Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Potensi Neptunia oleracea Lour. pada fitoremediasi drainase asam tambang batubara Rika Nasution; Singgih Tri Wardana; Nina Tanzerina; Sri Pertiwi Estuningsih; Juswardi Juswardi
Sriwijaya Bioscientia Vol 1 No 2 (2020)
Publisher : Biology Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1124.275 KB) | DOI: 10.24233/sribios.1.2.2020.190

Abstract

Environmental problems in coal mining activities include acid mine drainage (AMD). Efforts to overcome the impact of AMD waste can be done by means of phytoremediation. Neptunia oleracea Lour. is one type of aquatic plant that has the potential to adapt and accumulate heavy metals. So it is necessary to do research with the aim of knowing the potential of N. oleracea in AMD phytoremediation. The phytoremediation potential of N. oleracea used a completely randomized design (CRD): without AMD as control (0%), with AMD concentrations of 25%, 50%, 75% and 100%. The results showed that N. oleracea has the potential to increase pH by 0.0322/day and reduce Fe content by 0.4760 mg/l/day, Mn 0.5776 mg/l/day, sulfate 0.4809 mg/l/day and reduce TSS by 0.0818 mg/l/day, at 100% AMD concentration. It can be concluded that N. oleracea has potential as an AMD phytoremediation agent to be developed in system constructed wetlands (CWs).
Kadar Prolin dan Indeks Toleransi Pinak Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Hasil Kultur Jaringan di PTPN VII Cinta Manis pada Cekaman Kekeringan S Sumariana; J Juswardi
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2022: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PTPN VII Cinta Manis merupakan industri perkebunan tebu yang menerapkan teknik kultur jaringan. Teknik ini diterapkanuntuk memperbanyak bibit yang toleran terhadap gulma, namun permasalahan abiotik seperti kekeringan belum diperhatikan.Cekaman kekeringan merupakan kondisi dimana kadar air dalam tanah minim untuk pertumbuhan dan perkembangantanaman. Tanaman memiliki mekanisme khusus menghadapi cekaman kekeringan dengan mengakumulasi prolin.Tujuanpenelitian adalah ini untuk mengevaluasi kadar prolin pada tebu hasil kultur jaringan yang diberi perlakuan cekamankekeringan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu penyiraman 1 hari sekali (kadar air tanah 53%), 5hari sekali (kadar air tanah 28%), 10 hari sekali (kadar air tanah 18%), dan 15 hari sekali (kadar air tanah 10%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin tinggi perlakuan cekaman yang diberikan dan kadar air tanah yang rendah menyebabkan akumulasi prolin makin meningkat. Kadar prolin dengan perlakuan penyiraman 1 hari sekali, 5 hari sekali, 10 hari sekali, dan 15 hari sekali berturut-turut 82,4 µmol/g, 104,7 µmol/g, 119,4 µmol/g, dan 136,5 µmol/g. Indeks toleransi tebu hasil kultur jaringan yang diberi perlakuan cekaman kekeringan berturut-turut 104%, 108% 111%, semuanya di atas 100% dan lebih besar dari tanpa cekaman kekeringan. Berdasarkan akumulasi prolin dan indeks toleransi pinak tanaman tebu hasil kultur jaringan di PTPN VII Cinta Manis menunjukkan toleransi terhadap cekaman kekeringan.
Perbedaan dan Kelimpahan Metabolit Daun Kelor (Moringa oleifera LAM.) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Sumatera Selatan Kintan Putriani; H Harmida; J Juswardi
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2022: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertumbuhan kelor (Moringa oleifera Lam.) di Sumatera Selatan tersebar dengan ketinggian tempat yang bervariasi, mulai dari dataran rendah, sedang dan tinggi. Ketinggian tempat tumbuh kelor diduga berpengaruh terhadap komposisi metabolit daun kelor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan metabolit dan kelimpahan senyawa metabolit daun kelor berdasarkan perbedaan ketinggian tempat tumbuh dengan pendekatan analisis metabolomik non-target menggunakan GC-MS. Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratified purposive sampling berdasarkan ketinggian. Senyawa metabolit yang diperoleh diakuisisi dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Diperoleh perbedaan dan kelimpahan senyawa metabolit yang terdeteksi. Daun kelor dari Desa Bangun Rejo, Pagar Alam (795 mdpl) dan Desa Masam Bulau, Lahat (570 mdpl) menunjukkan 28 jenis senyawa metabolit, sedangkan Desa Tebing Gerinting, Ogan Ilir (35 mdpl) menunjukkan 25 jenis senyawa metabolit. Kelimpahan setiap jenis senyawa dari masing-masing lokasi pengambilan sampel berbeda, namun total kelimpahan senyawa metabolit dari Desa Bangun Rejo, Pagar Alam (795 mdpl) sebesar 97,68% , diikuti oleh Desa Masam Bulau, Lahat (570 mdpl) sebesar 88,86% dan Desa Tebing Gerinting, Ogan Ilir (35 mdpl) sebesar 81,38%.
Potensi Fitoremediasi Bambu Air (Equisetum hyemale L.) dalam Mereduksi Logam Berat Kromium Limbah Cair Kain Jumputan dengan Sistem Lahan Basah Buatan Merry Sitia; J Juswardi
