Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

KAJIAN PENGARUH PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR WADUK JATILUHUR (STUDI KASUS: KECAMATAN TEGALWARU, KECAMATAN SUKASARI, KECAMATAN SUKATANI, KECAMATAN JATILUHUR) Pratama, Fauzan Arkan; Chamid, Chusharini
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jpwk.v16i2.3927

Abstract

ABSTRAKTerdapat empat kecamatan yang berdekatan dengan Waduk Jatiluhur, kecamatan tersebut adalah Kecamatan Jatiluhur, Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukatani, dan Kecamatan Tegalwaru. Dilihat dari penelitian sebelumnya tahun 2016, hasil uji laboratorium sampel air yang dilakukan pada penelitian sebelumnya di Waduk Jatiluhur menunjukan bahwa dari seluruh parameter yang dijadikan patokan dalam penilaian kualitas air, parameter BOD berdasarkan SNI 6989.72:2009 dan COD berdasarkan SNI 6989.2:2009 yang sudah melampaui batas. Nilai baku mutu BOD yaitu sebesar 2 mg/l namun berdasarkan hasil uji lab menunjukan nilai 6,34 mg/l dan nilai baku mutu COD sebesar 10 mg/l sedangkan hasil uji lab menunjukan nilai 17,6759 mg/l. Kedua parameter tersebut melampui standar baku mutu. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi penggunaan lahan di sekitar Waduk Jatiluhur, mengidentifikasi kondisi kualitas air Waduk Jatiluhur saat ini, dan mengidentifikasi pengaruh penggunaan lahan yang ada di sekitar Waduk Jatiluhur terhadap kualitas air Waduk Jatiluhur. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis indeks pencemaran (kualitas air) dan analisis pengaruh penggunaan lahan. Berdasarkan analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa dari beberapa jenis penggunaan lahan yang berada di sekitar Waduk Jatilihur didominasi oleh tiga jenis penggunaan lahan, yaitu: pertanian, perkebunan, dan permukiman. Hasil dari analisis indeks pencemaran didapatkan bahwa kualitas air Waduk Jatiluhur yang diambil dari setiap titik sample pada empat Kecamatan masuk ke dalam kriteria tercemar ringan dan tercemar sedang, dimana pada titik sampel masing-masing kecamatan terdapat kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Total Padatan Terlarut (TSS) melebihi baku mutu yang dimana parameter ini merupakan hasil dari limbah kegiatan penggunaan lahan pertanian, perkebunan dan permukiman.Kata kunci: Penggunaan Lahan, Kualitas Air, PencemaranABSTRACTThere are four district around the Jatiluhur Dam, the four districts are Tegalwaru District, Sukasari District, Sukatani District, and Jatiluhur District. Looking from previous research, the results of the laboratory test sample water taken on previous research on 2016 in Jatiluhur Dam, water quality parameters BOD and COD based on SNI 6989.2:2009 already exceeds the limit. BOD quality value is 2 mg/l while the lab test results is 6.34 mg/l and tvalue quality of COD is 10 mg/l while the lab test results is 17.6759 mg/l. Both these parameters have been passed quality standard for clean water. The purpose of this research is to identify the condition of land use in the vicinity Jatiluhur Dam, identifying water quality conditions Jatiluhur Dam at this time, and identify the influence of land use around Jatiluhur Dam to the water quality of Jatiluhur Dam. The analysis undertaken in this study is the analysis of an index of pollution (water quality) and the analysis of the impact of land use. Based on the results of the analysis, it was found that several types of land uses around Jatilihur Dam is dominated by 3 different types of land uses, namely: agriculture, plantations and settlements. Then the results of the analysis of the results obtained as a pollution index that the Jatiluhur Dam water quality from every point of the sample in 4 districts entered into lightly contaminated and medium contaminated, where at each sample point district there are Biochemical Oxygen Demand content (BOD) and Total dissolved solids (TSS) quality that exceeds the limits of the parameter  result of waste activities the use of agricultural land, plantations and settlements. Keywords: Land Use, Water Quality, Pollution
KAJIAN PENYERAPAN LOGAM BERAT AIR RAKSA (Hg) DENGAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF BATUBARA SUB-BITUMINUS YANG DIKARBONISASI (COALITE) Solihin Solihin; Chusharini Chamid; Garlan Sugarba
Bumi Lestari Journal of Environment Vol 9 No 2 (2009)
Publisher : Environmental Research Center (PPLH) of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of diversification usage of coal is made for carbon active. The main element in coal which is very useful for carbon active is carbon (C) as other raw materials such as bone, coffee bean, coconut shell, etc. This research used carbonized coal from PT.Bukit Asam as a media to absorb methyl mercury (CH3Hg+2) solution. The carbonized coal has iodine number of ± 386 mg/gram after it was activated at 9000C for 1 hour. It has an adsorption level of 70-80% because the SEM photograph showed a pore size of coarse fraction higher than fine fraction. The degree of saturation is influenced by the grain size of the coal carbon active where the saturation degree of coarse fraction was relatively faster than the fine fraction. Moreover, weightier and bigger debit of carbon active could adsorb higher MeHg concentration.
PROGRAM KESADARAN BAHAYA MERKURI DAN SIANIDA DI DAERAH LINGKAR TAMBANG: STUDI KASUS DAERAH KAO TELUK, MALIFUT DAN KAO, HALMAHERA UTARA B. Sulistijo; Chusharini Chamid; Electronita Duan; Johana Tandisalla; Razak Karim; Ruslan Umar; Nurany Nurany; Suyeti Amir; Steven Ewamony
Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI 2018: Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.819 KB) | DOI: 10.36986/ptptp.v0i0.21

