Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Uji Kadar Asam Sianida pada Ubi Kayu (Manihot escullenta) dengan Perendaman NaCl dan NaHCO3 Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis Nurhidayanti Nurhidayanti; Aristoteles Aristoteles; Ade Apriantari
Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. 18 No. 2 (2021): Sainmatika : Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/sainmatika.v18i2.6468

Abstract

Ubi Kayu merupakan tanaman yang rendah protein namun tinggi akan karbohidrat, selain mengandung gizi dan karbohidrat sebagai sumber kalori serta mengandung beberapa senyawa yang berguna bagi tubuh, singkong juga mengandung senyawa Glukosida sianogenik yang bersifat racun dan dapat membentuk asam sianida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah kadar asam sianida pada singkong setelah dilakukan perendaman dengan NaCl dan NaHCO3  Jenis penelitian ini dilakukan dalam bentuk Eksperimental. Penelitian dilakukan pada tanggal 5–6 April di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang (BBLK) dengan jumlah sampel sebanyak 32 sampel. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu perendaman menggunakan NaCl didapatkan penurunan kadar  asam sianida dengan nilai rata-rata sebesar 0,430 mg/dl, dan jumlah penurunan kadar  asam sianidamenggunakan  perendaman NaHCO3 dengan nilai rata-rata sebesar 0,594 mg/dl, pada perendaman NaCl didapatkan jumlah kadar  asam sianida terkecil yaitu 0,325 mg/dl sedangkan dengan perendaman NaHCO3 didapatkan jumlah kadar  asam sianida terkecil yaitu 0,507 mg/dl. Hasil data penelitian dianalisis menggunakan Uji Independen T Test (tidak berpasangan) dengan nilai ρ= 0,000 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penurunan kadar asam sianida yang efektif adalah dengan menggunakan perendaman NaCl.
PERBANDINGAN KUALITAS SEDIAAN TELUR CACING Trichuris trichiura MENGGUNAKAN PEWARNA EOSIN DAN PEWARNA PERASAN KULIT BUAH MANGGIS Nurhidayanti Nurhidayanti; Kamila Rahmadila; Indah Sari
Masker Medika Vol 11 No 1 (2023): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52523/maskermedika.v11i1.536

Abstract

Pendahuluan: Trichuris trichiura merupakan salah satu jenis cacing yang berasal dari golongan Soil Transmitted Helminth. Trichuriasis adalah infeksi parasit usus yang sering terjadi dan masih menjadi salah satu penyumbang penyakit global. Diagnosis penyakit Trichuriasis dapat dideteksi dengan pemeriksaan feses secara mikroskopis yang dapat dilakukan menggunakan pewarnaan Eosin 2% yang merupakan gold standart untuk pemeriksaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil kualitas sediaan telur cacing menggunakan pewarna Eosin 2% dan pewarna air perasan kulit buah Manggis. Metode Penelitian: Jenis penelitian yang dilakukan True Eksperimental. Penelitian dilakukan pada tanggal 02-04 januari 2022 di Laboratorium Hematologi Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang yang berjumlah 32 preparat. Hasil: Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah pada pewarnaan Eosin 2% dan pewarnaan air perasan kulit buah Manggis terdapat 5 tingkatan kualitas yaitu Sangat Baik, Baik, Cukup Baik, Tidak Baik, dan Sangat Tidak Baik. Pewarna Eosin 2% mendapat hasil sangat baik sebanyak 2 sediaan, baik sebanyak 4 sediaan, hasil cukup baik sebanyak 5 sediaan, hasil tidak baik sebanyak 4 sediaan dan hasil sangat tidak baik 1 sediaan sedangkan pada pewarnaan air perasan kulit buah Manggis, diperoleh hasil yaitu hasil sangat baik sebanyak 1 sediaan, hasil baik 3 sediaan, hasil cukup baik 4 sediaan, dan hasil tidak baik 4 sediaan dan sangat tidak baik 4 sediaan. Hasil data penelitian dilakukan menggunakan analisa data secara deskriptif. Kesimpulan: didapatkan hasil pemeriksaan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan pada pewarna Eosin 2% dan pewarna air perasan kulit buah Manggis.
Analysis Of Caffeine In Packaged Drinks Using Thin Layer Chromatography (TLC) and Spectrophotometry Method Muhammad Abdurrahman Munir; Emelda Emelda; Annisa Fatmawati; Nurhidayanti Nurhidayanti
Stannum : Jurnal Sains dan Terapan Kimia Vol 6 No 1 (2024): April 2024
Publisher : Department of Chemistry - Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/jstk.v6i1.4564

Abstract

Caffeine is a natural alkaloid compound found in plants in the leaves, seeds and fruit. The decision of the Food and Drug Supervisory Agency regarding provisions for supervision of supplements in Chapter VIII Article 18 paragraph two states that caffeine levels must not exceed 150 mg/day. The aim of this research was to find out caffeine level in energy beverages. This research method applied the UV-Vis spectrophotometry method and the TLC method. The maximum wavelength obtained in this study was 272.55 nm and the linear results and correlation coefficient obtained were obtained. The linearity value obtained at y= 0.0381x + 0.3285 with the correlation equation R2= 0.9389. Caffeine levels obtained from “brand A” energy drink powder samples for first replicate at 49.59 mg/g, second replicate was 48.78 mg/g, third replicate was 47.15 mg/g, and “brand B” sample for first replicate was 31.5625 mg/g, second replicate at 32.375 mg/g. The caffeine levels obtained in the “brand C” sample from first replicate at 59.43 mg/g, second replicate was 60.28 mg/g, and third replicate was 60.09 mg/g. The results of the standard Rf value for caffeine standard were 0.7, the “brand A” energy drink powder sample was 0.75, the “brand B” sample was 0.75 and the “brand C” was 0.75. The conclusion from this research was that the maximum wavelength was 272.55 nm, which was slightly different from the theoretical maximum wavelength of pure caffeine, namely 273 nm. The caffeine levels obtained for samples of energy drink powder from brands A and B met the requirements because it was <50 mg/package and brand C did not meet the requirements because it was >50mg/package. The Rf value results are satisfactory because they were at range 0.2-0.8.