Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Efektifitas Pemberian Tablet Tambah Darah Pada Remaja Terhadap Peningkatan Hemoglobin (Hb) Di STIKes Muhammadiyah Cirebon Tonasih Tonasih; Siti Difta Rahmatika; Ade Irawan
Jurnal SMART Kebidanan Vol 6, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Universitas Karya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34310/sjkb.v6i2.292

Abstract

Salah satu upaya untuk memutus mata rantai terjadinya stunting, Wali Kota Cirebon menetapkan pencanangan “Hari Minum Tablet Tambah darah (TTD)” terhadap para siswa SMP/MTs dan SMA/SMK/MA setiap hari rabu di Sekolah. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mempersiapkan generasi yang sehat, produktif dan berkualitas. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian TTD pada remaja putri terhadap peningkatan Haemoglobin (Hb) di STIKes Muhammadiyah Cirebon Tahun 2019. Metode Penelitian ini adalah quasi eksperimen, populasi mahasiswi di STIKes Muhammadiyah Cirebon dengan Total Sampling sebanyak 22 orang. Analisa data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan paired T test. Kadar hemoglobin pada responden sebelum diberikan tablet Fe didapatkan rata-rata kadar Hb sebesar 12.7 g/dl, sedangkan sesudah mengkonsumsi tablet Fe rata-rata kadar Hb sebesar 12.9 g/dl dengan P value 0,022 . Ada pengaruh pemberian tablet tambah darah pada remaja terhadap peningkatan Hb di STIKes Muhammadiyah Cirebon tahun 2019. Kata kunci:  anemia; tablet tambah darah; remaja putri
Aktivitas Ekstrak dan Fraksi Daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens L.) Terhadap Bakteri Streptococcus pyogenes Ade Irawan
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 6, No 2 (2020): TUNAS MEDIKA JURNAL KEDOKTERAN & KESEHATAN
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Bakteri Streptococcus pyogenes merupakan penghuni saluran pernapasan bagian atas manusia yang dapat menyebabkan berbagai macam infeksi diantaranya meningitis, bronchitis, meningitis,  faringitis, laringitis, otitis, bakteremia, dan infeksi saluran pernafasan. Meningkatnya angka kejadian resistensi terhadap antimikrobial sintesis, sehingga hal ini memerlukan solusi yang tidak bisa ditunda lagi. Metode: Penelitian dalam rangka mencari antimikrobial alternatif yang aman, efektif, poten dan tidak menimbulkan resistensi mutlak diperlukan untuk mengatasi hal ini. Hasil: Telah dilakukan pengujian aktivitas antibakteri ekstrak dan fraksi daun cabe rawit terhadap bakteri Streptococcus pyogenes. Simpulan: Dari pengujian yang telah dilakukan fraksi etil asetat mempunyai zona hambat yang paling besar terhadap pertumbuhan Streptococcus pyogenes.  Sedangkan dari skrining fitokimia yang telah dilakukan, dalam ekstrak etanolik daun cabe rawit terdapat senyawa sekunder alkaloid, flavonoid, saponin dan juga tanin.Kata Kunci: Daun Cabe Rawit, Antibakteri, Zona Hambat ABSTRACT Introduction: Streptococcus pyogenesis a normal flora in the upper respiratory tract of humans which can cause pharyngitis, laryngitis, otitis, bronchitis, bacteremia, meningitis, and other infectious processes including respiratory tract infections. The increase in resistance to antimicrobial synthesis requires a solution that can no longer be delayed. Methods: Research  in order to find alternative antimicrobial  safe, effective, potent and does not create the indispenable resistance is absolutely necessary to overcome this. Results: An antibacterial extract and fraction activity of chili leaf against Streptococcus pyogenes has been tested . Conclusions: From the studywas done, ethyl acetate fraction has the greatest inhibition zone on the growth of Streptococcus pyogenes. As for the phytochemistry was done, the ethanolic extract of chili leave contains secondarycompounds like alkaloids, flavonoids, saponins and tannins.Keywords: Chili, Antibacterial, Inhibit Zone Leaves
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Aseton Teratai Putih (Nymphaeae alba) terhadap Bakteri Streptococcus pyogenes Mariam Ulfah; Ade Irawan; Teguh Adiyas Putra
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 6, No 1 (2020): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Streptococcus pyogenes merupakan salah satu patogen yang banyak menginfeksi manusia.S. pyogenes dapat menyebabkan penyakit invasive seperti infeksi tulang, necrotizing fasciitis, radang otot, meningitis dan endokarditis. Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi sebagai antibakteri adalah teratai putih (Nymphaeaealba). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa yang terkandung di dalam N. alba dengan identifikasi fitokimia, senyawa-senyawa itu antara lain: tannin, asam galat, alkaloid, sterol, flavonoid, tannin terglikosida dan polifenol. Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder  yang memiliki aktivitas antibakteri yang sangat baik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji aktivitas antibakteri ekstrak aseton batang, daun dan rimpang teratai putih (N. alba) terhadap bakteri Streptococcus pyogenes. Metode: Simplisia daun, batang dan rimpang teratai putih dimaserasi dengan aseton selama 3 x 24 jam. Selanjutnya dilakukan uji antibakteri dengan metode Disc diffusion Kirby-Bauer dengan menggunakan amoksilin sebagai kontrol positif dan DMSO 20%  sebagai kontrol negatif. Hasil: Uji antibakteri menunjukan bahwa ekstrak aseton daun, batang dan rimpang teratai putih memiliki aktivitas antibakteri yang dikategorikan kuat.Dengan zona hambat 27 mm (daun), 18 mm (batang) dan 26 mm (rimpang), diduga bahwa kandungan flavonoid yang terdapat di dalam terata putih yang bertanggung jawab atas aktivitas antibakteri ini. Simpulan: Teratai putih memiliki potensi yang cukup besar sebagai agen antibakteri.Kata kunci : Teratai putih, antibakteri, S. pyogenes  ABSTRACTIntroduction: Streptococcus pyogenes is one of the many pathogens that infects humans. S. pyogenes can cause invasive diseases such as bone infection, necrotizing fasciitis, muscle inflammation, meningitis and endocarditis. One plant that has antibacterial potential is white water lily (Nymphaeae alba). Several studies have been conducted to identify compounds contained in N. alba with identification of phytochemicals, these compounds include: tannin, gallic acid, alkaloids, sterols, flavonoids, glycoside tannins and polyphenols. Flavonoids are secondary metabolites that have excellent antibacterial activity. The purpose of this study was to study the antibacterial activity of acetone stem, leaf extract and white lotus rhizome (N. alba) against Streptococcus pyogenes. Methods: Simplicia of leaves, stems and white lotus rhizomes macerated with acetone for 3 x 24 hours. Antibacterial tests were then carried out using the Kirby-Bauer diffusion Disc method using amoxicillin as a positive control and 20% DMSO as a negative control. Results: Antibacterial test results showed that acetone leaves, stem and white lotus rhizome extract had strong antibacterial activity. With a 27 mm inhibition zone (leaf), 18 mm (stem) and 26 mm (rhizome). It is suspected that the content of flavonoids contained in the white water lily is responsible for this antibacterial activity. Conclusions: White water lily has considerable potential as an antibacterial agent.Keywords : White water lily, antibacterial, S. pyogenes
Antibacterial Activity of Acetone and Ethyl Acetate Leaves, Stems and Rhizomes Extract of White Water Lily (Nymphaeae alba) Against Staphylococcus aureus and Escherichia coli Mariam Ulfah; Ade Irawan; Teguh Adiyas Putra
Jurnal Farmasi Sains dan Praktis Vol 5 No 2 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31603/pharmacy.v5i2.2999

