Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Pemanfaatan Mikroba Jamur untuk Mengatasi Pencemaran Logam Berat Berbahaya pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam Nony Puspawati; Mardiyono Mardiyono; Argoto Mahayana
Biomedika Vol 7 No 2 (2014): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.979 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v7i2.181

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan kadar logam berat dalam limbah cair industri pelapisan logam menggunakan berbagai macam mikroba seperti jamur dan bakteri. Hasil penelitian tahun pertama menunjukkan bahwa Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Aspergillus niger, dan Monilia sitophila dapat menurunkan kadar logam berat, termasuk logam berat nikel dan krom di dalam limbah cair industri pelapisan logam. Rhizopus oryzae dapat menurunkan kadar Nikel hingga 29,664%, sementara Monilia sitophila dapat menurunkan kadar Nikel hingga 24,167%. Sedangkan Saccharomyces cerevisiae dapat menurunkan kadar Krom sebesar 50,270% dan Aspergillus niger dapat menurunkan sebesar 48,039%. Pada penelitian tahun kedua, peneliti merancang sebuah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengolah limbah cair industri tekstil tersebut. Pengolahan limbah cair di dalam IPAL tersebut merupakan hasil dari penelitian tahun pertama dengan menggunakan jamur Rhizopus oryzae dan Monilia sitophila untuk menurunkan logam berat Nikel, sedangkan Saccharomyces cerevisiae dan Aspergillus niger digunakan untuk mereduksi logam berat Krom dalam limbah cair industri pelapisan logam. Hasil penelitian tahun kedua menunjukkan bahwa pengolahan limbah cair menggunakan IPAL dan mikroba jamur dapat mengurangi kadar logam berat Nikel dan Krom. Penurunan kadar logam berat Nikel paling banyak adalah sebesar 25,81% dengan penambahan 150 mL dan 25,67% dengan penambahan 200 mL jamur Rhizopus oryzae, diikuti dengan Monilia sitophila dimana kadar penurunannya sebesar 19,28% pada penambahan 200 mL. Sedangkan penurunan kadar logam berat Krom paling banyak sebesar 43,66% dengan penambahan 200 mL Saccharomyces cerevisiae, diikuti dengan Aspergillus niger dengan kadar penurunan sebesar 43,29% pada penambahan 200 mL.
Evaluasi Pengaruh Konsentrasi Umpan pada Produksi Biogas dari Limbah Cair Industri Alkohol secara Fed Batch Dewi Astuti Herawati; Argoto Mahayana
Jurnal Rekayasa Proses Vol 10, No 1 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.542 KB) | DOI: 10.22146/jrekpros.34422

