Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Meninjau Ulang Penggunaan Besaran Konsentrasi Normalitas pada Kimia Larutan Soebiyanto Soebiyanto; Petrus Darmawan
Biomedika Vol 10 No 1 (2017): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.297 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v10i1.229

Abstract

Pada volumetri, beberapa ahli kimia lebih lancar menyelesaikan hitungan kimia jika perbandingan zat yang bereaksi, adalah sama yaitu 1 : 1 secara stokiometri. Selama ini kita ketahui hampir semua buku petunjuk praktikum menggunakan suatu besaran konsentrasi yang disebut normalitas (N). Sebagaimana kita ketahui, bahwa molaritas suatu larutan secara langsung dapat dibuat dari penimbangan kristal suatu zat atau dapat dibuat dari pengenceran larutan pekatnya. Namun normalitas suatu larutan disamping tergantung pada molaritas larutan, sangat tergantung pula pada reaksi yang akan terjadi pada zat itu. Dengan demikian normalitas tidak dapat ditentukan ataupun dibuat jika tidak diketahui reaksi yang akan terjadi pada saat itu. Pengunaan normalitas dalam hitungan kimia larutan dirasakan sangat menyulitkan dan membingungkan sehingga penggunaannya perlu ditinjau ulang. Hal ini dikarenakan beberapa hal diantaranya: penyelesaian hitungan kimia larutan dengan menggunakan konsep normalitas hanya dapat diselesaikan jika ekivalen zat yang bereaksi selalu sama dan normalitas larutan hanya dapat ditentukan bila ek atau mek zat itu dalam volum larutan tertentu dapat ditentukan atau persamaan reaksi yang akan terjadi pada zat itu telah diketahui dengan pasti.
Penentuan Kadar Protein Pada Ampas Bir Limbah Industri Pabrik Bir Reni Feginanda; Soebiyanto Soebiyanto; Petrus Darmawan
Biomedika Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.778 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v10i2.277

Abstract

Ampas bir merupakan residu dari limbah industri yang telah diambil sarinya melalui proses pengolahan dengan bahan baku malt yang berasal dari biji barley. Ampas bir oleh masyarakat dimanfaatkan sebagai susbtitusi pakan untuk ternak. Apabila diperhatikan ampas bir dalam ketersediaan dan kontinuitas pengadaannya sudah mencukupi, sehingga masyarakat bisa lebih mudah dalam mendapatkannya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar protein pada ampas bir. Sampel dalam penelitian ini berupa ampas bir yang diperoleh dari distributor ampas bir di Kota Wonogiri. Penentuan kadar protein pada ampas bir yaitu menggunakan metode Gunning. Penentuan kadar protein ini melalui tiga tahap yaitu tahap dekstruksi, tahap destilasi, dan tahap titrasi. Kadar protein pada sampel ampas bir dihitung berdasarkan jumlah Nitrogen dikalikan dengan faktor konversi dari ampas bir yaitu Malt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein pada ampas bir adalah 9,45%
Gravimetri Tidak Langsung untuk Menetapkan Jumlah Air Kristal Petrus Darmawan; Soebiyanto Soebiyanto
Biomedika Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.999 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v11i2.423

Abstract

Gravimetri merupakan salah satu bagian utama dalam Kimia Analisa. Air kristal yang merupakan konstituen dalam beberapa searyawa kimia dapat ditentukan pula dengan cara gravimetri langsung, dimana bahan dilakukan pemanasan dengan oven selama waktu tertentu sampai berat konstan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif yang lain pada penetapan jumlah air kristal dalam suatu senyawa kimia, dimana dalam hal ini dilakukan penambahan reagen pengendap Na SO 3 M pada larutan BaCl . 2 4 2 Endapan yang terbentuk kemudian dilakukan pemanasan dengan oven sampai didapat berat konstan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan cara gravimetri tidak langsung, tidak berbeda dengan cara gravimetri langsung.
Analisis Pengawet Natrium Benzoat pada Selai Stroberi Curah di Pasar Tradisional Chintya Putri Wira Dhika Luwitono; Petrus Darmawan
Biomedika Vol 12 No 2 (2019): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.05 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v12i2.533

