Claim Missing Document
Check
Articles

Evaluasi Pondasi Bored Pile pada Proyek Kolam Ponds dengan Pile Driving Analyze Test Sulwan Permana; Anggi Gunawan
Jurnal Konstruksi Vol 18 No 2 (2020): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.216 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.18-2.805

Abstract

Dalam merencanakan suatu pondasi tiang, pertama perencana menghitung daya dukung pada pondasi yang menopang beban diatasnya. Pada pengujian pondasi proyek kolam Ponds PT. United Tractors PDA test dipilih untuk mengetahui kondisi pondasi tersebut. Penelitian ini bertujuan menganalisis daya dukung dan penurunan pondasi dibandingkan dengan result PDA serta menganalisis penyebab kerusakan pada tiang yang diuji. Metode penelitian yang digunakan adalah metode yang bersifat kualitatif lalu secara spesifik lebih diarahkan pada metode pendekatan studi kasus. Hasil dari penelitian ini yaitu perhitungan daya dukung pondasi tiang metode Schertmann & Nottingham Ø30 cm sebesar 39,62 ton, dan Ø40 cm sebesar 71,22 ton, sedangkan dengan metode Mayerhoff pondasi Ø30 cm sebesar 55,84 ton, dan Ø40 cm sebesar 92,49 ton. Hasil result PDA tiang bor titik 2 sebesar 89 ton, titik 10 sebesar 125 ton, titik 7 dan 8 tidak diketahui karena pondasi mengalami kerusakan, selisih daya dukung metode Schertmann & Nottingham dengan result PDA tiang bor titik 2 sebesar 19,97 %, dan tiang bor titik 10 sebesar 43 %, sedangkan metode Mayerhoff dengan result PDA titik 2 sebesar 19,97 %, dan tiang bor titik 10 sebesar -3,92 %, sehingga metode Mayerhoff disarankan untuk menganalisis pondasi tiang bored pile, hasil analisis penurunan pondasi tiang tunggal untuk pondasi Ø40 sebesar 0,055 m, sedangkan pondasi Ø30 sebesar 0,056 m, hasil penurunan pondasi PDA test untuk pondasi Ø40 masih dalam batas toleransi jika dibandingkan dengan hasil analisa 0,018 m ≤ 0,055 m (titik 2), dan 0,003 m ≤ 0,055 m (titik 10) sedangkan untuk pondasi titik 7 dan 8 tidak dapat dibandingkan karena data yang dibutuhkan tidak tersedia. Beberapa penyebab kerusakan tiang bor titik 7 dan 8 yaitu proses pekerjaan konstruksi, pengaruh air tanah, dan berat hammer, kemudian perbaikan untuk tiang bor yang rusak dengan cara metode chemical anchoor supaya tiang tidak mengalami deformasi.
Analisis Perbandingan Pengaruh Sedimentasi Terhadap Penyaluran Debit di Daerah Irigasi Cimanuk Kabupaten Garut Sulwan Permana; Husni Mubarok
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 1 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.552 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-1.877

Abstract

Daerah Irigasi Cimanuk adalah sebuah sistem irigasi yang terletak di daerah Bayongbong Kabupaten Garut Jawa Barat. Daerah irigasi Cimanuk mengaliri areal pertanian seluas 874 ha milik masyarakat Bayongbong dan sekitarnya. Sumber air utama yang diambil berasal dari sungai Cimanuk dengan menggunakan sistem ambang tetap melintang pada bagian sungai Cimanuk ini. Jaringan irigasi yang dibangun termasuk ke dalam jaringan irigasi semi teknis, dimana sistem jaringan dan pembuangan tidak sepenuhnya dibangun terpisah. Dalam upaya pengambilan air yang berasal dari sungai, maka bukan berarti tidak terdapat masalah atau hambatan yang berarti terhadap jaringan irigasi yang digunakan. Masalah yang sering timbul adalah terbawanya material dasar yang membuat semakin banyaknya pengendapan khususnya pada kantong lumpur dan akhirnya berpengaruh terhadap penyaluran debit. Maka dari itu pada penelitian kali ini dihitung secara metode empiris dengan menggunakan perbandingan 3 metode perhitungan dan juga sebagai perbandingan pada penelitian sebelumnya. Metode yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu persamaan Mayer Peter Muller, Frijilink, dan juga Shen and Hung. Dalam perhitungan dengan menggunakan ketiga metode tersebut titik tinjau yang dihitung adalah bagian kantong lumpur. Hasil dari perhitungan tersebut berupa kebutuhan air rata-rata per tahun yaitu sebesar 1,332 lt/dt/ha, hasil angkutan sedimen metode Mayer Peter Muller sebesar 335,94 m3/hari, Frijilink sebesar 401,76 m3/hari, dan Shend and Hung sebesar 2,4 m3/hari. Sedangkan dampak sedimentasi terhadap penyaluran debit diperoleh nilai Mayer Peter Muller sebesar 9,430%, Frijilink 11,292%, dan Shen and Hung sebesar 0,067%. Menunjukan bahwa penelitian sebelumnya dengan menggunakan metode Mayer Peter Muller pada tahun 2016, dan penelitian yang sama kali ini pada tahun 2021 menghasilkan perbedaan yang jauh drastis.
Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Air Bersih di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Hafizhuddin Rabbany; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 2 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (750.241 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-2.883