Abstract

Biogas is an alternative energy source that can be renewed as one of the solutions for the scarcity of fossil energy. Liquid waste from industrial bioalcohol production (technically termed as “vinasse”) is potentially one of very promising raw material of biogas. Vinasse has low pH value (4-5), which is not preferable for metanogen. Therefore this study aimed to define the optimum condition for the production of biogas. The variable to be studied in this research was the influence of vinasse to water ratios on the production of biogas in a fed batch reactor. Three ratios of vinasse and water with the ratios of vinasse to water as 1:2 (R1); 1:2.5 (R2); and 1:3 (R3) were studied. As much as 500 mL of raw material was fed to bioreactor with 6 L of cow manure as starter inoculums. The reactor was fed once every three days, with the feed input as much as 500 mL. At the beginning of the process, total solid suspended (TSS), volatile suspended solid (VSS) and chemical oxygen demand (COD) were analyzed. The volume of biogas was measured every day while the TSS and VSS values were measured once a week. The results showed that the production of biogas at R1 reached 1640.95 ml on day 9 with pH 7, CH4 concentration of 9.89% and CO2 level of 36.93%. The biogas production at R2 on day 20 reached 119.67 mL with a methane content of 15.85%, 43.282% of CO2 level, and pH 5. In R3 the volume biogas generated on day 10 reached 158.24 mL with CH4 content of 35.36%; 35.27% of CO2 level and pH 7. Fed batch system was shown to reduce the effects of inhibitor. Keywords: biogas, vinasse, levels of CH4, fed batch.ABSTRAKBiogas merupakan alternatif sumber energi yang dapat diperbaharui dapat mengurangi kelangkaan kebutuhan energi. Limbah cair industri alkohol (vinasse) berpotensi sebagai salah satu bahan baku biogas. Vinasse mempunyai pH ( 4-5 ) bukan merupakan kondisi yang mendukung metanogen, sehingga diperlukan penelitian untuk mengatur kondisi yang terbaik pada produksi biogas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbandingan vinasse dan air terhadap produksi biogas secara fed batch.  Berbagai perbandingan vinasse dan air = 1:2 ( R.1 ) ; 1:2,5 ( R.2 ) ; dan 1:3 ( R.3 ) sebanyak 500 mL diumpankan ke bioreaktor. setiap 3 hari sekali dengan jumlah stater kotoran sapi 6L.. Dilakukan analisis Total Suspended Solid (TSS), Volatile Suspended Solid (VSS) dan Chemical Oxygen Demand (COD) awal. Volume biogas diukur setiap hari. Sedangkan kandungan Total Suspended Solid, Volatile Suspended Solid dan Chemical Oxygen Demand dianalisis setiap 1 minggu sekali. Analisis TSS dan VSS dengan metode APHA 2005 dan COD dengan metode SNI (2009) serta volume biogas dengan manometer air. Hasil penelitian menunjukkan produksi biogas pada R.1 diperoleh akumulasi volume biogas sebesar 1640,949 mL, pada hari ke-9 dengan pH 7 kadar CH4 sebesar 9,895% dan kadar CO2 sebesar 36,930%.  Rancangan 2 ( R.2) volume biogas terbesar dihasilkan pada hari ke-20 sebesar 119,669 mL dengan kadar metana sebesar 15,849%, kadar CO2 sebesar 43,282% dan pH 5.Pada rancangan 3 ( R3) volume biogas terbesar dihasilkan pada hari ke-10 sebesar 158,24 mL dengan kadar metana sebesar 35,355%, kadar CO2 sebesar 35,271% dan pH 7. Pengumpanan secara fed batch campuran Vinasse dan air pada produksi biogas setiap 3 hari sekali akan menekan efek inhibitor. Bahan organik yang telah terdegradasi menjadi gas akan selalu ditambahkan sehingga bahan organik yang terdapat di dalam substrat selalu ada. Kondisi ketersediaan substrat yang cukup akan  menghasilkan biogas maksimal.
Evaluasi Pengaruh Konsentrasi Umpan pada Produksi Biogas dari Limbah Cair Industri Alkohol secara Fed Batch Dewi Astuti Herawati; Argoto Mahayana
Jurnal Rekayasa Proses Vol 10, No 1 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.34422