Abstract

Sodium benzoate is an artificial preservative that works to make food last longer. The maximum limit of the use of sodium benzoate on fruit jam according to SNI 01-0222-1995 is 1 g/kg. Strawberry jam in the market is possible to use preservative sodium benzoate that exceeds the quality standard so an analysis is needed. Determination of preservative levels of sodium benzoate in strawberry jam according to SNI 01-2894-1992 using the alkalimetry method. The principle of this method is the neutralization reaction between acids and bases, where H+ ions from acids will react with OH- ions from bases to form a neutral salt. The filtrate resulting from the extraction of the strawberry sample is evaporated on a water bath and the residue obtained is dried in a desiccator. The residue was dissolved in neutral 70% ethanol and added with a 1% PP indicator solution. The solution is then titrated with a standard NaOH solution. The end point of the titration is marked with a constant pink color. Based on the results of the study, there were 10 samples of bulk strawberry jam sold in several traditional markets in Jebres sub-district, Surakarta, where 8 samples were positively containing sodium benzoate. The preservative concentration of sodium benzoate in the A1 market sample is 1.327 g/kg, market sample A2 is 1.490 g/kg, market sample B1 is 1.030 g/kg, market sample B2 is 1.451 g/kg, market sample C2 is 1.444 g/kg, E market sample is 1.077 g/kg, F1 market sample is 1.431 g/kg and F2 market sample is 1.635 g/kg. When compared with the maximum limit of the use of sodium benzoate, bulk strawberry jam sold in several traditional markets in Jebres sub-district Surakarta which is positive sodium benzoate does not meet the requirements of SNI 01-0222-1995.
PERANCANGAN ALAT PENGEPRESS TAHU UNTUK TINGKAT INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN GOOGLE SKETCHUP Petrus Darmawan; Erni Suparti
Tekinfo: Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi Vol 2 No 1 (2013)
Publisher : Program Studi Teknik Industri Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1298.68 KB)

Abstract

Latar belakang dari penelitian ini adalah masih digunakannya alat press tahu tradisional yang berupa batu dengan berat 10 – 15 kg. Batu tersebut diangkat ke atas papan cetak oleh karyawan di industri tahu. Proses tersebut dapat menimbulkan kelelahan pada karyawan karena karyawan harus melakukannya berulang – ulang. Dengan latar belakang tersebut maka dirancanglah alat press tahu yang meringankan beban angkat dari karyawan. Metode yang akan dipakai dalam pencapaian tujuan tersebut diawali dengan identifikasi masalah, identifikasi kebutuhan pemakai alat, perancangan alternatif desain dengan google sketchup, dan menguji hasil rancangan. Pegujian hasil rancangan dilakukan dengan menghitung konsumsi energi yang dikeluarkan karyawan setelah melakukan pengepressan menggunakan alat hasil rancangan. Hasil perhitungan menunjukkan rata – rata konsumsi energi ketika masih digunakan press tahu manualsebesar 0,62 kkal/menit. Sedangkan rata – rata konsumsi energi setelah menggunakan alat press tahu hasil rancangan yaitu sebesar 0,25 kkal/menit. Dapat disimpulkan bahwa alat hasil rancangan dapat mengurangi beban karyawan.
Degradation Degradasi Pewarna Tekstil Remazol Violet 5R Dengan Metode Elektrooksidasi Menggunakan Elektroda Grafit: Degradation of Remazol Violet 5R Textile Dyes with Electrooxidation Method Using Graphite Electrode Suseno Suseno; Petrus Darmawan; Peni Pujiastuti; Sumardiyono Sumardiyono
JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN Vol. 8 No. 2 (2022): JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN
Publisher : LPPM Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jstl.v8i2.370