Abstract

Air bersih ialah salah satu kebutuhan mendasar dalam menunjang kehidupan manusia, seiring dengan bertumbuhnya jumlah penduduk di Kecamatan Samarang maka kebutuhan air bersih juga semakin meningkat, maka untk Dalam beberapa tahun ke depan, kecamatan Samarang membutuhkan lebih banyak air bersih. Dalam penelitian ini dilakukan analisis ketersedian air bersih di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. Analisis dilakukan di lingkungan Samarang yang berasal dari Mata air Cibitung. Selain itu, studi ini juga akan mengevaluasi jaringan Tranmisi dan distribusi air untuk mengetahui kpasitas jaringan air bersih yang ada. Saat menentukan ukuran pipa, peneliti menggunakan rumus Hazen-Williams yang diterapkan pada program computer epanet 2.0. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa volume air bersih yang dibutuhkan untuk Kecamatan Samarang dimana air bersih digunakan ialah 22,86 l/s, dan volume debit yang dapat digunakan ialah 50 l/s. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sumber Cibitung masih dapat memenuhi kebutuhan penduduk hingga tahun 2025. Tetapi untuk kapasitas reservoar diperlukan penambahan kapastas dikarenakan kapasitas reservoir saat ini tidak dapat memenuhi kapasitar reservoir di tahun 2025.
Analisis Limpasan Samping di Saluran Primer Daerah Irigasi Cimanuk Agum Gumilar; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 1 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.087 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-1.900

Abstract

Irigasi adalah bangunan buatan dengan tujuan untuk usaha menyediakan air, mengatur air, dan membuang air jika mengalami kelebihan air. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui debit irigasi yang dibutuhkan, debit yang tersedia di saluran irigasi, dan debit yang melimpas di Bendung Cimanuk (BCMK) 6a serta dimensi yang dibutuhkan disaluran bangunan pelimpah samping. Dalam penelitian ini data yang digunakan yaitu data curah hujan dari 3 stasiun penakar hujan yang ada di Kabupatn Garut diantaranya yaitu sta Bayongbong, sta Cisurupan dan sta Cikajang serta data Klimatologi dari stasiun Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Pamengpek – Garut, periode ulang 10 tahun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2017. Metode yang digunakan dalam perhitungan debit yaitu Metode Fj Mock, Perhitungan evapotranspirasi yaitu menggunakan metode Penman, perhitungan debit andalan menggunakan probabilitas Weibull, untuk perhitungan kebutuhan air irigasi dengan memilih pola tanam dan waktu sesuai daerah irigasi Cimanuk Bayongbong. Dapat nilai debit andalan terbesar yaitu 3,85 m³/dt dibulan Februari dan debit terkecil dibulan Juli 0,06 m³/dt. Pengambilan debit air dipintu pengambilan sebesar 2,83 lt/dt/ha dengan luas 874 ha, air yang tersedia disaluran irigasi primer sebesar 6600 lt/dt, air yang melimpas sebesar 183,31 lt/dt serta dimensi saluran yang dibutuhkan yaitu sebesar 1 m tinggi muka air dari bawah saluran, 1 m lebar dasar saluran dan tinggi jagaan 0,4 m yang berbentuk trapezium.
Analisis Debit Banjir dan Penelusuran Banjir di Bendungan Cipanas Kabupaten Sumedang Amalia Naufal Qais; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 1 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.409 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-1.901

