Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

ANALISA PROBABILITAS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANTARA SEPEDA MOTOR DENGAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA LHOKSEUMAWE Herman Fithra; Burhanuddin Burhanuddin; fauzan Fauzan; cut ayu lizar
TERAS JURNAL Vol 4, No 1 (2014): TERAS JURNAL, VOL.4, NO.1, MARET 2014
Publisher : UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.254 KB) | DOI: 10.29103/tj.v4i1.31

Abstract

Aktivitas pergerakan dapat menyebabkan proses pemilihan moda. Politeknik Negeri Lhokseumawe sebagai pusat pendidikan yang berada pada Kota Lhokseumawe menjadi salah satu pusat pergerakan bagi Mahasiswa. Dasar penelitian ini bertujuan untuk mengamati perilaku mahasiswa pengguna sepeda motor dan mikrolet serta menganalisis apakah pemilihan moda dipengaruhi oleh perubahan biaya dan waktu perjalanan. Penelitian ini dilakukan dengan data hasil pendekatan observasi, hasil kuisioner, kajian literatur dan pengolahan data dengan program SPSS dalam menggambarkan situasi perjalanan terhadap kedua moda tersebut. Gambaran komposisi karakteristik pelaku perjalanan dari data survei, diketahui karakteristik umum pengguna dalam pemilihan moda adalah responden pengguna sepeda motor sebesar 67,21% sedangkan responden pengguna mikrolet 32,79%. Berdasarkan jenis kelamin, sepeda motor lebih dipilih oleh pria sebesar 50,82% dan wanita sebesar 16,39% sedangkan mikrolet lebih dipilih oleh wanita sebesar 21,31% dan pria 11,48%. Alasan pemilihan moda untuk sepeda motor adalah pertimbangan waktu sebesar 54,10% dan pertimbangan biaya sebesar 13,11% sedangkan alasan pemilihan moda untuk mikrolet adalah pertimbangan biaya sebesar 22,95% dan pertimbangan waktu 9,84%. Model pemilihan moda antara sepeda motor dan mikrolet yang diperoleh (Usm –Umk) = -0,223 - 0,002C - 0,078T. Pada saat kondisi selisih atribut sama dengan nol didapatkan nilai probabilitas sepeda motor lebih besar dari probabilitas mikrolet (Prsm > Prmk) untuk atribut biaya dan waktu perjalanan. Model yang diperoleh dari analisa regresi terhadap semua data mempunyai harga R2 yang paling tinggi yakni 0,22 atau 22% yaitu pengaruh kedua faktor atribut yang dipertimbangkan dan sisanya 78% dipengaruhi oleh atribut yang belum dipertimbangkan. Selain 2 atribut perjalanan yang termasuk dalam penelitian ini, beberapa atribut lain juga bisa dipertimbangkan untuk diuji, seperti faktor keamanan, kenyamanan dan faktor lain yang mempengaruhiKata Kunci: Pemilihan Moda, Biaya, Waktu
A Analisis Tempat Penampungan Sementara (TPS) Menggunakan Sistem Informasi Geografis Untuk Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di Kota Lhokseumawe Abbas, Rahmat; Cut Ayu Lizar; Satriawan, Halus
Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan (JPPL) Vol. 7 No. 1 (2025): JPPL, Maret 2025
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M), Politeknik Negeri Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35970/jppl.v7i1.2593

Abstract

Kota Lhokseumawe merupakan pusat pemerintahan dan ekonomi memiliki jumlah penduduk yang padat, dengan indeks kepadatan penduduk sebesar 1.082,6 jiwa/km2. Pengelolaan sampah yang baik harus dilakukan untuk menjaga Kesehatan lingkungan, diantaranya pengelolaan Tempat Penampungan Sementara (TPS). Sampah yang dibuang secara sembarangan menimbulkan Lokasi Pembuangan Sampah (LPS) ilegal yang bisa memicu berbagai penyakit dan menurunkan estetika lingkungan. Fokus dari penelitian adalah memetakan lokasi TPS serta LPS memanfaatkan Sistem Informasi Geografi (SIG), menganalisa pola persebaran TPS dan LPS menggunakan analisis nearest neighbour pada Software pengolahan citra, serta menganalisa kesesuaian kapasitas daya tampung TPS dengan volume sampah dari masyarakat Kota Lhokseumawe. Hasil penelitian diperoleh fasilitas TPS yang terdapat di Kota Lhokseumawe adalah 18 TPS sedangkan LPS ilegal sebanyak 36 LPS. Pola persebaran TPS termasuk pola clustered dengan indeks penyebaran 0,69. Pola persebaran LPS termasuk pola clustered dengan indeks penyebaran 0,51 dan LPS tertinggi terdapat pada wilayah Kecamatan Muara Satu. Hasil analisa kesesuaian kapasitas TPS didapatkan ketersediaan TPS disetiap Kecamatan masih kurang untuk menampung timbulan sampah, Kecamatan Banda Sakti masih kekurangan 34 TPS, Kecamatan Muara Dua 23 TPS, Kecamatan Muara Satu 15 TPS, dan Kecamatan Blang Mangat 8 TPS. Kata kunci: TPS, Sistem Informasi Geografis, Sampah, Nearest Neighbor, Pemetaan
A Analisis Tempat Penampungan Sementara (TPS) Menggunakan Sistem Informasi Geografis Untuk Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di Kota Lhokseumawe Abbas, Rahmat; Satriawan, Halus; Cut Ayu Lizar
Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan (JPPL) Vol. 7 No. 1 (2025): JPPL, Maret 2025
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M), Politeknik Negeri Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35970/jppl.v7i1.2593