Abstract

Biogas is an alternative energy source that can be renewed as one of the solutions for the scarcity of fossil energy. Liquid waste from industrial bioalcohol production (technically termed as “vinasse”) is potentially one of very promising raw material of biogas. Vinasse has low pH value (4-5), which is not preferable for metanogen. Therefore this study aimed to define the optimum condition for the production of biogas. The variable to be studied in this research was the influence of vinasse to water ratios on the production of biogas in a fed batch reactor. Three ratios of vinasse and water with the ratios of vinasse to water as 1:2 (R1); 1:2.5 (R2); and 1:3 (R3) were studied. As much as 500 mL of raw material was fed to bioreactor with 6 L of cow manure as starter inoculums. The reactor was fed once every three days, with the feed input as much as 500 mL. At the beginning of the process, total solid suspended (TSS), volatile suspended solid (VSS) and chemical oxygen demand (COD) were analyzed. The volume of biogas was measured every day while the TSS and VSS values were measured once a week. The results showed that the production of biogas at R1 reached 1640.95 ml on day 9 with pH 7, CH4 concentration of 9.89% and CO2 level of 36.93%. The biogas production at R2 on day 20 reached 119.67 mL with a methane content of 15.85%, 43.282% of CO2 level, and pH 5. In R3 the volume biogas generated on day 10 reached 158.24 mL with CH4 content of 35.36%; 35.27% of CO2 level and pH 7. Fed batch system was shown to reduce the effects of inhibitor. Keywords: biogas, vinasse, levels of CH4, fed batch.ABSTRAKBiogas merupakan alternatif sumber energi yang dapat diperbaharui dapat mengurangi kelangkaan kebutuhan energi. Limbah cair industri alkohol (vinasse) berpotensi sebagai salah satu bahan baku biogas. Vinasse mempunyai pH ( 4-5 ) bukan merupakan kondisi yang mendukung metanogen, sehingga diperlukan penelitian untuk mengatur kondisi yang terbaik pada produksi biogas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbandingan vinasse dan air terhadap produksi biogas secara fed batch.  Berbagai perbandingan vinasse dan air = 1:2 ( R.1 ) ; 1:2,5 ( R.2 ) ; dan 1:3 ( R.3 ) sebanyak 500 mL diumpankan ke bioreaktor. setiap 3 hari sekali dengan jumlah stater kotoran sapi 6L.. Dilakukan analisis Total Suspended Solid (TSS), Volatile Suspended Solid (VSS) dan Chemical Oxygen Demand (COD) awal. Volume biogas diukur setiap hari. Sedangkan kandungan Total Suspended Solid, Volatile Suspended Solid dan Chemical Oxygen Demand dianalisis setiap 1 minggu sekali. Analisis TSS dan VSS dengan metode APHA 2005 dan COD dengan metode SNI (2009) serta volume biogas dengan manometer air. Hasil penelitian menunjukkan produksi biogas pada R.1 diperoleh akumulasi volume biogas sebesar 1640,949 mL, pada hari ke-9 dengan pH 7 kadar CH4 sebesar 9,895% dan kadar CO2 sebesar 36,930%.  Rancangan 2 ( R.2) volume biogas terbesar dihasilkan pada hari ke-20 sebesar 119,669 mL dengan kadar metana sebesar 15,849%, kadar CO2 sebesar 43,282% dan pH 5.Pada rancangan 3 ( R3) volume biogas terbesar dihasilkan pada hari ke-10 sebesar 158,24 mL dengan kadar metana sebesar 35,355%, kadar CO2 sebesar 35,271% dan pH 7. Pengumpanan secara fed batch campuran Vinasse dan air pada produksi biogas setiap 3 hari sekali akan menekan efek inhibitor. Bahan organik yang telah terdegradasi menjadi gas akan selalu ditambahkan sehingga bahan organik yang terdapat di dalam substrat selalu ada. Kondisi ketersediaan substrat yang cukup akan  menghasilkan biogas maksimal.
Wirausaha Ramah Lingkungan Berbasis Produksi Ferro Sulfat dari Limbah Besi Sunardi Sunardi; Muhammad Dzakwan; Sugiyarmasto Sugiyarmasto; Argoto Mahayana; Sumardiyono Sumardiyono
Adi Widya : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 6 No 1 (2022): ADI WIDYA Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33061/awpm.v6i1.6939