Abstract

Pembangunan Bendungan Cipanas terletak di Desa Cibuluh, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang serta Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Bendungan Cipanas ialah upaya pengelolaan sumber energi air yang sudah direncanakan oleh BBWS Cimanuk- Cisanggarung dalam rencana pengembangan sumber energi air WS Cimanuk- Cisanggarung buat menanggulangi permasalahan banjir di Daerah Pantura. Dalam mengatasi permasalahan banjir di Wilayah Pantura dibutuhkan besarnya debit inflow dan debit outflow. Metode yang digunakan untuk mengetahui berapa besar debit inflow adalah metode HSS Nakayasu dan HSS Snyder sedangkan metode yang digunakan untuk mengetahui berapa besar debit outflow adalah metode Linear Reservoir dan Level Pool Routing. Data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu data sekunder yang didapat BBWS Cimanuk-Cisanggarung, PT. WIKA-JAKON, KSO dan PT. Raya Konsult.Penelitian ini berfokus pada debit banjir rencana untuk menghitung perencanaan dimensi pelimpah pada penelitian selanjutnya supaya debit banjir puncak tidak melimpas ke puncak Bendungan Cipanas dan penelusuran banjir rencana untuk mengetahui hubungan atas perubahan-perubahan yang terjadi baik pada debit inflow (m3/dt), volume genangan (m3/dt), dan debit outflow (m3/dt) dengan perubahan terhadap waktu. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan pada debit inflow menggunakan metode HSS Nakayasu pada Q1000 adalah 653.035 m3/dt dan metode HSS Snyder pada Q1000 adalah 583.106 m3/dt. Selain itu hasil dari perhitungan debit outflow dengan penelusuran banjir Q1000 metode Linear Reservoir pada HSS Nakayasu 287.99 m3/dt dan pada HSS Snyder 529.61 m3/dt. Sedangkan dengan metode Level Pool Routing pada HSS Nakayasu 38.47 m3/dt dan pada HSS Snyder mencapai 231.11 m3/dt. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa untuk perencanaan dimensi pelimpah dari debit puncak rencana maka digunakan kala ulang Q1000 tahun dengan metode dapat digunakan untuk perhitungan debit banjir di bendungan adalah HSS Snyder. Hasil tersebut menunjukan inflow lebih besar dari outflow maka pada bendungan tersebut terjadi genangan, besarnya tergantung durasi waktu yang diperhitungkan.
Analisis Laboratorium Timbunan Tanah pada Pembangunan Jalan Alternatif Kadungora – Leles Km. 0+700 s/d 3+500 Kec. Kadungora (LPA dan LAPEN) Helfina Rahmalina; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 1 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.043 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-1.905

Abstract

Pembangunan jalan alternatif di Kabupaten Garut dapat meningkatkan potensi parawisata juga menunjang dalam sektor perhubungan untuk kesinambungan distribusi barang, orang dan jasa, selain itu dapat menguraikan kemacetan. Proses pengerjaan jalan alternatif pada Km. 3+275 s/d 3+350 terdapat pekerjaan timbunan tanah sehingga adanya pengendalian mutu dari hasil pengujian tanah. Hasil penelitian pada sample tanah timbunan memenuhi klasifikasi timbunan dengan memiliki low plasticity, berdasarkan indeks plastis merupakan tanah lanau berplastisitas rendah dengan sifat tanah agak kohesif dan potensi mengembang rendah, dari hasil pemadatan bahwa perkiraan kinerja timbunan “buruk sampai baik” serta batas cair kepadatan yang diijinkan dilapangan 8,2% sampai 21%, deskripsi tanah visual lanau dan lempung berpasir, berdasarkan CBR merupakan pasir campuran, pada klasifikasi tanah berdasarkan AASHTO merupaan kelompok A-2-4 dengan tingkat kegunaan sebagai subgrade “cukup baik hingga buruk” dan klasifikasi berdasarkan USDA untuk tekstur tanah pada tanah timbunan merupakan pasir bertanah liat yang mengandung clay 4,83 %, silt 13,5 %, gravel 0 % dengan gradasi baik dan sehingga dapat menggantikan tanah asli yang tidak memenuhi spesifikasi karena tanah asli pada lokasi merupakan tanah organis dengan kategori high plasticity, lempung murni yang berplastisitas tinggi dengan sifat tanah kohesif, potensi mengembang tinggi dan derajat mengembang kritis, dan kinerja timbunan “tidak memuaskan” dimana akan membahayakan bila dignakan sebagai material tanah timbunan dengan deskripsi tanah visual lanau dan lempung elastis, berdasarkan nilai CBR merupakan material lempung, pada hasil pengujian timbunan bahwa CBR dan pemadatan efesien untuk lapisan subgrade serta memenuhi pengujian kepadatan dilapangan.
Analisis Kestabilan Lereng Bendungan Akibat Fluktuasi Muka Air Rifan Rahayu; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 2 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (692.402 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-2.916