Abstract

Lhokseumawe City is the center of government and economy has a dense population, with a population density index of 1,082.6 people / km2. Good waste management must be done to maintain environmental health, including the management of Temporary Shelters (TPS). Waste that is disposed of carelessly creates illegal Waste Disposal Sites (LPS) that can trigger various diseases and reduce environmental aesthetics. The focus of the research is to map the location of TPS and LPS using Geographic Information System (GIS), analyze the distribution pattern of TPS and LPS using nearest neighbor analysis on image processing software, and analyze the suitability of TPS capacity with the volume of waste from the people of Lhokseumawe City. The results of the study obtained that the TPS facilities in Lhokseumawe City are 18 TPS while there are 36 illegal LPS. The distribution pattern of TPS includes a clustered pattern with a distribution index of 0.69. The distribution pattern of LPS includes a clustered pattern with a distribution index of 0.51 and the highest LPS is found in the Muara Satu District area. The results of the analysis of the suitability of TPS capacity obtained the availability of TPS in each sub-district is still lacking to accommodate waste generation, Banda Sakti sub-district still lacks 34 TPS, Muara Dua sub-district 23 TPS, Muara Satu sub-district 15 TPS, and Blang Mangat sub-district 8 TPS.. Keywords: TPS, Geographic Information System, Waste, Nearest Neighbor, Mapping
Analisis Wilayah Kerentanan Bencana Banjir Berbasis Sistem Informasi Geografis di Kota Lhokseumawe Lizar, Cut Ayu; Satriawan, Halus; Azizah, Cut
Teras Jurnal : Jurnal Teknik Sipil Vol. 14 No. 1 (2024): Volume 14 Nomor 1, Maret 2024
Publisher : UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/tj.v14i1.1004

Abstract

Abstrak Lhokseumawe merupakan wilayah yang sering terjadi banjir atau genangan. Pencegahan banyaknya korban serta kerugian material dapat dilakukan dengan zonasi wilayah rentan banjir. Metode analisis penelitian adalah deskriptif analitik. Sistem informasi geografis yang merupakan sistem informasi berbasis komputer digunakan dalam penelitian. Aplikasi Software Arcgis 10.8 digunakan untuk penyajian informasi dan pemetaan zonasi kerentanan banjir. Setiap parameter dilakukan proses scoring menggunakan metode AHP dan klasifikasi nilainya dilakukan overlay. Tujuan penelitian adalah mengklasifikasi data dasar parameter kerentanan banjir dalam bentuk spasial, pemetaan wilayah rentan banjir, serta diketahuinya faktor penyebab banjir yang paling dominan.  Hasil penelitian diperoleh wilayah sangat rentan banjir 51,08 km2 (37,27%), rentan 81,42 km2 (59,40%), kerentanan sedang 3,75 km2 (2,74%), sedikit rentan 0,41 km2 (0,30%) dan tidak rentan 0,39 km2 (0,29%). Faktor penyebab banjir yang paling dominan adalah densitas drainase dengan kategori sangat buruk dan buruk dengan persentase 95,37% sehingga kurang baiknya sistem pengaliran. Kata kunci: zonasi, kerentanan, banjir, arcgis, AHP  Abstract Lhokseumawe an area that often experiences flood or inundation. Preventing large numbers of victims and material losses can be done by zoning areas prone to flooding. The research analysis method is descriptive analytic. Geographic information systems, which are computer-based information systems, are used in research. The Arcgis 10.8 software application is used to present information and map flood vulnerability zoning. Each parameter is subjected to a scoring process using the AHP method and the value classification is overlaid. The aim of the research is to classify basic data on flood vulnerability parameters in spatial form, map flood vulnerable areas, and identify the most dominant factors causing floods. The research results showed that the area was very vulnerable to flooding 51.08 km2 (37.27%), vulnerable 81.42 km2 (59.40%), moderately vulnerable 3.75 km2 (2.74%), slightly vulnerable 0.41 km2 (0.30%) and not susceptible 0.39 km2 (0.29%). The most dominant factor causing flooding is drainage density in the very poor and poor categories with a percentage of 95.37% so that the drainage system is not good. Keywords: zonation, vulnerability, flood, Arcgis, AHP
Analisis Multi-Kerentanan Untuk Manajemen Resiko Banjir Bandang Azizah, Cut; Nuraida; Saputra, Syifa; Lizar, Cut Ayu
Jurnal Lingkungan Almuslim Vol 1 No 1 (2022): Jurnal Lingkungan Almuslim
Publisher : Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Universitas Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51179/jla.v1i1.956