Abstract

Indiscriminate disposal of iron waste into waters or the environment will be harmful to human health and the environment. In this regard, there must be an understanding of how to properly utilize iron waste so that it can provide economic value along with an understanding of environmentally friendly technology-based entrepreneurship. This community service activity has the aim of providing understanding for students of SMK Tunas Nusantara Department of Industrial Chemistry by utilizing iron waste into ferrous sulfate. The training provided includes: environmentally friendly entrepreneurship, the dangers of iron waste, how to make ferrous sulfate from iron waste and how to package it. The methods used in the training are: improvement and understanding through lectures, questions and answers, demonstrations, and practice. During the training, the Tunas Nusantara Vocational School students participated in the training activities well and enthusiastically. The results of the training resulted in SMK students having knowledge about environmentally friendly entrepreneurship which was shown to be able to make ferrous sulfate from iron waste and continue to work on it as an alternative to environmentally friendly technology-based entrepreneurship.
Analysis of Timbal Metal (Pb) in a Carboned Canned Drink using Atom Absorption Spectrofotometer: Analisis Logam Timbal (Pb) dalam Minuman Kaleng Berkarbonasi dengan Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom Fransisca Sara Maranatha; Argoto Mahayana
Jurnal Kimia dan Rekayasa Vol. 1 No. 1 (2020): Jurnal Kimia dan Rekayasa Edisi Juli 2020
Publisher : Program Studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.625 KB) | DOI: 10.31001/jkireka.v1i1.6

Abstract

Carbonated beverage cans are drinks that are supplemented with carbon dioxide (CO2), giving rise to gas bubbles to give freshness and quench your thirst when taken and drunk in cans. Cans are made of sheets coated with Tin (Sn) connected by an electric device such as soldered using Metal Lead (Pb) material, so that drinks can be contaminated by Metal Lead (Pb). Determination of Lead Metal (Pb) content in 3 different canned carbonated beverage brands is carried out by evaporating carbon dioxide (CO2) for 24 hours. Then the sample was acidified with concentrated HNO3 to pH <2 and filtered with Whatman filter paper No. 42, the resulting filtrate was analyzed with Atomic Absorption Spectrophotometer at a wavelength of 283.3 nm. Based on the results of the study, it was found that Lead Metal (Pb) levels in 3 Different brands of carbonated beverages are sample A 0.004 mg / L; B 0.002 mg / L; C 0.003 mg / L with a maximum limit of Lead Metal (Pb) content is 0.005 mg / L according to SNI 3708-2015 about Soda Water. Abstrak Minuman berkarbonasi kemasan kaleng merupakan minuman yang ditambah dengan karbondioksida (CO2) sehingga menimbulkan gelembung – gelembung gas untuk memberi kesegaran dan pelepas dahaga saat diminum yang dikemas dalam kemasan kaleng. Kaleng terbuat dari lembaran yang disalut dengan Timah (Sn) yang disambung dengan alat listrik seperti disolder yang menggunakan bahan Logam Timbal (Pb), sehingga minuman dapat terkontaminasi oleh Logam Timbal (Pb). Penentuan kadar Logam Timbal (Pb) dalam 3 merk minuman berkarbonasi kemasan kaleng yang berbeda dilakukan dengan menguapkan karbondioksida (CO2) selama 24 jam. Kemudian sampel diasamkan dengan HNO3 pekat sampai pH < 2 dan disaring dengan kertas saring Whatman no.42, filtrat yang dihasilkan dianalisis dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 283,3 nm.Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kadar Logam Timbal (Pb) dalam 3 merk minuman berkarbonasi yang berbeda adalah sampel A  0,004 mg/L; B 0,002 mg/L; C 0,003 mg/L dengan batas maksimum kadar Logam Timbal (Pb) adalah 0,005 mg/L sesuai SNI 3708- 2015 tentang Air Soda.
Remazol Blue (RS) P Textile Dyestuff Removal Using Electrocoagulation Method With Iron Metal Electrodes: Penghilangan Zat Warna Tekstil Remazol Blue (RS)P Dengan Metode Elektrokoagulasi Menggunakan Elektroda Logam Besi Suseno; Argoto Mahayana; Petrus Darmawan
Jurnal Kimia dan Rekayasa Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Kimia dan Rekayasa Edisi Januari 2021
Publisher : Program Studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31001/jkireka.v1i2.14