Abstract

White water lily (Nymphaeae alba) is one of the aquatic plants that is often used for traditional medicine. This plant has anticancer and antioxidant activity. The final result of this experiment is to determine the antibacterial activity of acetone and ethyl acetate extract from several parts of this plant, including leaves, stems and rhizomes againts several types of bacterial including Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Kirby-Bauer diffusion Disc method is used in this study. Simplicia of leaves, stems and rhizomes of white water lily were macerated with acetone and ethyl acetate for 3 x 24 hours. Antibacterial tests were carried out to acetone and ethyl acetate leaves, stems and rhizome extract of white water lily. Amoxicillin was used as a positive control and dimethyl sulfoxide (DMSO) with concentration 20% as a negative control. The extract and amoxicillin were diluted with 20% DMSO. Each disk contained 100 µg of extract and 10 µg of amoxicillin. Antibacterial tests that have been carried out show that the acetone extract of leaves, stems and rhizomes white water lily has the highest attack value against bacteria, the diameter of the inhibition zone is 20 mm against S. aureus Acetone and ethyl acetate leaves, stems and rhizomes extract of white water lily did not have inhibitory effect on E. coli.
Antibacterial Activity of Etil Acetate Fraction of Chili Leaf Against Streptococcus Pyogenes and Bioautografy Ade Irawan; Nurkhasanah Nurkhasanah; Nanik Sulistyani
Jurnal Farmasi Sains dan Praktis Vol 5 No 2 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31603/pharmacy.v5i2.3002