Abstract

Daerah lingkar tambang adalah daerah yang sangat rentan untuk tumbuhnya pengolahan emas dengan menggunakan metode amalgamasi dan sianidasi yang diinisiasi oleh masyarakat pendatang. Oleh fungsi waktu akhirnya masyarakat lokal menguasai teknologi amalgamasi dan sianidasi. Aktifitas ini semakin marak jika bijih emas mempunyai sifat yang cocok untuk diolah dengan amalgamasi dan dilanjutkan dengan sistem sinaidasi. Tambang rakyat ini merupakan isu yang kompleks, dan sama halnya dengan yang terjadi di berbagai negara lain, umumnya orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tambang jenis ini di Kao teluk, Malifut dan Kao kabupaten  Halmahera Utara merupakan orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan tidak memiliki alternatif mata pencaharian yang lain yang lebih baik. Menjadi tanggungjawab bagi setiap individu dalam masyarakat untuk memberikan pengetahuan pada orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tambang rakyat dan tambang skala kecil ini dalam praktik penggunaan merkuri dan sianida dengan aman. Metode ini telah berhasil dengan baik dengan melibatkan lebih dari 900 orang mulai dari anak-anak SD, SMP dan SMA yang orangtuanya/keluarganya terlibat dalam pengolahan emas, Puskemas, Remaja Gereja, Jemaat Gereja, Ibu-ibu Pengajian, Puskemas, Ibu-ibu di enclove pengolahan emas serta penambangan emas itusendiri. Terbentuknya penyuluh-penyuluh untuk pertambangan emas traditional yang mengerti adat dan bahasa lokal sangat penting dan lebih efektif jika didukung bahan-bahan penyuluhan yang kominikatif yang mengacu kepada adat dan kegiatan local.
Kajian Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Gunungapi Sinabung Dhahnel Firdaus Malik; Hilwati Hindersah; Chusharini Chamid
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 17 No. 1 (2022)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jpwk.v17i1.594

Abstract

Gunungapi Sinabung mengalami kembali erupsi pada Tahun 2010, sejak erupsi pertama pada Tahun 1600. Erupsi tersebut menyemburkan debu vulkanik setinggi 3 sampai 5 kilometer dan gempa bumi vulkanis hingga 100 kilometer di sekitar Gunungapi Sinabung. Letusan tahun 2010 – 2017 telah mengubah sebagian tutupan lahan di kawasan ini. Beberapa lahan pertanian dan permukiman tertutup material letusan gunungapi mencapai sekitar 757 Ha. Mempertimbangkan kondisi tersebut, pemerintah menetapkan radius 3 hingga 5 Km sebagai kawasan lindung yang sebelumnya merupakan kawasan budidaya. Saat ini, penggunaan lahan didominasi oleh kegiatan perkebunan dan hortikultura. Penelitian ini bertujuan merumuskan arahan pemanfaatan ruang yang mampu mendorong upaya pengurangan risiko bencana pada Kawasan Gunungapi Sinabung dan sekitarnya. Dalam mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan analisis analogi, yang kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hasil analisis menunjukan bahwa kebijakan pada kawasan rawan bencana letusan gunungapi pemanfaatan ruang yang merupakan kawasan lindung, pemanfaatannya masih dapat dilakukan kegiatan budidaya secara terbatas serta menerapkan peraturan zonasi untuk dapat membatasi pembangunan di daerah berisiko dan meminimalkan potensi hilangnya korban jiwa dan properti.
INVESTIGASI DAN REKAYASA TAPAK REKLAMASI: STATE OF ART SUATU SOLUSI UNTUK MENUNJANG PASCATAMBANG TIMAH ALLUVIAL YANG BERKELANJUTAN Budi Sulistijo; Chusharini Chamid; Adriyanto D Kusumo
Indonesian Mining Professionals Journal Vol 2, No 2 (2020): November
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36986/impj.v2i2.37