Abstract

An experiment  removed of remazol blue (RS) P textile dye has been carried out  using the electrocoagulation method with iron  metal electrodes. The electrocoagulation apparatus consists of a plastic tub with a size (w x l x h) = 20 x 20 x 25 cm equipped with an electric stirrer and 3 pairs of iron metal electrodes with a diameter of 12 mm and a length of 120 mm. The iron  used is SNI concrete iron rods which are commonly used for building construction. This dye removal experiment was carried out using a batch system (not continuous) with a variation of stirring time of 15, 30, 45, and 60 minutes, while the other variables are made fixed, namely the dye concentration of 100.24 mg / liter, electrolyte NaCl 4.12 g / liter, voltage 12 V, and stirring speed 250 rpm. The absorbance of the dye solution before and after the electrocoagulation process was measured using a UV-Vis spectrophotometer at the maximum wavelength, to determine the percentage of absorbance reduction. The results showed that the largest percentage reduction in absorbance was 98.31%, which was achieved at 45 minutes of contact time. This study proves that the electrocoagulation method using ferrous metal electrodes can be used as an alternative method of waste treatment, especially in terms of removing dyes in textile industrial wastewater. AbstrakTelah dilakukan percobaan penghilangan zat warna tekstil remazol blue  (RS)P dengan metode elektrokoagulasi menggunakan elektroda logam besi. Alat elektrokoagulasi terdiri dari bak plastik dengan ukuran (p x l x t ) = 20 x 20 x 25 cm yang dilengkapi dengan pengaduk elektrik dan 3 pasang elektroda logam besi dengan garis tengah 12 mm dan panjang 120 mm. Logam besi yang digunakan adalah batang besi beton SNI yang biasa digunakan untuk konstruksi bangunan. Percobaan penghilangan zat warna ini dilakukan menggunakan sistem batch ( tidak kontinyu) dengan variasi waktu pengadukan 15, 30, 45, dan 60 menit, sedangkan variabel lainnya dibuat tetap yaitu konsentrasi zat warna 100,24 mg/liter, elektrolit NaCl 4,12 g/liter, voltase 12 V, dan kecepatan pengadukan 250  rpm. Larutan zat warna sebelum dan sesudah proses elektrokoagulasi diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum, untuk menentukan persentase penurunan absorbansinya. Hasil percobaan menunjukkan bahwa persentase penurunan absorbansi terbesar adalah 98,31 %, tercapai pada waktu kontak 45 menit. Penelitian ini membuktikan bahwa metode elektrokoagulasi menggunakan elektroda logam besi dapat digunakan sebagai alternatif metode pengolahan limbah khususnya dalam hal menghilangkan pewarna dalam limbah cair industri tekstil.
Determination of Oxalid Acid in Green Spinach (Amaranthus Gangeticus) An Red Spinach (Amaranthus Spinousus) Using Spectrophotometry Method: Penentuan Kadar Asam Oksalat pada Bayam Hijau (Amaranthus Gangeticus) dan Bayam Merah (Amaranthus Spinousus) Menggunakan Metode Spektrofotometri Agustin Puspitasari; Argoto Mahayana
Jurnal Kimia dan Rekayasa Vol. 2 No. 1 (2021): Jurnal Kimia dan Rekayasa Edisi Juli 2021
Publisher : Program Studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31001/jkireka.v2i1.24