Abstract

One of the plant that has antibacterial activity is chili leaf (Capsicum frutescens L.). The purpose of this study was to determine the antibacterial activity of ethyl acetate fraction of chili leaf against Streptococcus pyogenes bacteria and conduct bioautography to see compounds that have antibacterial activity. In this study an antibacterial test for ethyl acetate fraction of chili leaf with a concentration of 5%, 10%, 20%, 40%, 80% to Streptococcus pyogenes. From the results of the inhibition zone test 5% ethyl acetate fraction produces an average inhibition zone of 6.3 mm, 10% average inhibition zone 10.3 mm, 20% average inhibition zone of 14 mm, 40% average inhibition zone 18 mm and 80% have 22.7 an average inhibition zone. In the silent phase bioautographic was used test silica gel GF 254 and for the mobile phase was used chloroform : ethyl acetate (3: 7), indicating the presence of inhibition zones on the media which had been inoculated by Streptococcus pyogenes bacteria, namely at RF 0.88. From the research that has been done, the results show that the ethyl acetate fraction of chili leaf has inhibitory zone against Streptococcus pyogenes bacteria and the spotting of compounds which have inhibitory zone has an RF of 0.88.
AKTIVITAS ANTIOBESITAS EKSTRAK ASETON TERATAI PUTIH (Nymphaea alba) pada TIKUS PUTIH GALUR WISTAR (Rattus norvegicus L) Mariam Ulfah; Teguh Adiyas Putra; Ade Irawan
Jurnal Farmagazine Vol 9, No 2 (2022): Jurnal Farmagazine
Publisher : STF Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47653/farm.v9i2.606

Abstract

Penderita obesitas semakin lama semakin meningkat dan telah ditetapkan sebagai epidemic global. Teratai putih (Nymphaea alba) memiliki kegunaan dalam pengobatan tradisional misalnya antiinflamasi, analgesik dan perawatan gangguan syaraf. Ekstrak tumbuhan ini diketahui memiliki aktivitas antioksidan, antikanker dan antibakteri. Senyawa metil galat yang merupakan komponen utama di dalam N. alba memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menentukan aktivitas antiobesitas dari ekstrak aseton daun teratai putih (N. alba) dan penentuan dosis optimum untuk aktivitas antiobesitasnya. Daun teratai putih diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut aseton. Kemudian, dilakukan pengujian antiobesitas terhadap ekstrak. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol positif (orlistat), kontrol negatif, dan dosis ekstrak (250, 500 dan 750 mg/Kg). Data diuji secara statistik dengan ANOVA. Penelitian menunjukan bahwa penurunan badan cukup signifikan pada tikus yang diberikan ekstrak teratai putih pada semua konsentrasi ekstrak. Semakin besar konsentrasi ekstrak, maka penurunan berat badan tikus semakin besar pula. Ekstrak dengan dosis 750 mg/Kg yang diberikan kepada tikus memberikan pengaruh penurunan berat badan yang paling tinggi dengan persentase penurunan berat badan sebesar 9,1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dosis optimum ekstrak daun teratai putih untuk aktivitas antiobesitas tikus adalah sebesar 750 mg/Kg.
Formulation and Evaluation of Body Scrub Using Flour-Based from Fruits of Indramayu Variety of Cengkir Mango (Mangifera indica L) Ismanurrahman Hadi; Dadan Hidayattullah; Ade Irawan
Journal of Fundamental and Applied Pharmaceutical Science Vol 3, No 1 (2022): August
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jfaps.v3i1.15569