Abstract

Reklamasi pada area bekas tambang merupakan salah satu tantangan untuk merepresentasikan wujud nyata manajemen berkelanjutan pada sektor pertambangan Indonesia. Kerangka kerja peraturan reklamasi dan pasca tambang di Indonesia menetapkan berbagai persyaratan untuk melaksanakan kegiatan reklamasi dan pasca tambang. Sebagai langkah awal, para pemangku kepentingan diwajibkan untuk berkonsultasi secara detail tentang peraturan-peraturan yang berlaku. Reklamasi timah alluvial (dan kemungkinan endapan logam alluvial lainnya) merupakan masalah yang pelik dalam mewujudkan program reklamasi pasca tambang yang berkelanjutan. Sering kali program reklamasi gagal karena adanya proses penambangan kembali di lahan yang sudah direklamasi. Masalah utama dalam proses reklamasi timah alluvial adalah bahaya geologi, hidrologi, hidrogeologi dan penambangan kembali. Dengan adanya data-data yang baik maka akan dapat dilakukan rekayasa teknik yang baik untuk mewujudkan reklamasi yang berkelanjutan. Penerapan teknologi tepat guna untuk mengantisipasi bahaya geologi, hidrogeologi, hidrologi serta monitoringnya sehingga aspek yang akan mengurangi keberhasilan program reklamasi sudah dapat diantisipasi sejak awal sehingga program pencegahannya dapat dilakukan sejak dini. Proses sterilisasi yang baik dilakukan sejak awal proses penambangan ataupun dilakukan sebelum proses penutupan tambang agar proses reklamasi dapat berjalan secara berkelanjutan. 
Kajian Pengendalian Pencemaran Air Laut Berdasarkan Partisipasi Masyarakat di Kawasan Pesisir Pantai Santolo Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut Bitta Ikarani Wiyajanti; Chusharini Chamid
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.471 KB) | DOI: 10.29313/jrpwk.v1i1.74

Abstract

Abstract. The coastal zone’s Santolo Beach is a place for traditional fishers that would be a great tourist destination. It also were the areas as a dock (port) fishermen’s activities for a vessel or boat is in that area. Based on RT and RW Kabupaten Garut 2011 -2031 south of Garut area set down as tourism area, and Pantai Santolo is one of them. How ever condition of Pantai Santolo is full of waste. This condition is disturbing visualization and affect to quality of that environment. This study using a model contamination index (IP) analysis by using the measurement result the quality of coastal waters of Santolo Beach. Based on the analysis using the model, the result is that coastal waters Santolo classified as a middle unclean coast. The research also informed with information obtained using questionnaire for local and tourist respondents. Based on the results of questionnaire the level of public participation of pollution contros strateggy in coastal’s Santolo Beach is in the informing step. Pollution control strategy needs invovlvement of several parties which is government, government on that area, and also the peoples for established a productive and suistanable coastal zone. Abstrak. Kawasan Pantai Santolo merupakan berkumpulnya nelayan tradisional yang akan dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata yang indah. Pantai Santolo juga merupakan daerah untuk kegiatan nelayan sebagai dermaga (pelabuhan) kapal ikan atau perahu. Berdasarkan RT dan RW Kabupaten Garut 2011 –2031 kawasan Garut Selatan di tetapkan sebagai kawasan peruntukkan pariwisata, salah satunya adalah Pantai Santolo yang terdapat di Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut. Namun kondisi di area Pantai Santolo dipenuhi dengan sampah. Kondisi ini sangat mengganggu visualisasi dan juga mempengaruhi kualitas lingkungan. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan masih sangat kurang. Penelitian ini menggunakan analisis dengan model Indeks Pencemaran (IP) dengan menggunakan hasil pengukuran kualitas perairan Pantai Santolo. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan model tersebut, didapatkan hasil bahwa perairan Pantai Santolo diklasifikasikan sebagai pantai yang cemar sedang. Penelitian ini juga didasari dengan informasi yang didapat menggunakan kuisioner dengan target responden penduduk setempat dan wisatawan. Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan informasi bahwa tingkat partisipasi masyarakat terhadap penyusunan strategi pengendalian pencemaran kawasan pesisir berada pada tahapan memberikan informasi. Pengendalian pencemaran perlu adanya keterlibatan beberapa pihak, yaitu pihak pemerintah, aparat desa, serta masyarakat demi terciptanya kawasan pesisir yang produktif dan berkelanjutan.
Identifikasi Dampak Keberadaan Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit terhadap Lingkungan berdasarkan Persepsi Masyarakat di Kelurahan Pematang Pudu Kabupaten Benkalis Fajrul Amri; Chusharini Chamid
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.73 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i1.1411