Abstract

Bendungan Cipanas merupakan bendungan type urugan kombinasi antara tanah dan batuan dengan cara menimbun sejumlah material seperti batuan, kerikil, pasir maupun tanah kedap air yang dibangun dengan kemiringan berdasarkan ketinggian tertentu, sehingga dapat menahan dan menaikan elevasi muai air di sebelah hulu (upstream). Bendungan type urugan ini (embankment) sangat mudah mengalami keruntuhan (collaps) yang disebabkan oleh akibat tekanan air di lereng udik, air pori, dan’beban gempa yang didapat maupun dari struktur bendungan sendiri, sehingga perlu diukur dengan menggunakan suatu standar yaitu Angka Keamanan. Nilai angka keamanan merupakan perbandingan gaya yang ditahan’dengan gaya yang mendorong longsoran, serta mengetahui kondisi maupun daerah yang paling kritis dan riskan terhadap keruntuhan dengan cara perhitungan manual. Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan metode Bishop dimana metode ini paling banyak dipakai dalam perhitungan manual dan mendapatkan nilai faktor aman yang mendekati hasil perhitungan dengan pendekatan berdasarkan pengamatan dilapangan. Hasil dari analisis perhitungan di dapat bahwa dari kondisi masa konstruksi sebesar 2,13 disebelah hulu dan 1,88 disebelah hilir dengan angka keamanan ijin 1,50. Kondisi muka air maksimum diperoleh sebesar 2,13 disebelah hulu dan 1,88 disebelah hilir dengan angka keamanan ijin 1,30 dan kondisi surut cepat nilai diperoleh sebesar 2,11 disebelah hulu dan 1,88 disebelah hilir dengan angka keamanan ijin 1,30. Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga kondisi lereng, nilai factor keamanan yang stabil dan aman terhadap bahaya longsoran. Sedangkan potensi longsoran yang akan terjadi akan mengalami longsoran dengan tipe translasi dikarenakan perbedaan kuat geser dan perbedaan lapisan pada susunan timbunan pada bendungan utama.
Analisis Operasional Bendung Copong di Kabupaten Garut Silvi Aprilia; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 2 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (728.625 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-2.918

Abstract

Bendung merupakan bangunan utama yang berfungsi untuk meninggikan elevasi muka air sungai dan membagi serta memberikan air agar dapat mengalir ke saluran pembawa dengan alternatif tertentu. Maka perlu diketahui berapa tinggi bukaan pintu bendung agar keseimbangan lingkungan dan kebutuhan daerah di hilir bendung tetap terjaga dari debit yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis operasional Bendung Copong, menganalisis bukaan pintu air. Pada bulan Juni sampai Agustus kebutuhan air rata-rata adalah 1,4 lt/det/ha dengan luas areal 5.313 ha maka debit yang harus dialirkan ke saluran adalah 7,438 m³/det. Debit yang terjadi untuk beda elevasi antara muka air dengan elevasi pintu pengambilan adalah 0,92 m adalah 13,94 m³/det. Sehingga sisa debit yang dialirkan ke hilir bendung sebesar 6,503 m³/det. Pada bulan November dengan tinggi muka air + 688,25 berada 0,5 m di atas mercu dengan debit sebesar dari penelitian ini, untuk bukaan pintu bendung dioperasionalkan dengan mengangkat ketiga pintu setinggi 11 cm untuk mengalirkan ke bagian hilir.
Analisis Perbandingan Kapasitas Kuat Dukung Pondasi Bore Pile Berdasarkan Hasil Pengujian SPT dan CPT Selly Suci Abadi; Roestaman Roestaman; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 19 No 2 (2021): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (828.164 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.19-2.920

