Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

LAE-LAE SEBAGAI DESTINASI WISATA ARKEOLOGI DI MAKASSAR, INDONESIA Yusriana Yusriana; Rosmawati Rosmawati; Khadijah thahir Muda
Jurnal Pariwisata Pesona Vol 4, No 1 (2019): Edisi Juni 2019
Publisher : Universitas Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (990.361 KB) | DOI: 10.26905/jpp.v4i1.2433

Abstract

Lae-Lae Island is a small island to the west of Makassar City which is one of the marine tourism destinations. The findings of archaeological remains on the island indicate that the island of Lae-Lae has a new attraction that is different from what is currently and can be developed towards archaeo-tourism. This article intends to describe the potential of archaeology in Lae-Lae Island. The method used consist of observation, documentation, and interview, and descriptive analytic approach. Interviews were conducted with island residents, the government in this case the local government and the preservation of cultural heritage in South Sulawesi. The results of this study explain that based on the four basic aspects of tourism products are Attractions, Accessibility, Amenities, and Institutional that Lae-Lae Island has the object attraction of two Japanese bunkers and an old well built since World War II in the Straits Makassar. In addition, the attraction of archaeological findings at the bottom of the Makassar Strait waters can also be developed into a special interest tourism package. However, currently these remains have not received the government's attention in terms of conservation so that it becomes an input for the government to immediately preserve because the finding conditions, especially the bunkers, are currently still concerning. The accessibility to Lae-Lae Island is quite adequate even though of course it needs better improvements. The facilitation aspects need to add adequate facilities, especially homestays that are in accordance with the standards and need guidance on culinary potential on the island that can support the running of tourism activities. The ancillary aspect is very much needed to support and foster the government to establish an institutional system of island communities in the management of tourist objects, especially those archaeological objects.
PELATIHAN PEMANDUAN WISATA ARKEOLOGI DI KAWASAN WISATA RAMMANG-RAMMANG KABUPATEN MAROS Iwan Sumantri; Yusriana; Supriadi; Yadi Mulyadi; Nur Ihsan; Akin Duli; Rosmawati; Erni Erawati; Khadijah Thahir Muda; Anwar Thosibo
Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 5 No. 3 (2021): Jurnal Panrita Abdi - Juli 2021
Publisher : LP2M Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/pa.v5i3.11772

Abstract

Abstract. This article aims to provide an overview of archaeological tourism guiding training activities in the Rammang-Rammang Karst Area. Kampung Rammang-Rammang Salenrang, Maros Regency, South Sulawesi is popular with natural tourism and provides new experiences for visitors with boat attractions along the river, but not many people know that this area has great potential for the development of cultural tourism. The needs of the people in Rammang-Rammang are in providing knowledge and skills in guiding archaeological tourism in Rammang-Rammang. The program of activities carried out to help the community is guiding training with activity stages ranging from socialization, preparation of pocket books, training by distributing pocket books, guiding training on prehistoric cave sites. The results of the activity have a positive impact on the community, especially the training participants, namely they gain knowledge about various things related to karst, prehistoric caves and the Rammang-Ramamng environment that visitors usually ask about.               Abstrak. Artikel ini berujuan untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan pelatihan pemanduan wisata arkeologi di Kawasan Karst Rammang-Rammang. Kampung Rammang-Rammang Salenrang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan popular dengan wisata alam dan memberikan pengalaman baru bagi pengunjung dengan atraksi perahu menyusuri sungai, namun tidak banyak yang tahu bahwa kawasan ini memiliki potensi besar untuk pengembangan cultural tourism. Kebutuhan masyarakat di Rammang-Rammang adalah dalam pembekalan pengetahuan dan keterampilan dalam pemanduan wisata arkeologi di Rammang-Rammang. Program kegiatan yang dijalankan untum membantu masyarkat yakni pelatihan pemanduan dengan tahapan kegaiatn mulai dari sosialisasi, penyusunan buku saku, pelatihan dengan membagikan buku saku, pelatihan pemanduan di situs gua prasejarah. Hasil kegiatan memberikan dampak positif kepada masyarakat khususnya peserta pelatihan yaitu mereka mendapatkan pengetahuan tentang berbagai hal terkait karst, gua prasejarah dan lingkungan Rammang-Ramamng yang biasanya ditanyakan oleh pengunjung.
KONSERVASI ARTEFAK MATA UANG CINA BERBAHAN PERUNGGU DARI DESA KEPATIHAN, TULANGAN, SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN KONSERVAN JERUK NIPIS DAN ALKALI GLISEROL Malino, Gabriela Virginia; Erwin Mansyur Ugu Saraka; Khadijah Thahir Muda; Ira Fatmawati
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Vol. 17 No. 2 (2023): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v17i2.323

Abstract

Penelitian ini berfokus untuk mengetahui efektivitas penggunaan bahan konservan pada artefak koin berbahan perunggu yang merupakan hasil kegiatan peninjauan di Desa Kepatihan, Tulangan, Sidoarjo yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur Tahun 2008 dan saat ini tersimpan di Laboratorium Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI. Dalam penelitian ini, bahan konservan yang digunakan adalah jeruk nipis dan alkali gliserol. Metode yang digunakan terbagi menjadi dua, yaitu penggosokan dan perendaman. Pembersihan menggunakan jeruk nipis untuk menghilangkan korosi dilakukan melalui penggosokan dan perendaman, sedangkan pembersihan menggunakan alkali gliserol dilakukan melalui perendaman yang dilakukan dua kali selama 5 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jeruk nipis lebih efektif daripada penggunaan alkali gliserol dengan metode penggosokan. Hal ini disebabkan oleh kontak langsung antara metode penggosokan dengan artefak serta kandungan asam yang terkandung dalam jeruk nipis.
Identifikasi Kerusakan Nisan Kayu Pada Kompleks Makam La Tenri Ruwa di Kabupaten Bantaeng isnu, kasnia; Erwin Mansyur Ugu Saraka; Khadijah Thahir Muda
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Vol. 18 No. 1 (2024): Jurnal Konservasi Cagar Budaya
Publisher : Balai Konservasi Borobudur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v18i1.327

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kerusakan nisan kayu dan faktor yang menjadi penyebab kerusakannya pada Situs Kompleks Makam La Tenri Ruwa, Kabupaten Bantaeng. Untuk mengetahui kondisi nisan kayu tersebut, pengambilan data dilakukan dengan metode studi pustaka, survei lapangan, serta klasifikasi bentuk kerusakan yang kemudian digambarkan dalam peta sebaran kerusakan. Hasil identifikasi terhadap kerusakan pada nisan kayu menunjukkan bahwa bentuk kerusakan yang terjadi meliputi kerusakan mekanis terdapat 3 nisan, pelapukan khemis terdapat 6 nisan, pelapukan biotis terdapat 13 nisan, dan pelapukan fisis terdapat 10 nisan. Dari kerusakan-kerusakan tersebut terdapat nisan yang memiliki 1 sampai 3 kerusakan sekaligus. Faktor terjadinya pemicu kerusakan pada nisan kayu adalah faktor internal (sifat kayu dan letak geografi) dan faktor eksternal (biotik dan abiotik). Faktor biotik yang mempengaruhi berupa pertumbuhan lumut dan aktifitas rayap. Sedangkan faktor abiotik yang mempengaruhi berupa kondisi klimatologi wilayah tersebut.