah lanau berplastisitas rendah dengan sifat tanah agak kohesif dan potensi mengembang rendah, dari hasil pemadatan bahwa perkiraan kinerja timbunan “buruk sampai baik” serta batas cair kepadatan yang diijinkan dilapangan 8,2% sampai 21%, deskripsi tanah visual lanau dan lempung berpasir, berdasarkan CBR merupakan pasir campuran, pada klasifikasi tanah berdasarkan AASHTO merupaan kelompok A-2-4 dengan tingkat kegunaan sebagai subgrade “cukup baik hingga buruk” dan klasifikasi berdasarkan USDA untuk tekstur tanah pada tanah timbunan merupakan pasir bertanah liat yang mengandung clay 4,83 %, silt 13,5 %, gravel 0 % dengan gradasi baik dan sehingga dapat menggantikan tanah asli yang tidak memenuhi spesifikasi karena tanah asli pada lokasi merupakan tanah organis dengan kategori high plasticity, lempung murni yang berplastisitas tinggi dengan sifat tanah kohesif, potensi mengembang tinggi dan derajat mengembang kritis, dan kinerja timbunan “tidak memuaskan” dimana akan membahayakan bila dignakan sebagai material tanah timbunan dengan deskripsi tanah visual lanau dan lempung elastis, berdasarkan nilai CBR merupakan material lempung, pada hasil pengujian timbunan bahwa CBR dan pemadatan efesien untuk lapisan subgrade serta memenuhi pengujian kepadatan dilapangan.
Analisis Kestabilan Lereng Bendungan Akibat Fluktuasi Muka Air Rifan Rahayu; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 2 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-2.916

Abstract

Bendungan Cipanas merupakan bendungan type urugan kombinasi antara tanah dan batuan dengan cara menimbun sejumlah material seperti batuan, kerikil, pasir maupun tanah kedap air yang dibangun dengan kemiringan berdasarkan ketinggian tertentu, sehingga dapat menahan dan menaikan elevasi muai air di sebelah hulu (upstream). Bendungan type urugan ini (embankment) sangat mudah mengalami keruntuhan (collaps) yang disebabkan oleh akibat tekanan air di lereng udik, air pori, dan’beban gempa yang didapat maupun dari struktur bendungan sendiri, sehingga perlu diukur dengan menggunakan suatu standar yaitu Angka Keamanan. Nilai angka keamanan merupakan perbandingan gaya yang ditahan’dengan gaya yang mendorong longsoran, serta mengetahui kondisi maupun daerah yang paling kritis dan riskan terhadap keruntuhan dengan cara perhitungan manual. Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan metode Bishop dimana metode ini paling banyak dipakai dalam perhitungan manual dan mendapatkan nilai faktor aman yang mendekati hasil perhitungan dengan pendekatan berdasarkan pengamatan dilapangan. Hasil dari analisis perhitungan di dapat bahwa dari kondisi masa konstruksi sebesar 2,13 disebelah hulu dan 1,88 disebelah hilir dengan angka keamanan ijin 1,50. Kondisi muka air maksimum diperoleh sebesar 2,13 disebelah hulu dan 1,88 disebelah hilir dengan angka keamanan ijin 1,30 dan kondisi surut cepat nilai diperoleh sebesar 2,11 disebelah hulu dan 1,88 disebelah hilir dengan angka keamanan ijin 1,30. Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga kondisi lereng, nilai factor keamanan yang stabil dan aman terhadap bahaya longsoran. Sedangkan potensi longsoran yang akan terjadi akan mengalami longsoran dengan tipe translasi dikarenakan perbedaan kuat geser dan perbedaan lapisan pada susunan timbunan pada bendungan utama.
Analisis Operasional Bendung Copong di Kabupaten Garut Silvi Aprilia; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 2 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-2.918

Abstract

Bendung merupakan bangunan utama yang berfungsi untuk meninggikan elevasi muka air sungai dan membagi serta memberikan air agar dapat mengalir ke saluran pembawa dengan alternatif tertentu. Maka perlu diketahui berapa tinggi bukaan pintu bendung agar keseimbangan lingkungan dan kebutuhan daerah di hilir bendung tetap terjaga dari debit yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis operasional Bendung Copong, menganalisis bukaan pintu air. Pada bulan Juni sampai Agustus kebutuhan air rata-rata adalah 1,4 lt/det/ha dengan luas areal 5.313 ha maka debit yang harus dialirkan ke saluran adalah 7,438 m³/det. Debit yang terjadi untuk beda elevasi antara muka air dengan elevasi pintu pengambilan adalah 0,92 m adalah 13,94 m³/det. Sehingga sisa debit yang dialirkan ke hilir bendung sebesar 6,503 m³/det. Pada bulan November dengan tinggi muka air + 688,25 berada 0,5 m di atas mercu dengan debit sebesar dari penelitian ini, untuk bukaan pintu bendung dioperasionalkan dengan mengangkat ketiga pintu setinggi 11 cm untuk mengalirkan ke bagian hilir.
Analisis Perbandingan Kapasitas Kuat Dukung Pondasi Bore Pile Berdasarkan Hasil Pengujian SPT dan CPT Selly Suci Abadi; Roestaman Roestaman; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 2 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-2.920