Abstract

Remazol Violet 5R textile dye degradation experiment has been carried out by electrooxidation method using graphite electrodes. The electrooxidation device consists of a plastic tub with a size (p x l x h) = 20 x 20 x 25 cm which is equipped with an electric stirrer and graphite electrodes using a used battery anode. Graphite electrodes consist of 3 pairs arranged in parallel. This dye degradation experiment was carried out using a batch system (not continuous) with variations in stirring time of 15, 30, 45, and 60 minutes, while the other variables were fixed, namely the concentration of dye 100.24 mg/liter, electrolyte NaCl 2.06 g/liter, 12 V voltage, and a stirring speed of 250 rpm. The dye solution before degradation and after degradation was measured for absorbance using a UV-Vis spectrophotometer at the maximum wavelength, to determine the percentage decrease in absorbance and optimum contact time. The experimental results showed that the percentage decrease in absorbance was constant after a contact time of 30 minutes with an absorbance of 98.36%. This indicates that the optimum contact time for the degradation of Remasol Violet 5R dye is 30 minutes. From the experiments that have been carried out, it can be concluded that the electrooxidation method using graphite electrodes can be used as an alternative waste treatment method, especially in terms of removing dyes in textile industry wastewater.
Analysis Of Preservatives in Jelly at Traditional Markets: Analisis Pengawet pada Jelly Agar di Pasar Tradisional Dinar Wahyu Utami; Petrus Darmawan
Jurnal Kimia dan Rekayasa Vol. 1 No. 1 (2020): Jurnal Kimia dan Rekayasa Edisi Juli 2020
Publisher : Program Studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.427 KB) | DOI: 10.31001/jkireka.v1i1.7

Abstract

Jelly is a processed food product from seaweed that is given fruit juice, sugar and water and has a semi-solid but chewy texture. Jelly producers add food preservatives to maintain quality and extend shelf life. Permitted preservatives and commonly used for jelly products are sodium benzoate, potassium sorbate and sulfur dioxide. Each preservative is regulated the maximum limit of its use in the Head of BPOM RI Regulation No. 36 of 2013. This study aims to determine the content and levels of preservatives contained in jelly products.Qualitative analysis was carried out on preservatives of sodium benzoate, potassium sorbate and sulfur dioxide whether found in jelly products sold in traditional markets in the District of Jebres, Surakarta. Furthermore, quantitative analysis was carried out to determine the levels of preservatives contained in jelly agar products. Quantitative analysis of preservatives in jelly products by titrimetry and HPLC methods.The results showed that of the four jelly samples analyzed, there were three positive jelly samples containing sodium benzoate preservative with each Jelly A level of 688,559 mg / kg; Jelly B is 488,161 mg / kg and Jelly C is 139,711 mg / kg. There are 2 samples of jelly that do not meet the quality standards according to the Head of BPOM RI Regulation No. 36 of 2013 ie samples of Jelly A and Jelly B because more than 200 mg / kg. Abstrak Jelly agar merupakan produk olahan pangan dari rumput laut yang diberi sari buah-buahan, gula dan air serta memiliki tekstur setengah padat namun kenyal. Produsen jelly agar menambahkan bahan pengawet makanan untuk mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpan. Bahan pengawet yang diperkenankan dan biasa digunakan untuk produk jelly agar adalah natrium benzoat, kalium sorbat dan belerang dioksida. Masing-masing bahan pengawet tersebut diatur batas maksimum penggunaannya dalam Peraturan Kepala BPOM RI No. 36 Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan dan kadar pengawet yang terdapat pada produk jelly agar. Analisis kualitatif dilakukan terhadap bahan pengawet natrium benzoat, kalium sorbat dan belerang dioksida apakah terdapat pada produk jelly agar yang dijual di pasar tradisional di Kecamatan Jebres, Surakarta. Selanjutnya dilakukan analisis kuantitatif untuk mengetahui kadar bahan pengawet yang positif terdapat pada produk jelly agar. Analisis kuantitatif bahan pengawet pada produk jelly agar dengan metode titirimetri dan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan dari keempat sampel jelly agar yang dianalisis, terdapat tiga sampel jelly agar yang positif mengandung bahan pengawet natrium benzoat dengan kadar masing-masing Jelly A sebesar 688,559 mg/kg; Jelly B sebesar 488,161 mg/kg dan Jelly C sebesar 139,711 mg/kg. Terdapat 2 sampel jelly agar yang tidak memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Kepala BPOM RI No. 36 Tahun 2013 yaitu sampel Jelly A dan Jelly B karena lebih dari 200 mg/kg.
Remazol Blue (RS) P Textile Dyestuff Removal Using Electrocoagulation Method With Iron Metal Electrodes: Penghilangan Zat Warna Tekstil Remazol Blue (RS)P Dengan Metode Elektrokoagulasi Menggunakan Elektroda Logam Besi Suseno; Argoto Mahayana; Petrus Darmawan
Jurnal Kimia dan Rekayasa Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Kimia dan Rekayasa Edisi Januari 2021
Publisher : Program Studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31001/jkireka.v1i2.14