Abstract

Spinach (Amaranthus sp.) is a plant that has a taproot root system with elliptic branches that spread out in all directions. Oxalic acid is a dicarboxylic acid which only consists of two C atoms in each molecule, so that the two carboxylic groups are side by side.Determination of oxalic acid levels is done by boiling green and red spinach then spinach leaves are drained for 20 minutes and weighed 2.5 grams and then mashed and added with aquabidest then in a centrifuge. 250 mL of spinach cooking water is weighed and centrifuged. Each sample was then placed into a 500 mL volumetric flask and analyzed spectrophotometrically.The results of the analysis of oxalic acid levels in green spinach and red spinach were 52.2729 ppm on green spinach leaves at 0 hours; 62,5643 ppm when the leaves of green spinach are allowed to stand for 6 hours; 78,9687 ppm in green spinach water at 0 hours; 82.7573 ppm when the green spinach water is allowed to stand for 6 hours; 46,7323 ppm on red spinach leaves at 0 hours; 61,8247 ppm when the leaves of red spinach are allowed to stand for 6 hours; 61.8247 ppm in red spinach vegetable water at 0 hours and 122.66852 ppm when red spinach vegetable water was allowed to stand for 6 hours. AbstrakBayam (Amaranthus sp.) merupakan tumbuhan yang memiliki sistem perakaran tunggang dengan cabang berbentuk elips yang menyebar ke segala arah. Asam oksalat merupakan asam dikarboksilat yang hanya terdiri dari dua atom C pada setiap molekulnya, sehingga kedua gugus karboksilat tersebut berdampingan.Penentuan kadar asam oksalat dilakukan dengan cara merebus bayam hijau dan merah kemudian daun bayam ditiriskan selama 20 menit dan ditimbang 2,5 gram kemudian dihaluskan dan ditambahkan aquabidest kemudian di centrifuge. 250 mL air rebusan bayam ditimbang dan disentrifugasi. Masing-masing sampel kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 500 mL dan dianalisis secara spektrofotometri.Hasil analisis kadar asam oksalat pada bayam hijau dan bayam merah sebesar 52,2729 ppm pada daun bayam hijau pada jam ke-0; 62.5643 ppm bila daun bayam hijau didiamkan selama 6 jam; 78,9687 ppm dalam air bayam hijau pada 0 jam; 82,7573 ppm bila air kangkung didiamkan selama 6 jam; 46,7323 ppm pada daun bayam merah pada 0 jam; 61,8247 ppm bila daun bayam merah didiamkan selama 6 jam; 61,8247 ppm pada air sayur bayam merah pada 0 jam dan 122,66852 ppm pada air sayur bayam merah didiamkan selama 6 jam.
Analysis of Total Suspended Solid (TSS) and Ammonia (NH3-N) Levels in Textile Liquid Waste: Analisis Kadar Total Suspended Solid (TSS) dan Amonia (NH3-N) Pada Limbah Cair Tekstil Sih Jayaning Ratri; Argoto Mahayana
Jurnal Kimia dan Rekayasa Vol. 3 No. 1 (2022): Jurnal Kimia dan Rekayasa Edisi Juli 2022
Publisher : Program Studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31001/jkireka.v3i1.39