Abstract

Abstract. This study aims to identify the impact of the existence of the factory on the environment. The palm oil processing factory was established in 2017, the existence of this palm oil processing has a negative impact on the environment. It is characterized by environmental pollution including: air pollution, river water pollution, and even damage to roads. The analysis used in this research is Land Use Analysis, Scoring Weighting Analysis, Air Quality Analysis, Water Quality Analysis using quantitative descriptive methods. The results of this analysis indicate that the most dominant land use in Pematang Pudu is plantations based on the total area. Air quality conditions based on the results of physical analysis using sentinel 5-P NO2 gas images show that the air quality in Pematang Pudu Village is poor or polluted, this is seen from the 2017 trend of increasing NO2 gas to 2019, while based on public perception, the quality of the air produced Factory chimneys emit thick black smoke and a strong stench. Physical analysis of water quality using the analysis of the pollution index method with laboratory tests showing the results into the heavily polluted category, water sampling was carried out in the upstream and downstream parts of the Pematang Pudu river. Meanwhile, based on the results of community perception by conducting field observations and interviews that the existence of an oil palm processing factory has polluted the pudu river because the waste pool has burst and leads to the river flow. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak keberadaan pabrik terhadap lingkungan. Pabrik pengolahan kelapa sawit berdiri pada tahun 2017, keberadaan pengolahan kelapa sawit ini menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Hal tersebut ditandai dengan adanya pencemaran lingkungan diantaranya : pencemaran udara, pencemaran air sungai , dan bahkan kerusakan pada jalan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Penggunaan Lahan, Analisis Pembobotan Skoring, Analisis Kualitas Udara, Analisis Kualitas Air dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil analisis ini menunjukan bahwa penggunaan lahan yang paling dominan di Kelurahan Pematang Pudu adalah perkebunan berdasarkan jumlah luasan. Kondisi kualitas udara berdasarkan hasil analisis fisik menggunakan citra sentinel 5-P gas NO2 menunjukan bahwa kualitas udara di Kelurahan Pematang Pudu buruk atau tercemar, ini dilihat dari tren tahun 2017 mengalami kenaikan gas NO2 hingga 2019, sedangkan berdasarkan persepsi masyarakat menilai bahwa kualitas udara yang dihasilkan cerobong asap pabrik mengeluarkan asap hitam pekat dan bau busuk yang menyengat. Analisis fisik kualitas air dengan menggunakan analisis metode indeks pencemaran dengan dilakukannya uji laboratorium menunjukan hasil kedalam kategori cemar berat, pengambilan sampel air dilakukan di bagian hulu dan hilir sungai pematang pudu. Sedangkan berdasarkan hasil persepsi masyarakat dengan dilakukannya observasi lapangan dan wawancara bahwa keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit membuat sungai pudu tercemar dikarenakan kolam limbah jebol dan mengarah ke aliran sungai.
Arahan Penggunaan Ruang berdasarkan Tingkat Kekritisan Lahan di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung Irfan hilmi; Chusharini Chamid
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.071 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i1.1560