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2022: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah cair industri kain jumputan mengandung berbagai logam berat yang berasal dari pewarna sintetik, salah satu logam berat yang tekandung adalah kromium. Upaya untuk mengatasi pencemaran akibat limbah cair kain jumputan salah satunya dengan fitoremediasi. Equisetum hyemale Lour. merupakan tumbuhan air yang dapat mengakumulasi logam berat, namun kemampuan adaptasi terhadap limbah cair kain jumputan menggunakan sistem lahan basah buatan belum diketahui. Sehingga perlu dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui potensi, batas konsentrasi yang mampu diremediasi dan respons E.hyemale dalam fitoremediasi limbah cair kain jumputan dengan sistem lahan basah buatan (CWs). Potensi fitoremediasi E.hyemale menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pada konsentrasi limbah cair 0 % (kontrol), 25 %, 50 %, 75 %, dan 100 % dengan 4 kali pengulangan, sehingga didapatkan 20 unit percobaan. Pengamatan limbah cair terdiri dari variabel pH, BOD, TSS, dan kromium, sedangkan pengamatan E. hyemale berupa berat segar, laju pertumbuhan relative serta respons morfologi E .hyemale. Data kuantitatif yang diperoleh dianalisis varian, jika terdapat perbedaan nyata dilakukan uji lanjut perbandingan berganda Duncans pada  5 % dan data kualitatif berupa respons morfologi E. hyemale disajikan dalam bentuk gambar dan dideskripsikan. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa E.hyemale memiliki potensi dalam meremediasi limbah cair kain jumputan dengan sistem lahan basah buatan aliran horizontal. Batas konsentrasi untuk fitoremediasi menggunakan E. hyemale terdapat pada 75% limbah cair dengan potensi remediasi logam berat kromium (Cr) sebesar 0,3333 mg/L per hari. Potensi E. hyemale untuk parameter air limbah pH, BOD, TSS, dan Cr pada konsentrasi 75 % limbah cair sebesar 0,0034 per hari, 0,0613 mg/L per hari, 0,0324 mg/L per hari, dan 0,3333 mg/L per hari. Lahan basah buatan horizontal menggunakan media pasir dan kerikil dengan lama waktu retensi 14 hari mempengaruhi potensi E. hyemale dalam penurunan kadar pH, BOD,TSS, dan Cr dengan potensi masing-masing pada konsentrasi 100 % limbah cair 7,3, 60,6 mg/L, 102,20 mg/L, 1,108 mg/L hingga memenuhi baku mutu untuk kadar BOD sebesar 42,5 mg/L, 77,5 mg/L, dan 0,01 mg/L.
Efektivitas Kombinasi Vegetasi Salvinia molesta Mitchell DAN Eichhornia crassipes (Mart.) Solms dalam Fitoremediasi Logam Berat PB Limbah Cair Kain Jumputan Nur Suci Ramadhani; J Juswardi
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2022: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kain jumputan merupakan salah satu kerajinan khas Palembang dibuat dengan cara kombinasi beberapa teknik membatik,pada proses pewarnaan kain sering menggunakan zat warna sintetik. Penggunaan pewarna berlebihan dapat memicu masalah karena menghasilkan limbah cair hasil industri yang langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah terlabih dulu dikarenakan belum dilengkapi dengan instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Sehingga akan berpotensi menimbulkan limbah cair dengan kandungan logam berat seperti timbal (Pb) yang akan berbahaya bagi lingkungan, manusia dan biota perairan. Upaya mengolah limbah cair dengan menerapkan fitoremediasi menggunakan kiambang (Salvinia molesta Mitchell) dan eceng gondok(Eichhornia crassipes (Mart.) Solms). S. molesta dan E. crassipes diketahui masing-masing memiliki kemampuan mengakumulasi logam berat limbah cair. Sehingga kedua tumbuhan air tersebut dikombinasikan dengan tujuan memilikikeunggulan dalam fitoremediasi menurunkan kadar logam Pb dengan persentase yang lebih besar. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 6 perlakuan, yaitu P0 : tanpa tumbuhan air (kontrol) ; P1 : S. molesta 100 g; P2 : S. molesta 75 g dan E. crassipes 25 g; P3 : S. molesta 50 g dan E. crassipes 50 g; P4 : S. molesta 25 g dan E. crassipes 75 g; P5 : E. crassipes 100 g. Analisis data efektivitas remediasi logam Pb, dan laju pertumbuhan relatif menggunakan analisisvarian, jika signifikan dilanjutkan uji Duncans taraf α 0,05. Hasil penelitian didapat bahwa kombinasi vegetasi S. molesta dan E. crassipes lebih efektif dalam remediasi logam Pb limbah cair kain jumputan yaitu 85,12-85,82% dibandingkan vegetasitunggal S. molesta atau E. crassipes yaitu 81,71-82,10%. Efektivitas fitoremediasi yang lebih baik pada vegetasi kombinasiS. molesta dan E. crassipes juga diikuti oleh LPR yang lebih baik yaitu 0,0142-0,0175 g/hari dibandingkan vegetasi tunggal yaitu 0,0084-0,0125 g/hari. Efektivitas fitoremediasi vegetasi campuran S. molesta dan E. crassipes berpotensi untuk dikembangkan sebagai pengolahan limbah cair kain jumputan.
Peran antioksidan asam organik pada Eleocharis dulcis (Burm.f.) Trin. ex Hesch. sebagai respons terhadap cekaman logam pada fitoremediasi air asam tambang batubara Juswardi Juswardi; Wisnu Mukti; Nina Tanzerina; Endri Junaidi; Singgih Tri Wardana
Sriwijaya Bioscientia Vol 3 No 1 (2022)
Publisher : Biology Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24233/sribios.3.1.2022.340