Abstract

Cengkir Mango (Mangifera indica L) is a variety of mango known in the northern part of West Java and widely used as food, beverage, and natural-based pharmaceutical product. This fruit is potentially used as body scrub ingredients due to its richness in polyphenols contain. This study aims to formulate natural-based body scrub using the Cengkir Mango as an active ingredient. The formulation was divided into 3 groups with different concentrations of mango fruit flour, respectively 35, 46, and 50 grams (F1, F2, and F3). The product evaluation included homogeneity, stability, pH, and hedonic test. The organoleptic of body scrub indicated mango scent and light brownish-darker colors, responding to an increase of concentration for each formulation. The homogeneity test showed that the body scrub had no granulation of mango flour. The evaluation of pH showed the product had pH respectively at 7.5, 7.5, and 7.0 (F1, F2, and F3). These results indicated that the body scrub had good physical properties. Investigation of body scrub stability was used to evaluate the fragrance, color, and consistency of the formulation in storage for 3 weeks at room temperature. The results showed no change in color and consistency but a loss of mango fragrance after 3 weeks. The hedonic test indicated that most participants favored F1 (35 grams of mango flour). Based on these results, the flour of Cengkir mango had good performance as an active ingredient in a natural-based body scrub.
FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL PEEL-OFF KOMBINASI EKSTRAK ETANOLIK DAUN SIRIH (Piper betle L.) DAN MADU (Mel depuratum): FORMULATION OF MASK GEL PEEL-OFF COMBINATION OF BETEL LEAF ETANOLIC EXTRACT (Piper betle L.) AND HONEY (Mel depuratum) Ismanurrahman Hadi; Amelia Zannah; Ade Irawan
Medimuh : Jurnal Kesehatan Muhammadiyah Vol 3 No 2 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/mh.v3i2.484

Abstract

Daun Sirih (Piper betle L.) dan madu merupakan bahan alam yang mengandung antioksidan yang tinggi dan memiliki banyak efek farmakologis. Selain itu, keduanya juga memiliki kandungan senyawa fenolik yang tinggi. Disisi yang lain, pengembangan kosmetika berbahan alam semakin diminati oleh konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan daun sirih dan madu menjadi sediaan masker gel peel- off,  karena sediaan masker gel peel-off lebih mudah digunakan dan bermanfaat untuk memperbaiki serta merawat kulit wajah.  Serbuk daun sirih (Piper betle L.) dimaserasi dengan pelarut Etanol kemudian dilanjutkan dengan skrining fitokimia. Skrining fitokimia dilakukan dengan uji reaksi kimia dan KLT. Hasil yang didapatkan menunjukkan daun sirih mengandung senyawa flavonoid, saponin dan polifenol. Selanjutnya dilakukan formulasi sediaan masker gel peel-off. Sediaan yang sudah dibuat dievaluasi sediaan fisik (Organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, waktu kering) dan konsumen (Iritasi dan kesukaan). Hasil yang didapatkan dari formulasi sediaan masker gel peel-off berbahan aktif ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle L.) dan madu (Mel depuratum) telah memenuhi persyaratan dalam evaluasi mutu fisik sediaan pada parameter (organoleptis, pH, homogenitas, daya sebar, waktu kering) dan evaluasi konsumen (iritasi dan kesukaan). Disisi yang lain, evaluasi uji sifat fisik dan uji konsumen yang memenuhi persyaratan pada  F2 dengan konsentrasi daun sirih 1% dan madu 0,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa F2 merupakan formula terbaik dari formulasi sediaan masker gel peel off berbahan aktif ekstrak etanolik daun sirih dan madu.
STUDI IN SILICO DAN IN VITRO: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOLIK MANGROVE (Rhizophora stylosa) DENGAN TARGET PERUSAKAN DINDING SEL Escherichia coli: AN IN SILICO AND IN VITRO STUDY: ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF MANGROVE ETHANOLIC EXTRACT (Rhizophora stylosa) TARGETTED ON CELL WALL DESTRUCTION OF Escherichia coli Ismanurrahman Hadi; Mariam Ulfah; Like Efriani; Teguh Adiyas Putra; Ade Irawan
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 2 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i2.617