Abstract

Abstract. Critical land is unproductive land and has suffered physical, chemical and water damage. Critical land has an impact on decreasing soil quality, decreasing conservation and production functions. In Lagadar Village, Margaasih District, Bandung Regency. Land use is increasing, for various purposes such as the presence of industry in Lagadar Village as the impact of disturbing environmental sustainability and the existence of mines which can trigger erosion due to soil erosion in mining areas, therefore this incident can trigger land criticality. The purpose of this study was to develop a direction for the use of space based on the critical level of land in Lagadar Village, Margaasih District, Bandung Regency. The analytical method for determining land criticality uses a quantitative descriptive research design by describing the conditions observed in the field and being more specific. And to determine the criticality of land by scoring criticality parameters and map overlays referring to the P.4V-Set/2013 guideline regarding technical guidelines for compiling spatial data on critical land. The results of this study, for critical land, the distribution is in the use of land around mining with a critical land area of ​​about 3.1 Ha or equivalent to 0.74%. Some of the land is somewhat critical in areas around mining, agriculture and some are found in residential areas in Lagadar Village with a slightly critical land area of ​​42.2 Ha or about 9.90%. The direction of land rehabilitation is through vegetative conservation activities and technical civil conservation for handling critical land. Abstrak. Lahan kritis merupakan lahan yang tidak produktif dan telah mengalami kerusakan fisik, kimia, dan tata air. Lahan kritis berdampak kepada penurunan kualitas tanah, penurunan fungsi konservasi serta produksi. Di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Penggunaan lahan semakin bertambah, untuk berbagai kepentingan seperti keberadaan industri di Desa Lagadar menjadi dampak terganggunya keberlangsungan lingkungan dan keberadaan tambang yang dapat memicu terjadinya erosi karena terjadi pengikisan tanah pada wilayah pertambangan, maka dari kejadian tersebut dapat memicu terjadinya kekritisan lahan. Tujuan dari penelitian ini untuk menyusun arahan penggunaan ruang berdasarkan tingkat kekritis lahan di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Metode analisis penentuan kekritisan lahan menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan mendekripsikan keadaan yang diamati dilapangan serta lebih spesifik. Dan untuk penentuan kekritisan lahan dengan skoring parameter kekritisan dan overlay peta yang mengacu kepada pedoman P.4V-Set/2013 tentang petunjuk teknis penyusunan data spasial lahan kritis. Hasil dari penelitian ini, untuk lahan kritis sebarannya pada penggunaan lahan sekitaran pertambangan dengan luasan lahan kritis sekitar 3,1 Ha atau setara dengan 0,74%. Lahan agak kritis beberapa pada wilayah sekitar pertambangan, pertanian dan terdapat pada beberapa wilayah permukiman di Desa Lagadar dengan luasan lahan agak kritis 42,2 Ha atau sekitar 9,90%. Arahan rehabilitasi lahan adalah melalui kegiatan konservasi secara vegetatif dan konservasi sipil teknis untuk penanganan kekritisan lahan. Kata Kunci: Lahan Kritis, Rehabilitas, Dampak.
Kajian Kualitas Air Sub DAS Citanduy Menggunakan Metode Indeks Pencemaran dan Keterkaitannya dengan Guna Lahan Rahmi Zulhayati Hanifah; Chusharini Chamid
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.771 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i1.1986

Abstract

Abstract. One of the resources that is used regularly is water. The water quantity and quality is influenced by land use. If land use in watersheds are not accompanied by management and maintenance can cause erosion and deposition and increase critical land. Watersheds are ecosystems that have interrelated components either directly or indirectly. Based on the BPLHD of West Java Province in 2012, water quality status in Citanduy Watershed in all locations is heavily polluted. Thus, this study aims to examine the water quality of Citanduy River, Cimuntur River, Ciseel River and identify the impact caused by land use on the water quality of the river. The analysis used in this study is the analysis of clean water quality using the Pollution Index (PI) method and land use classification analysis. The result of this research is dominant land-use area is plantations of 34.3% with an area of 115,924 hectares. The smallest land-use area for residential land is 12.7% with an area of 43,177 hectares. At each site the water quality status is lightly polluted and does not fulfill the river water quality standard class 1. Sub-watershed Citanduy Hulu sites 1 and 2 have PIs 4.32 and 4.82. In Cimuntur Sub-watershed sites 3 and 4 have PIs 4.35 and 4.72. In the Cijolang sub-watershed sites 5 and 6 have PIs of 3.29 and 3.90. The Ciseel sub-watershed sites 7 and 8 have an PI of 3.50 and 4.31 and on the Citanduy River with the Combined Watershed it has an PI value of 3.7. Abstrak. Salah satu sumber daya yang dimanfaatkan secara berkala yaitu air. Kondisi kuantitas dan kualitas air dipengaruhi penggunaan lahan di sekitar sungai. Perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai tidak disertai dengan upaya pengelolaan dan pemeliharaan dapat menyebabkan erosi dan pengendapan serta menambah lahan yang kritis. Daerah aliran sungai merupakan ekosistem yang memiliki komponen saling terkait baik langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan BPLHD Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012, Status mutu air di Daerah Aliran Sungai Citanduy seluruh lokasi tercemar berat. Maka, penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas air pada Sungai Citanduy, Sungai Cimuntur, Sungai Ciseel dan mengidentifikasi dampak yang disebabkan oleh guna lahan pada kualitas air sungai tersebut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis kualitas air bersih menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) dan analisis klasifikasi guna lahan. Hasil dari penelitian ini adalah luas penggunaan lahan dominan adalah kebun sebesar 34,3% dengan luas 115.924 hektar. Luas penggunaan lahan paling kecil guna lahan permukiman sebesar 12,7% dengan luas 43.177 hektar. Pada setiap site status mutu air adalah cemar ringan dan tidak memenuhi baku mutu air sungai pada kelas 1. Sub DAS Citanduy Hulu site 1 dan 2 memiliki IP 4,32 dan 4,82. Pada Sub DAS Cimuntur site 3 dan 4 memiliki IP 4,35 dan 4,72. Pada Sub DAS Cijolang site 5 dan 6 memiliki IP 3,29 dan 3,90. Pada Sub DAS Ciseel site 7 dan 8 memiliki IP 3,50 dan 4,31 serta pada Sungai Citanduy dengan DAS Gabungan memiliki nilai IP 3,7.
Kajian Kerentanan Bencana Longsor yang Ditimbulkan oleh Alih Fungsi Lahan Belinda Cyrena Khairunnisa; Chusharini Chamid
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (804.281 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i2.2719