Abstract

Textile liquid waste is waste from textile operations that contains high organic and inorganic elements. Organic and inorganic elements may pollute the environment if dumped straight into water. The breakdown of organic and inorganic elements in water by microorganisms produces a very poisonous chemical called Ammonia (NH3), which causes high TSS levels owing to the buildup of organic and inorganic materials. TSS levels in textile wastewater A were determined using the gravimetric technique, which involves weighing the suspended precipitate after it has been filtered using a vacuum pump and dried in an analytical oven. To determine Ammonia levels, the sample’s Ammonia would react with Hypochlorite from Sodium Hypochlorite and Phenol reagent solutions, then be catalyzed by Sodium Nitroprusside to produce indophenol blue compounds, which were detected by UV-Vis spectrophotometer at 640 nm. TSS was 10,84 mg/l and Ammonia was 0,34 mg/l in textile wastewater sample A. This result satisfies the textile wastewater quality criteria set out in the Republic of Indonesia Minister of Environment and Forestry Regulation No. P. 16/ MENLHK/ SETJEN/ KUM. 1/ 4/ 2019 TSS limit of 50 mg/l and Ammonia maximum of 8,0 mg/l. Abstrak Limbah cair tekstil adalah limbah cair yang berasal dari beberapa proses di industri tekstil yang mengandung bahan organik dan anorganik yang tinggi. Adanya bahan organik dan anorganik ini dapat menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan jika dibuang langsung ke perairan. Di perairan bahan organik dan anorganik akan mengalami proses dekomposisi oleh mikroba sehingga menghasilkan produk yang sangat toksik yaitu Amonia (NH3) serta menyebabkan kadar TSS di perairan menjadi tinggi akibat terakumulasinya bahan organik dan anorganik. Penentuan kadar TSS pada limbah cair tekstil A dilakukan dengan metode gravimetri yaitu dengan cara menimbang endapan tersuspensi yang sudah disaring dengan pompa vakum dan dikeringkan dengan oven analitik sampai diperoleh bobot konstan. Penentuan kadar Amonia dilakukan dengan metode spektrofotometri secara fenat yaitu Amonia yang berasal dari sampel akan bereaksi dengan Hipoklorit yang berasal dari larutan pereaksi Natrium Hipoklorit dan Fenol kemudian dikatalisis oleh Natrium Nitroprusida membentuk senyawa biru indofenol yang dideteksi dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 640 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel limbah cair tekstil A memiliki kadar TSS sebesar 10,84 mg/l dan Amonia sebesar 0,34 mg/l. Hasil ini memenuhi syarat baku mutu air limbah tekstil menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.16/MENLHK/ SETJEN/ KUM. 1/ 4/ 2019 Tentang Baku Mutu Air Limbah yaitu maksimal 50 mg/l untuk TSS dan maksimal 8,0 mg/l untuk Amonia.
Determination of Optimum Flow Rate in Textile Industry Wastewater Color Removal Using Electrooxidation Method With Continuous System: Penentuan Laju Alir Optimum Pada Penghilangan Warna Air Limbah Industri Tekstil Menggunakan Metode Elektrooksidasi Dengan Sistem Kontinyu Suseno; Petrus Darmawan; Argoto Mahayana
Jurnal Kimia dan Rekayasa Vol. 3 No. 1 (2022): Jurnal Kimia dan Rekayasa Edisi Juli 2022
Publisher : Program Studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31001/jkireka.v3i1.42

Abstract

An experiment to remove the color of textile wastewater by electrooxidation method using graphite electrodes with a continuous system has been carried out. The electrooxidation apparatus consists of an electrooxidation vessel with a size (p x l x h) = (60 x 30 x 18) cm equipped with 5 pairs of graphite electrodes, a flow rate meter and an adapter (DC power). The experiment was started by flowing wastewater into an electrooxidation device at a flow rate of 0.3 liters per minute (LPM). After that DC power is turned on and set at 3 volts. Waste water that has undergone oxidation is taken from the outlet of the electrooxidation device after a processing time of 20 minutes from the time the DC power is turned on. This experiment was repeated with varying voltages of 6, 9, 12 and 15 volts and at a flow rate of 0.5; 1.0; 1.5 and 2.0 LPM. The experimental results show that at each value the minimum absorbance voltage is obtained at a water rate of 0.5 LPM, this indicates that the optimum wastewater flow rate for decolorizing textile wastewater by electrooxidation method using graphite electrodes with a continuous system is 0.5 LPM. AbstrakTelah dilakukan percobaan penghilangan warna air limbah tekstil dengan metode elektrooksidasi menggunakan elektroda grafit dengan sistim kontinyu. Alat elektrooksidasi terdiri dari bejana elektrooksidasi dengan ukuran (p x l x t ) = 60 x 30 x 18 ) cm yang dilengkapi dengan 5 pasang elektroda grafit, alat pengukur laju alir dan adaptor ( DC power ). Percobaan dimulai dengan mengalirkan air limbah ke dalam alat elektrooksidasi dengan laju alir 0,3 liter per menit (LPM). Setelah itu DC power dihidupkan dan diatur pada tegangan 3 volt. Air limbah yang telah mengalami oksidasi diambil dari outlet alat elektrooksidasi setelah waktu proses 20 menit terhitung dari saat DC power dihidupkan. Percobaan ini diulangi dengan tegangan bervariasi yaitu 6, 9, 12 dan 15 volt dan pada laju alir 0,5; 1,0; 1,5 dan 2 LPM. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada setiap harga tegangan absorbansi minimum didapat pada laju air 0,5 LPM, hal ini menunjukkan bahwa laju alir air limbah optimum pada penghilangan warna air limbah tekstil dengan metode elektrooksidasi menggunakan elektroda grafit dengan sistim kontinyu adalah 0,5 LPM.
Analysis of Biochemical Oxygen Demand (BOD) and Fecal Coliform Bacteria In Ngringo River Water, Karanganyar Regency: Analisis Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Bakteri Fecal Coliform pada Air Sungai Ngringo Kabupaten Karanganyar Attasya Putri Aji; Argoto Mahayana
Jurnal Kimia dan Rekayasa Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Kimia dan Rekayasa Edisi Januari 2023
Publisher : Program Studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31001/jkireka.v3i2.50