Abstract

An experiment  removed of remazol blue (RS) P textile dye has been carried out  using the electrocoagulation method with iron  metal electrodes. The electrocoagulation apparatus consists of a plastic tub with a size (w x l x h) = 20 x 20 x 25 cm equipped with an electric stirrer and 3 pairs of iron metal electrodes with a diameter of 12 mm and a length of 120 mm. The iron  used is SNI concrete iron rods which are commonly used for building construction. This dye removal experiment was carried out using a batch system (not continuous) with a variation of stirring time of 15, 30, 45, and 60 minutes, while the other variables are made fixed, namely the dye concentration of 100.24 mg / liter, electrolyte NaCl 4.12 g / liter, voltage 12 V, and stirring speed 250 rpm. The absorbance of the dye solution before and after the electrocoagulation process was measured using a UV-Vis spectrophotometer at the maximum wavelength, to determine the percentage of absorbance reduction. The results showed that the largest percentage reduction in absorbance was 98.31%, which was achieved at 45 minutes of contact time. This study proves that the electrocoagulation method using ferrous metal electrodes can be used as an alternative method of waste treatment, especially in terms of removing dyes in textile industrial wastewater. AbstrakTelah dilakukan percobaan penghilangan zat warna tekstil remazol blue  (RS)P dengan metode elektrokoagulasi menggunakan elektroda logam besi. Alat elektrokoagulasi terdiri dari bak plastik dengan ukuran (p x l x t ) = 20 x 20 x 25 cm yang dilengkapi dengan pengaduk elektrik dan 3 pasang elektroda logam besi dengan garis tengah 12 mm dan panjang 120 mm. Logam besi yang digunakan adalah batang besi beton SNI yang biasa digunakan untuk konstruksi bangunan. Percobaan penghilangan zat warna ini dilakukan menggunakan sistem batch ( tidak kontinyu) dengan variasi waktu pengadukan 15, 30, 45, dan 60 menit, sedangkan variabel lainnya dibuat tetap yaitu konsentrasi zat warna 100,24 mg/liter, elektrolit NaCl 4,12 g/liter, voltase 12 V, dan kecepatan pengadukan 250  rpm. Larutan zat warna sebelum dan sesudah proses elektrokoagulasi diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum, untuk menentukan persentase penurunan absorbansinya. Hasil percobaan menunjukkan bahwa persentase penurunan absorbansi terbesar adalah 98,31 %, tercapai pada waktu kontak 45 menit. Penelitian ini membuktikan bahwa metode elektrokoagulasi menggunakan elektroda logam besi dapat digunakan sebagai alternatif metode pengolahan limbah khususnya dalam hal menghilangkan pewarna dalam limbah cair industri tekstil.
Analysis of Ash Contents in Wheat Flour by The Gravimetric Method: Analisis Kadar Abu dalam Tepung Terigu dengan Metode Gravimetri Elisabeth Kinanthi Pangestuti; Petrus Darmawan
Jurnal Kimia dan Rekayasa Vol. 2 No. 1 (2021): Jurnal Kimia dan Rekayasa Edisi Juli 2021
Publisher : Program Studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.016 KB) | DOI: 10.31001/jkireka.v2i1.22