Abstract

Penambangan batubara dengan sistem penambangan terbuka menghasilkan air asam tambang (AAT), dengan pH yang rendah < 4 yang menyebabkan kelarutan logam yang tinggi. Limbah AAT dapat diolah menggunakan metode fitoremediasi dengan sistem lahan basah. Proses fitoremediasi pada AAT dapat menyebabkan cekaman pada Eleocharis dulcis (Burm.f.) Trin. ex Hunsch. Respons adaptasi terhadap cekaman AAT pada E. dulcis adalah sintesis asam sitrat AS) dan asam askorbat (AAs) sebagai antioksidan non-enzimatik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan dan fungsi asam sitrat dan asam askorbat dalam fitoremediasi AAT pada kondisi lahan basah 01 Airlaya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada E. dulcis di bawah cekaman AAT pada lahan basah, ditemukan kandungan asam sitrat 124,94 ppm dan asam askorbat 21 ppm pada akar. Kemudian pada daunnya kandungan asam sitrat 135 ppm dan asam askorbat 109 ppm. Kualitas AAT, pada inlet hingga outlet pH meningkat menjadi 6 sehingga sesuai dengan baku mutu lingkungan. Konsentrasi logam Fe dan Mn pada AAT juga mengalami penurunan dari inlet ke outlet. Konsentrasi Fe dari AAT pada outlet adalah 0 ppm dan untuk Mn 5,29 ppm. Konsentrasi Fe di outlets telah memenuhi baku mutu lingkungan, namun, logam Mn belum memenuhi baku mutu lingkungan. Sedimen lahan basah diperoleh konsentrasi Fe sebesar 391,56 ppm dan Mn sebesar 28,56 ppm. Pengukuran kandungan asam sitrat dan asam askorbat sebagai antioksidan non enzimatik dapat digunakan sebagai respons adaptasi dan sebagai evaluasi keberhasilan E. dulcis dalam fitoremediasi AAT pada lahan basah buatan.
Respons pertumbuhan rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Var. Rubrum) pada perendaman auksin dan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Singgih Tri Wardana; Juswardi Juswardi; Nanda Lian Ade Rama
Sriwijaya Bioscientia Vol 2 No 2 (2021)
Publisher : Biology Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24233/sribios.2.2.2021.354