Abstract

Dalam suatu proyek kontruksi pondasi memiliki peranan yang sangat penting, ini dikarenakan pondasi adalah elemen pertama yang harus didirikan sebelum elemen lain terbentuk. Selain itu juga beban-beban bangunan yang ada diatasnya akan dipikul untuk selanjutnya diteruskan ke dasar tanah. Dalam pelaksanaanya perencana harus menghitung kapasitas kuat dukung tiang terlebih dahulu, supaya dapat menghasilkan bangunan yang kuat dan kokoh. Pada pelaksanaan proyek IPAL PT. United Tractors menggunakan jenis pondasi Bore Pile. Penulisan skripsi ini bermaksud untuk menghitung dan membandingkan kapasitas kuat dukung pondasi Bore Pile berdasarkan data SPT dan CPT. Metode perhitungan data SPT menggunakan metode Reese & O’Neil (1989), Reese & Wright (1977) dan Skempton dan data CPT menggunakan metode Bagemann dan deRuiter & Beringen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode yang bersifat analisis kuantitatif. Data-data tersebut meliputi data uji tanah sondir, data SPT pada proyek IPAL PT. United Tractors, setelah data sekunder terkumpul maka akan dilakukan analisa perhitungan kapasitas kuat dukung pondasi Bore Pile (Qu) dengan cara statis dari hasil uji sondir dan SPT dengan berbagai metode dan berbagai ukuran diameter tiang sampai mendapat hasil. Hasil yang diperoleh dari analisa ini yaitu pada hasil perhitungan dari data CPT dengan diameter tiang 60 cm, perhitungan menggunakan metode Bagemann Qu = 738,77 kN lebih optimis dibandingkan dengan menggunakan metode deRuiter dan Beringen Qu = 587,9 kN. Sedangkan hasil perhitungan dari data SPT dengan menggunakan diameter tiang 60 cm metode Reese & Wright (1977) Qu = 1044,6 kN lebih optimis dibandingkan dengan menggunakan metode Reese & O’Neil (1989) Qu =749,98 kN dan Skempton Qu = 610,04 kN. Dari dua data tersebut perhitungan dengan menggunakan data SPT lebih baik dan juga lebih optimis dibandingkan dengan data CPT.
Analisis Sumur Resapan untuk Mencegah Banjir dan Limpasan di Wilayah Tarogong Kidul Firmansyah Firmansyah; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 20 No 1 (2022): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33364/konstruksi/v.20-1.925

Abstract

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan kemajuan peningkatan insfrastuktur serta pembangunan-pembangunan yang terus terjadi. Hal ini mengakibatkan indonesia khususnya Kabupaten Garut sangat rawan terjadi banjir serta kelebihan limpasan air hujan dikarenakan lahan resapan air yang sudah berkurang akibat pembangunan yang terus menerus dilakukan. Oleh karena itu diperlukan suatu rekayasa untuk mencegah banjir tersebut salah satunya yaitu membuat sumur resapan atau yang sering disebut dengan drainase vertikal. Lokasi penelitian ini diambil pada wilayah sekitar Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. Dengan mengambil curah hujan dari 3 pos hujan yaitu stasiun hujan Kecamatan Tarogong Kidul, Kecamatan Garut Kota serta Kecamatan Samarang. Sedangkan untuk perencanaan sumur resapan ini mengacu pada SNI 8456 : 2017 dan SNI 03 -2453-2002. Perencanan sumur resapan ini memiliki beberapa tahap antara lain seperti menghitung curah hujan menggunakan Metode (Mononobe, Perhitungan Infiltrasi, Analisis Curah Hujan Efektif, Analisis Andil Banjir serta Menentukan Kebutuhan Sumur Resapan yang digunakan pada wilayah Kecamatan Tarogong Kidul tersebut dengan ukuran dimensi sumur resapan yang diperhitungkan. Penggunaan Sumur Resapan ini dapat mecegah terjadinya banjir atau limpasan air yang berlebih dan bisa diterapkan untuk 6 sampai 9 tahun yang akan datang). Dengan debit andil banjir sebesar 251472 m3/jam dan luas dingding sumur 9,42m2, luas alas sumur 0,785m2.
Analisis Daya Dukung dan Penurunan Pondasi Bored Pile Menggunakan Nilai Standard Penetration Test (SPT) pada Proyek Pembangunan Kereta Cepat Indonesia China Muchammad Ramdhany; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 1 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-1.929

