Hendri Restuadhi
Pusat Penelitian Gender, Anak Dan Pelayanan Masyarakat Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Universitas Jendral Soedirman

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Innovative: Journal Of Social Science Research

Diskriminasi Perempuan Penyandang Difabel Dalam Drama Korea Extraordinary Attorney Woo (2022) Fadhlil Adhim, Muhammad; Dadan, Sulyana; Restuadhi, Hendri; Wuryaningsih, Tri
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 1 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi diskriminasi pada perempuan penyandang difabel (autis) melalui beberapa potongan adegan dalam film drama Korea Extraordinary Attorney Woo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan analisis semiotika dari Roland Barthes. Kemudian teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi dan dokumentasi. Menggunakan teori Stigma milik Erving Goffman. Dari hasil penelitian, film ini merepresentasikan diskriminasi pada perempuan penyandang difabel dengan spektrum autis yang dimiliki oleh Pengacara Woo Young Woo. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu makna denotasi yang muncul dalam 3 adegan film yang merepresentasikan diskriminasi pada perempuan penyandang difabel (autis) yaitu terdapat diskriminasi yang dialami oleh Woo Young Woo dalam pekerjaannya sebagai pengacara dan kehidupan bermasyarakatnya. Lalu makna konotasi dalam film ini adalah bagaimana film drama Korea ini menyampaikan pesan bahwa menjadi perempuan penyandang difabel dengan spektrum autis tidaklah mudah. Terdapat mitos yang muncul dalam film ini seperti stigma negatif perempuan difabel (autis) yang serba kekurangan, berpikiran lemah dan tak berdaya serta beban bagi pasangannya dan aib bagi orang lain. Selain itu, hasil dari analisa teori Stigma Erving Goofman memberikan kesimpulan bahwa stigma yang sudah diberikan kepada perempuan penyandang difabel (autis) termasuk kedalam stigma blemishes of individual character.
Marlina Si Pemenggal Kepala (Balas dendam dalam film "Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak" [2017]) Nur Azizah, Adinda Farah; Mutahir, Arizal; Restuadhi, Hendri
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 4 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i4.12785

Abstract

Film “Marlina” bukan hanya sekedar bentuk perlawanan dan pertahanan diri. Film “Marlina” merupakan bentuk balas dendam perempuan akibat pemerkosaan dan ketertindasan. Penelitian ini akan memberikan informasi terkait representasi balas dendam yang dilakukan perempuan dalam film “Marlina”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik semiotika Roland Barthes. Penelitian ini menggunakan teori aliran feminisme multikultural untuk menganalisis hasil temuan. Penelitian ini memiliki temuan utama yakni bentuk balas dendam perempuan atas pemerkosaan dan penindasan yang dialami. Perempuan dalam film ini meracuni para perampok dan memenggal kepala dua orang dari perampok tersebut. Melalui makna feminisme multikultural, perempuan diperbolehkan menggunakan kekerasan sebab pengalaman dalam mengatasi setiap penindasan dipengaruhi dari faktor budaya, ras, dan kelas sosial. Budaya Sumba dalam film “Marlina” menormalisasikan kekerasan, khususnya pemenggalan kepala musuh. Meskipun perempuan memiliki hak untuk membalas kejahatan, balas dendam kekerasan bukan solusi yang tepat. Lingkaran balas dendam akan terus berputar jika tidak ada intervensi yang komprehensif.