Abstract

Rhizopora stylosa merupakan sub-spesies dari tumbuhan bakau yang diketahui secara empiris digunakan sebagai obat tradisional. Habitat yang berada di perairan payau menyebabkan tumbuhan ini memiliki senyawa fitokimia yang berbeda dari tumbuhan lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi aktivitas antibakteri dari R. stylosa pada bakteri Escherichia coli dengan menarget perusakan dinding bakteri. Penelitian ini menggunakan pendekatan komputasional disertai uji aktivitas antibakteri dan kadar kebocoran protein. Prediksi aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan molecular docking pada penicillin-binding protein (PDB ID: 3UY6), sedangkan uji aktivitas antibakteri dilakukan pada bakteri Escherichia coli menggunakan metode Mc konkey dilanjutkan dengan analisis kadar kebocoran protein (protein leakage) menggunakan uji Bradford. Uji identifikasi kandungan fitokimia juga dilakukan untuk memastikan kandungan fitokimia yang ada pada ekstrak etanol bakau. Hasil studi in silico menunjukkan adanya afinitas lebih tinggi dari semua senyawa uji dibandingkan amoxicillin pada penicillin-binding protein. Sementara itu, hasil studi in vitro menunjukkan nilai rata – rata diameter zona hambat (DZH) uji yaitu: 6,63 mm (40%); 6,67 (60%); 9,00 (80%) serta 13 mm (amoxicillin); serta uji protein leakage menunjukkan adanya kebocoran protein pada semua seri konsentrasi sampel dan standar amoxicillin. Analisis statistika menunjukkan ekstrak bakau kadar 80% memiliki aktivitas antibakteri dan protein leakage tertinggi, meskipun efeknya tidak sekuat amoxicillin. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan ekstrak etanol bakau (R. stylosa) memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai agen antibakteri yang menargetkan kerusakan dinding sel. Kata Kunci: Rhizophora stylosa, antibakteri, molecular docking, in vitro
UJI AKTIVITAS INHIBISI ENZIM a-Glukosidase TERHADAP EKSTRAK ASETON, ETANOL, DAN METHANOL DAUN MANGROVE (Rhizopora Mucronata) SEBAGAI ANTIDIABETES: INHIBITION ACTIVITY OF a-Glucosidase ENZYME OF EXTRACTS ACETONE, ETHANOL, AND METANOL MANGROVE (Rhizopora mucronata) LEAF AS ANTIDIABETIC Like Efriani; Ismanurrahman Hadi; Ade Irawan; Mariam Ulfah; Teguh Adiyas Putra
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 4 (2023): Forthcoming Issue
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i4.651

Abstract

Diabetes mellitus tipe II merupakan kelainan metabolik yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas untuk memproduksi insulin sehingga menyebabkan hiperglikemia. Akarbose menjadi salah satu obat dalam pengobatan dari diabetes mellitus dengan cara menghambat inhibisi enzim a-glukosidase. Tanaman mangrove (Rhizopora mucronata) diketahui mempunyai senyawa fitokimia dengan berbagai aktivitas farmakologis. Tujuan dari peneltian ini adalah untuk mendapatkan informasi aktivitas penghambatan enzim a-glukosidase dari ekstrak metanol, etanol, dan aseton daun mangrove. Penelitian ini dilakukan dengan memaserasi simplisia daun mangrove pada pelarut metanol, etanol, dan aseton. Maserat yang didapatkan, diujikan secara kualitatif untuk mengidentifikasi kandungan golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan terpenoid, lalu dilanjutkan dengan mengujikan inhibisi aktivitas dari enzim a-glukosidase dengan konsentrasi ekstrak 0,5; 1; 1,5; 2; dan 3 mg/mL menggunakan Microplate Elisa Reader dan dilanjutkan pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 405 nm. Hasil yang didapatkan menunjukkan maserat dari ketiga jenis pelarut tersebut terbukti memiliki kandungan senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, dan terpenoid. Uji aktivitas inhibisi menunjukkan aktivitas inhibisi dari ekstrak metanol (3,5 mg/mL), etanol (2,6 mg/mL), dan aseton (2,1 mg/mL). Ekstrak aseton memiliki aktivitas inhibisi paling baik karena semakin kecil nilai IC50 maka semakin baik aktivitas inhibisi pada enzim a-glukosidase. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak aseton mangrove memiliki aktivitas inhibisi paling baik dibandingkan kedua ekstrak lainnya.