Abstract

Pondasi tiang bor merupakan bagian dari struktur yang memberikan beban ke tanah dan batuan di bawahnya. Energi dukung beban yang diijinkan pondasi harus lebih besar dari beban yang bekerja pada pondasi, baik statis maupun dinamis, susut yang diakibatkan oleh beban tidak boleh melewati susut yang ditetapkan. Hasil dan tinjauan penelitian adalah perhitungan energi dukung pondasi tiang bor dengan metode Mayerhoff diameter 100 cm sebesar 25257,54 kN, dan diameter 120 cm sebesar 34439 kN sedangkan dengan metode Reese & Wright pondasi diameter 100 cm sebesar 16329,12 kN, dan diameter 120 cm sebesar 19876,32 kN, dan yang terakhir dengan menggunakan metode O’Neil dan Reese pondasi diameter 100 cm sebesar 18025,03 kN, dan diameter 120 cm sebesar 22318,3kN. Dari hasil pembahasan tiga metode daya dukung tersebut didapatkan nilai Qu optimis dari metode mayerhoff. Sedangkan untuk pembahasan penurunan pondasi bored pile metode Vesic diameter 100 cm sebesar 59,21 < 100 mm, dan diameter 120 cm sebesar 97,5 120 mm. Setelah perhitungan penurunan tersebut selesai dinyatakan bahwa penurunan pondasi bored pile yang terjadi di kedua diameter bored pile 100 cm dan 120 cm pada titik aman.
Efisiensi Cara Kerja Bendung Copong Kabupaten Garut Ryan Rusdiana; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 1 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-1.939

Abstract

Cara kerja suatu bendung merupakan salahsatu rangkaian atau proses untuk menjadikan sistem bendung dapat berjalan dengan fungsinya dan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di Bedung Copong. Air dari Bendung Copong ini digunakan untuk mengairi lahan pertanian daerah Leuwigoong seluas kurang-lebih 5313 ha dengan luas daerah aliran sungai (DAS) 516 km2. Untuk mengingat fungsi yang vital dari satu kesatuan bangunan Bendung mulai dari Pintu Air Banjir (Floodway Gate) bangunan ini memiliki 3 jumlah pintu yang masing-masing lebar 12,5 m dan tingginya 3,5 m fungsi dari pintu air banjir tersebut adalah untuk membendung aliran sungai Cimanuk. Pintu Pembilas / Penguras (Scouring Gate) pada bangunan ini terdapat satu unit pintu yang mempunyai lebar 5 m dan tinggi 8 m (termasuk pintu atas dan pintu bawah) pintu air pembilas terdiri dari dua bagian daun pintu, daun pintu bagian atas digunakan untuk mengatur tinggi permukaan air dan membuang sampah yang hanyut dan pintu bagian bawah digunakan untuk membuang endapan yang terjadi pada saluran pembilas. Pintu Pemasok / Pengambil (Intake Gate) untuk bangunan ini memliki 3 jumlah pintu yang masing-masing lebar 3 m dan tinggi 1,3 m pintu air pemasok terdiri dari tiga set pintu yang digunakan untuk daerah irigasi Leuwigoong. Kantong Lumpur bangunan ini memiliki 3 saluran yang masing-masing salurannya dengan lebar 10 m panjang 118 m bangunan ini berfungsi untuk menggerakan angkutan sedimen dasar dan layang terutama fraksi pasir dan yang lebih besar. Bangunan Pelengkap pada Bendung Copong ini berfungsi untuk keperluan bendung serta bangunan-bangunan diatas supaya pengoperasian Bendung Copong berjalan dengan maksimal.
Analisis Pengaruh Adanya Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Terhadap Kebutuhan Irigasi Jatiwangi Kabupaten Garut Suhendi; Sulwan Permana; Adi Susetyaningsih
Jurnal Konstruksi Vol 17 No 2 (2019): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1299.221 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.17-2.611