Abstract

Wheat flour is flour derived from seeds wheat which goes through the process of washing, stripping the husks, milling and bleaching until it forms a smooth and white flour. Ash content is an inorganic substance in wheat flour that does not burn out and does not evaporate during the combustion process. Ash content can be used to evaluate the nutritional value of a food ingredient and show the total minerals contained in that material which can be toxic, where the higher the ash content, the worse the quality of the food ingredient. The maximum ash content in wheat flour as a food ingredient according to SNI 3751: 2018 is 0.70%. The determination of the ash content in wheat flour was carried out by the gravimetric method (SNI 3751: 2018), which is to digest the organic components of the sample at high temperature in the furnace without a flame until gray-white ash is formed and a constant weight is achieved. The results of the analysis of wheat flour showed that the ash content in sample A was 0.46%, sample B was 0.58%, sample C was 0.57%, and sample D was 0.63%. From the results obtained, the four samples of wheat flour based on their ash content met the SNI 3751: 2018 requirements. AbstrakTepung terigu merupakan tepung yang berasal dari biji gandum yang telah dicuci, dikupas sekamnya, digiling, dan diputihkan (bleaching) sampai terbentuk tepung terigu yang berwarna putih dan halus. Kadar abu merupakan zat anorganik di dalam tepung terigu yang tidak habis terbakar dan tidak menguap dalam proses pembakaran. Kadar abu dapat digunakan untuk mengevaluasi nilai gizi bahan pangan serta menunjukkan total mineral yang dapat bersifat toksik yang terkandung dalam bahan tersebut, dimana semakin tinggi kadar abu akan semakin buruk kualitas bahan pangan tersebut. Kadar abu maksimal pada tepung terigu sebagai bahan makanan menurut SNI 3751:2018 adalah sebesar 0,70%. Penentuan kadar abu dalam tepung terigu dilakukan dengan metode gravimetri (SNI 3751:2018), yaitu mendestruksi sampel pada suhu tinggi di dalam furnace tanpa terjadi nyala api sampai membentuk abu yang berwarna putih keabuan dan tercapainya bobot konstan. Hasil analisis tepung terigu pada sampel A didapatkan kadar abu sebesar 0,46%, sampel B sebesar 0,58%, sampel C sebesar 0,57%, dan sampel D sebesar 0,63%. Dari hasil yang didapatkan, keempat sampel tepung terigu tersebut berdasarkan kadar abunya memenuhi persyaratan SNI 3751:2018.
Analysis of Peroxide Numbers and Free Fatty Acids in Unbranded Bulk Cooking Oil in Traditional Markets: Analisis Bilangan Peroksida Dan Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng Curah Tidak Bermerek Di Pasar Tradisional Greiszya Priskila; Petrus Darmawan
Jurnal Kimia dan Rekayasa Vol. 3 No. 1 (2022): Jurnal Kimia dan Rekayasa Edisi Juli 2022
Publisher : Program Studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31001/jkireka.v3i1.41

Abstract

Unbranded bulk cooking oil is widely sold in traditional markets at low prices. Cooking oil sold in the market must meet the quality set by the government, where cooking oil that does not meet the requirements will have an impact on health. The parameters used to determine the quality of cooking oil include the content of free fatty acids and peroxide numbers. The purpose of this study is to determine the levels of free fatty acids and peroxide numbers in unbranded bulk cooking oil and to determine whether the unbranded bulk cooking oil meets the requirements of SNI 7702: 2012. Determination of free fatty acids is done by the alkalimetry method using ethanol 95% neutral and PP indicator 1% then titrated with a standard NaOH solution to a pink color. The determination of the peroxide number was carried out by the iodometric method with the addition of glacial acetic acid: isooktan and saturated KI which was then titrated with a standard solution of sodium thiosulfate with the addition of 1% amylum indicator until the blue color disappeared. The results showed that all unbranded bulk cooking oil samples sold in the traditional market in Jebres Subdistrict, Surakarta had met the requirements for free fatty acid parameters, while for peroxide numbers only contained 1 sample that met the requirements of the seven samples, namely samples from the E market. AbstrakMinyak goreng curah tidak bermerek banyak dijual dipasar tradisional dengan harga yang murah. Minyak goreng yang dijual dipasaran harus memenuhi mutu yang ditetapkan oleh pemerintah, dimana minyak goreng yang tidak memenuhi persyaratan akan berdampak bagi kesehatan. Parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas minyak goreng antara lain adalah kandungan asam lemak bebas dan bilangan peroksida. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida dalam minyak goreng curah tidak bermerek dan untuk mengetahui apakah minyak goreng curah tidak bermerek tersebut sudah memenuhi persyaratan SNI 7702:2012. Penentuan asam lemak bebas dilakukan dengan metode alkalimetri menggunakan etanol 95% netral dan indikator PP 1 % kemudian di titrasi dengan larutan standar NaOH sampai warna merah muda. Penetapan bilangan peroksida dilakukan dengan metode iodometri dengan penambahan asam asetat glasial : isooktan dan KI jenuh yang kemudian dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat dengan penambahan indikator amylum 1% sampai warna biru hilang. Hasil penelitian menunjukan semua sampel minyak goreng curah tidak bermerek yang dijual di pasar tradisional Kecamatan Jebres, Surakarta telah memenuhi syarat untuk parameter asam lemak bebas, sedangkan untuk bilangan peroksida hanya terdapat 1 sampel yang memenuhi syarat dari ke tujuh sampel, yaitu sampel dari pasar E.