Abstract

Dalam suatu proyek kontruksi pondasi memiliki peranan yang sangat penting, ini dikarenakan pondasi adalah elemen pertama yang harus didirikan sebelum elemen lain terbentuk. Selain itu juga beban-beban bangunan yang ada diatasnya akan dipikul untuk selanjutnya diteruskan ke dasar tanah. Dalam pelaksanaanya perencana harus menghitung kapasitas kuat dukung tiang terlebih dahulu, supaya dapat menghasilkan bangunan yang kuat dan kokoh. Pada pelaksanaan proyek IPAL PT. United Tractors menggunakan jenis pondasi Bore Pile. Penulisan skripsi ini bermaksud untuk menghitung dan membandingkan kapasitas kuat dukung pondasi Bore Pile berdasarkan data SPT dan CPT. Metode perhitungan data SPT menggunakan metode Reese & O’Neil (1989), Reese & Wright (1977) dan Skempton dan data CPT menggunakan metode Bagemann dan deRuiter & Beringen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode yang bersifat analisis kuantitatif. Data-data tersebut meliputi data uji tanah sondir, data SPT pada proyek IPAL PT. United Tractors, setelah data sekunder terkumpul maka akan dilakukan analisa perhitungan kapasitas kuat dukung pondasi Bore Pile (Qu) dengan cara statis dari hasil uji sondir dan SPT dengan berbagai metode dan berbagai ukuran diameter tiang sampai mendapat hasil. Hasil yang diperoleh dari analisa ini yaitu pada hasil perhitungan dari data CPT dengan diameter tiang 60 cm, perhitungan menggunakan metode Bagemann Qu = 738,77 kN lebih optimis dibandingkan dengan menggunakan metode deRuiter dan Beringen Qu = 587,9 kN. Sedangkan hasil perhitungan dari data SPT dengan menggunakan diameter tiang 60 cm metode Reese & Wright (1977) Qu = 1044,6 kN lebih optimis dibandingkan dengan menggunakan metode Reese & O’Neil (1989) Qu =749,98 kN dan Skempton Qu = 610,04 kN. Dari dua data tersebut perhitungan dengan menggunakan data SPT lebih baik dan juga lebih optimis dibandingkan dengan data CPT.
Analisis Sumur Resapan untuk Mencegah Banjir dan Limpasan di Wilayah Tarogong Kidul Firmansyah Firmansyah; Sulwan Permana; Mirza Fathir; Restu Fajar Gustiawan
Jurnal Konstruksi Vol 20 No 1 (2022): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (712.985 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.20-1.925

Abstract

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan kemajuan peningkatan insfrastuktur serta pembangunan-pembangunan yang terus terjadi. Hal ini mengakibatkan indonesia khususnya Kabupaten Garut sangat rawan terjadi banjir serta kelebihan limpasan air hujan dikarenakan lahan resapan air yang sudah berkurang akibat pembangunan yang terus menerus dilakukan. Oleh karena itu diperlukan suatu rekayasa untuk mencegah banjir tersebut salah satunya yaitu membuat sumur resapan atau yang sering disebut dengan drainase vertikal. Lokasi penelitian ini diambil pada wilayah sekitar Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. Dengan mengambil curah hujan dari 3 pos hujan yaitu stasiun hujan Kecamatan Tarogong Kidul, Kecamatan Garut Kota serta Kecamatan Samarang. Sedangkan untuk perencanaan sumur resapan ini mengacu pada SNI 8456 : 2017 dan SNI 03 -2453-2002. Perencanan sumur resapan ini memiliki beberapa tahap antara lain seperti menghitung curah hujan menggunakan Metode (Mononobe, Perhitungan Infiltrasi, Analisis Curah Hujan Efektif, Analisis Andil Banjir serta Menentukan Kebutuhan Sumur Resapan yang digunakan pada wilayah Kecamatan Tarogong Kidul tersebut dengan ukuran dimensi sumur resapan yang diperhitungkan. Penggunaan Sumur Resapan ini dapat mecegah terjadinya banjir atau limpasan air yang berlebih dan bisa diterapkan untuk 6 sampai 9 tahun yang akan datang). Dengan debit andil banjir sebesar 251472 m3/jam dan luas dingding sumur 9,42m2, luas alas sumur 0,785m2.