Abstract

Abstrak - Air merupakan sumber daya alam yang sangat berpengaruh bagi berlangsungnya kehidupan mahluk hidup. Salah-satu pemanfaatan air adalah sebagai sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Dengan adanya bangunan PLTMH, akan mempengaruhi ketersediaan debit air di sungai Cikandang bagi kebutuhan lahan pertanian. wilayah lahan pertanian yang terpengaruhi PLTMH berada diantara pintu pengambilan air sampai Power house. Hal ini perlu adanya imbangan neraca air antara ketersediaan debit air sungai Cikandang, kebutuhan debit air PLTMH dan kebutuhan debit air lahan pertanian. Dalam penelitian menganalisis imbangan neraca air antara ketersediaan dan kebutuhan, digunakan data curah hujan dari 2 stasion yaitu stasion Cirompang dan Pamegatan serta data klimatologi Garut dari stasion Legok Pulus. Dengan metode Mock untuk pengolahan data yang menghasilkan data debit andalan ketersediaan dan perhitungan kebutuhan debit irigasi dengan mengambil skema pola tanam sebagai acuan kebutuhan debit air. Dari hasil analisis didapat debit andalan setengah bulanan sungai Cikandang dengan rata-rata sebesar 25,86 m³/det, Kebutuhan debit air terkecil untuk lahan pertanian adalah 0,051 m³/det dan terbesar adalah 1,616 m³/det, dengan kebutuhan PLTMH sebesar 16 m³/det. Disimpulkan bahwa dengan adanya PLTMH, kebutuhan air bagi lahan pertanian tidak terpenuhi. Perlu adanya peninjauan kembali dalam pengelolaan air bagi kebutuhan PLTMH Cikandang 1.
Analisis Potensi Air Tanah di Desa Karang Layung Kecamatan Karangjaya Kabupaten Tasikmalaya Untuk Kebutuhan Air Baku Junaedi Ramdani; Sulwan Permana; Adi Susetyaningsih
Jurnal Konstruksi Vol 17 No 1 (2019): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1056.116 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.17-1.662

Abstract

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah yang mempunyai rongga kejenuhan tanah. Akuifer ialah batuan yang mempunyai muka air tanah dalam tanah. Air merupakan bagian dari sumber daya alam yang digunakan oleh manusia. Kualitas yang baik menjadi salah satu faktor tingginya minat manusia menjadikan air tanah sebagai salah satu sumber air bersih. Penelitian potensi air tanah di Desa Karang Layung haruslah dilakukan supaya aktifitas dan kebutuhan hidup masyarakat di daerah tersebut bisa terpenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan air tanah dengan metode yang digunakan ialah metode geolistrik konfigurasi schlumberger. Pengukuran dilakukan dengan alat resistivity meter merk NANIURA. pengukuran untuk masing-masing konfigurasi bergantung pada variasi resistivitas terhadap kedalaman yaitu pada arah vertikal (sounding) atau arah lateral (mapping), sehingga dalam analisa hidrogeologi dalam kegiatan ini untuk mendapatkan eksploitasi debit air tanah/ akuifer maksimal untuk pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan air baku. Adapun batuan yang berpostensi sebagai pembawa air tanah adalah batu pasir dan breksi yang berada di pengukuran titik 14 terdapat batuan pembawa air dengan ketebalan 19.1 meter di kedalaman 14.5-33.6 meter. Debit yang dihasilkan dari pengeboran sebesar 1 liter/detik. Kebutuhan air bersih dengan proyeksi jumlah penduduk 10 tahun yang akan datang sebesar 4411 jiwa di tahun 2028 sebesar 3.036 ltr/detik. Dilihat dari ketersediaan air yang ada dengan kebutuhan hanya mencukupi kebutuhan sebesar 30.2 %.
Analisis dan Potensi Daerah Aliran Sungai Cirompang-Bojong Kabupaten Garut Sulwan Permana; Resti Kristina Apriliyani
Jurnal Konstruksi Vol 18 No 1 (2020): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (667.551 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.18-1.804

Abstract

Sungai ialah satu dari beberapa sumber daya air yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kepentingan, seperti halnya irigasi dan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTMH). Dengan demikian, tingkat kebutuhan air yang diperlukan tidaklah sedikit, sehingga hal tersebut dapat berpengaruh terhadap ketersediaan debit air di sungai Cirompang. Untuk itu, diperlukanlah analisis neraca air guna mendapatkan kesesuaian antara potensi air yang ada dengan pola penggunaan air. Data yang digunakan dalam analisis ini yaitu data curah hujan dari stasiun Cirompang dan Cibatarua serta data klimatologi dari stasiun Pengamat Dirgantara Pamengpeuk-Garut, dengan periode 10 tahun mulai dari 2006 sampai dengan 2015. Untuk perhitungan debit digunakan metode Mock, sedangkan untuk perhitungan debit andalan digunakan metode kurva durasi debit dengan menggunakan perhitungan probabilitas Weibull. Adapun untuk analisis kebutuhan irigasi yaitu dengan memilih pola dan waktu tanam di wilayah studi. Dari hasil analisis didapatkan debit andalan terbesar yaitu pada bulan Januari sebesar 5,21 m3/det dan debit andalan terkecil yaitu pada bulan September sebesar 1,05 m3/det. Untuk nilai kebutuhan air maksimum irigasi yaitu diperoleh sebesar 1,54 lt/dt/ha (pengambilan pada tingkat primer). Dikarenakan debit yang melalui pintu pengambilan digunakan secara bersamaan, maka debit yang tersedia di sungai Cirompang tidak dapat memenuhi kebutuhan air untuk irigasi dan PLTMH secara keseluruhan untuk setiap bulannya.