Abstract

Abstract. Lembang subdistrict is an administration located in the area of the foot of Mount Tangkuban Parahu which greatly affects the shape of the topography. The geographical shape of Lembang District consists of two formations including iereng or ridge and plains. Lembang sub – district has a slope between 8 - >40% so that puts the Lembang Sub-District as a disaster-prone area. In 2022 there was a landslide in Kampung Cikole, Cikole village RT 3 RW 6 which threatened 3 residents 'houses, and the last one occurred in April 2022 a landslide caused damage to residents' houses and closed road access precisely in Kampung Sukanagara Pagerwangi Village, Lembang District. The purpose of this study is to determine the level of vulnerability of landslides due to land function aIih and determine the level of vulnerability of landslides due to land function aIih. The study approach used in this study is to use a quantitative descriptive research approach by calculating the vulnerability of landslides and calculate the landslide Vulnerability Index which refers to the regulation of the head of BNPB No. 2 of 2012. The results of this study found that the highest rate of iahan use that occurred in Lembang district was found in the use of residential Iahan from 2011 to 2019 increased by 2,527 Ha, landslides with high potential including Suntenjaya Village, Langensari Village, Mekarwangi Village, Cibogo Village and Cikole Village and the vulnerability of landslides obtained was low vulnerability. Abstrak. Kecamatan Lembang merupakan administrasi yang berada dalam kawasan kaki Gunung Tangkuban Parahu yang dimana sangat mempengaruhi bentuk topografinya. Bentuk geografis Kecamatan Lembang terdiri dari dua bentukan diantaranya lereng atau punggung bukit dan dataran. Wilayah Kecamatan Lembang memiliki kemiringan lereng antara 8 – >40% sehingga menempatkan wilayah Kecamatan Lembang sebagai daerah rawan bencana. Pada tahun 2022 terjadi longsor di Kampung Cikole, Desa Cikole RT 3 RW 6 yang mengancam 3 rumah warga, dan yang terakhir terjadi pada bulan April 2022 terjadi longsor yang mengakibatkan kerusakan rumah warga dan menutup akses jalan tepatnya di Kampung Sukanagara Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan tingkat kerawanan bencana longsor akibat alih fungsi lahan dan menentukan tingkat kerentanan bencana longsor akibat alih fungsi lahan. Pendekatan studi yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menghitung kerawanan bencana longsor dan menghitung indeks kerentanan bencana longsor yang mengacu pada Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012. Hasil dari penelitian ini didapatkan laju penggunaan Iahan yang terjadi di Kecamatan Lembang tertinggi terdapat di penggunaan lahan permukiman dari tahun 2011 ke 2019 mengalami peningkatan seIuas 2.527 Ha, longsor dengan potensi tinggi diantaranya Desa Suntenjaya, Desa Langensari, Desa Mekarwangi, Desa Cibogo dan Desa Cikole serta kerentanan bencana longsor yang didapatkan adalah kerentanan rendah.