Abstract

Ngringo River is one of the major rivers in Karanganyar Regency. There are various activities along the river, including domestic and industrial activities where waste discharges enter the river body, causing a decrease in water quality. One of the microorganisms contained in domestic waste that acts as an indicator of pollution in the Ngringo River is Fecal Coliform bacteria, so it is necessary to calculate the total Coliform to determine the presence of pollution in the Ngringo River. The purpose of this study was to determine the total abundance of Coliforms, BOD (biological Oxygen Demand) levels and water quality status based on PP RI No. 22 of 2021. Sampling method used in this study was a random sampling. Sampling consisted of 2 place, namely upstream and downstream. The results showed that the BOD (biological Oxygen Demand) value in the upstream part of the Ngringo river was 1.08 mg/l and 3.40 mg/l downstream, while the Fecal Coliform value in the upstream part of the Ngringo river was 16000 MPN/100ml. and in the downstream part of 5400 MPN/100ml. Based on research results that BOD still meets the quality standard according to PP RI Number 22 of 2021 while the Fecal Coliform value does not meet the quality standard according to PP RI Number 22 of 2021 which means there is pollution in the river Ngringo.AbstrakSungai Ngringo merupakan salah satu sungai besar di Kabupaten Karanganyar. Terdapat berbagai aktivitas di sepanjang aliran sungai tersebut, diantaranya aktivitas domestik dan industri dimana buangan limbah masuk ke dalam badan sungai sehingga menyebabkan penurunan kualitas perairan. Salah satu mikroorganisme yang terkandung dalam limbah domestik yang berperan sebagai indikator pencemaran di Sungai Ngringo yaitu bakteri Fecal Coliform sehingga perlu dilakukan perhitungan total Coliform guna mengetahui adanya pencemaran di Sungai Ngringo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetehui total kelimpahan Coliform, kadar BOD (Biological Oxygen Demand) dan status mutu air berdasarkan PP RI No 22 Tahun 2021. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode random sampling. Pengambilan sampel terdiri dari 2 tempat yaitu hulu dan hilir. Hasil penelitian menunjukan Nilai BOD (Biological Oxygen Demand) pada bagian hulu air sungai Ngringo sebesar 1,08 mg/l dan pada bagian hilir sebesar 3,40 mg/l, sedangkan Nilai Fecal Coliform pada bagian hulu air sungai Ngringo sebesar 16000 MPN/100ml dan pada bagian hilir sebesar 5400 MPN/100ml. Berdasarkan hasil penelitian bahwa BOD masih memenuhi baku mutu menurut PP RI Nomor 22 tahun 2021 sedangkan nilai Fecal Coliform tersebut tidak memenuhi baku mutu menurut PP RI Nomor 22 tahun 2021 yang berarti terjadi pencemaran di Sungai Ngringo.