Abstract

banjir bandang yang terjadi di Bukit Lawang Bahorok menewaskan sekitar 300 jiwa dan menghancurkan 400 bangunan, banjir bandang Wasior pada tahun 2000 menyebabkan kematian 150 orang dan banjir bandang Jember tahun 2006 menewaskan lebih dari 100 orang. Curah hujan ekstrem dengan intensitas tinggi yang disertai terjadinya kegagalan lereng (slope failure) punggung badan air yang menyebabkan terjadinya damming di saluran air merupakan karakteristik utama dari banjir bandang, Dampak tersebut menyebabkan banjir bandang terjadi sangat cepat flash dan membawa bahan rombakan (debris flow). Penelitian metodologi pendekatan kerentanan banjir bandang adalah pendekatan analisis dimensi fisik. Metode Multi dimensi Metode Multi dimensi mengabungkan kerentanan internal (sosial) dan kerentanan eksternal (bangunan), dimana kerentanan internal adalah berupa komponen kerentanan individu seperti elemen-elemen berisiko, paparan fisik, karakteristik sosial dan kelembagaan yang bertanggungjawab atas paparan. Pendekatan analisis kerentanan fisik memerlukan data elemen berisiko yang terpapar yaitu karakteristik bangunan yang terpapar (jenis bangunan, jumlah lantai, luas, bahan konstruksi yang digunakan dan tahun konstruksi), nilai/harga bangunan berdasarkan ukuran/denah bangunan.
METODE EMPIRIS UNTUK MENGANALISIS ALIRAN LIMPASAN PERMUKAAN DALAM PERANCANGAN SUMBERDAYA AIR Azizah, Cut; Lizar, Cut Ayu; Risna, Yayuk Kurnia
Jurnal Lingkungan Almuslim Vol 3 No 1 (2024): JURNAL LINGKUNGAN ALMUSLIM
Publisher : Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Universitas Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51179/jla.v3i1.2522

Abstract

Aliran limpasan merupakan bagian dalam siklus hidrologi khususnya pada siklus limpasan. siklus limpasan adalah siklus hidrologi yang terjadi pada fase lahan. Aliran limpasan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan. Pada perancangan sumberdaya air, aliran limpasan diprediksi untuk mendapatkan nilai besarnya debit puncak dan waktu tercapainya debit puncak, volume dan penyebaran air larian. Untuk memperkirakan aliran limpasan yang berdasarkan curah hujan lebat atau maksimum, dapat diklasifikasikan dalam tiga cara yaitu (1) empiris, (2) statistik atau kemungkinan, dan (3) unit hidrograf. Ada dua metode empiris yang mudah digunakan yaitu metode rasional dan metode dan Soil Conservation Service (SCS). Metoda rasional merupakan metode yang digunakan untuk menghitung besarnya aliran limpasan puncak (peak runoff) dalam ukuran debit (volume/waktu), sedangkan SCS digunakan untuk menghitung besarnya aliran limpasan permukaan (surface runoff) dalam satu daerah aliran sungai. Hasil perhitungan metoda rasional digunakan untuk memperkirakan besarnya suatu konstruksi dalam menahan laju puncak aliran limpasan. Sedangkan hasil pehitungan SCS untuk memprediksi luasnya suatu kontruksi dalam menampung volume aliran limpasan permukaan
ANALISIS PENERAPAN SISTEM IRIGASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL D.I PAYA PIE KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN, ACEH Lizar, Cut Ayu; Azizah, Cut; Risna, Yayuk Kurnia
Jurnal Lingkungan Almuslim Vol 3 No 1 (2024): JURNAL LINGKUNGAN ALMUSLIM
Publisher : Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Universitas Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak, Aliran limpasan merupakan bagian dalam siklus hidrologi khususnya pada siklus limpasan. siklus limpasan adalah siklus hidrologi yang terjadi pada fase lahan. Aliran limpasan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan. Pada perancangan sumberdaya air, aliran limpasan diprediksi untuk mendapatkan nilai besarnya debit puncak dan waktu tercapainya debit puncak, volume dan penyebaran air larian. Untuk memperkirakan aliran limpasan yang berdasarkan curah hujan lebat atau maksimum, dapat diklasifikasikan dalam tiga cara yaitu (1) empiris, (2) statistik atau kemungkinan, dan (3) unit hidrograf. Ada dua metode empiris yang mudah digunakan yaitu metode rasional dan metode dan Soil Conservation Service (SCS). Metoda rasional merupakan metode yang digunakan untuk menghitung besarnya aliran limpasan puncak (peak runoff) dalam ukuran debit (volume/waktu), sedangkan SCS digunakan untuk menghitung besarnya aliran limpasan permukaan (surface runoff) dalam satu daerah aliran sungai. Hasil perhitungan metoda rasional digunakan untuk memperkirakan besarnya suatu konstruksi dalam menahan laju puncak aliran limpasan. Sedangkan hasil pehitungan SCS untuk memprediksi luasnya suatu kontruksi dalam menampung volume aliran limpasan permukaan.