Abstract

Jahe merah (Zingiber officinale Var. Rubrum) merupakan tanaman yang memiliki manfaat sebagai bahan obat herbal pencegahan COVID-19. Salah satu kendala dalam budidaya jahe merah terdapat pada masa dormansi jahe merah yaitu selama 2-4 minggu. Masa dormansi jahe merah yang panjang menyebabkan penurunan hasil produksi rimpang jahe merah. Zat pengatur tumbuh auksin dan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) memiliki fungsi sebagai pemacu pertumbuhan. Rancangan Penelitian yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing masing perlakuan dilakukan 6 kali pengulangan. Variabel pengamatan yaitu persentase rimpang tumbuh tunas, persentase rimpang tumbuh akar, jumlah tunas, jumlah akar, tinggi tunas, panjang akar, waktu muncul tunas dan jumlah daun. Data pertumbuhan rimpang jahe merah dianalisis dengan menggunakan ANOVA (Analysis of Varian). Apabila perlakuan berpengaruh nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada α = 0,05. Hasil dari penelitian ini adalah didapatkan hasil lebih baik pada kombinasi auksin dan PGPR terhadap rata rata jumlah tunas 1,16, rata rata jumlah daun 0,83, waktu muncul tunas yang singkat yaitu 8,00 HST dan rata rata tinggi tunas 4,63 cm. Perendaman auksin lebih baik terhadap rata rata jumlah akar yaitu 1,00 dan rata rata panjang akar 1,68 cm,. Persentase rimpang tumbuh tunas lebih baik pada perendaman auksin dan PGPR yaitu 100%. Persentase rimpang tumbuh akar lebih baik pada perendaman auksin yaitu 83,3%. Kesimpulan penelitian didapatkan kombinasi perendaman auksin dan PGPR memberikan pengaruh lebih baik pada pertumbuhan rimpang jahe merah. Perendaman auksin dan PGPR dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan konsentrasi auksin lebih tinggi untuk mendapat hasil optimal dalam memacu akar rimpang jahe merah.
Aktivitas enzim antioksidan pada akar Sonneratia caseolaris (L.) Engl. dalam fitoremediasi logam berat di Pulau Payung Sumatera Selatan Afifah Thohiroh; Singgih Tri Wardana; Syafrina Lamin; Sarno Sarno; Juswardi Juswardi
Sriwijaya Bioscientia Vol 2 No 3 (2021)
Publisher : Biology Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24233/sribios.2.3.2021.362

Abstract

Pencemaran logam berat di sungai salah satunya berasal dari limbah industri dan akan terakumulasi pada biota perairan. Upaya untuk mengatasinya melalui proses fitoremediasi menggunakan tumbuhan mangrove S. caseolaris. Proses fitoremediasi logam berat dapat menyebabkan cekaman bagi S. caseolaris dan meningkatkan radikal bebas. Respons adaptasi S. caseolaris berupa perubahan aktivitas enzim antioksidan meliputi peroksidase (PO), polifenol oksidase (PPO), dan katalase (CAT). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas enzim antioksidan berupa PO, PPO, dan CAT sebagai respons adaptasi S. caseolaris dalam fitoremediasi logam berat di Pulau Payung Sumatera Selatan. Proses pengambilan sampel menggunakan metode convenience sampling. Pengukuran kadar logam berat Pb dan Cu menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Penentuan aktivitas dari PO dengan substrat hidrogen peroksida dan pirogalol; PPO dengan substrat pirogalol; dan CAT dengan substrat hidrogen peroksida menggunakan metode spektrofotometri uv-vis dengan panjang gelombang pada masing-masing enzim berturut-turut 420 nm; 420 nm; dan 240 nm. Analisis data yang digunakan berupa data kuantitatif yang disajikan dengan analisis pemusatan data rata-rata dan standar deviasi. penelitian yang telah dilakukan, aktivitas enzim antioksidan diperoleh masing-masing dengan aktivitas PO 45,78 U/mg protein/menit; aktivitas PPO 109,05 U/mg protein/menit; dan aktivitas CAT 32,02 U/mg protein/menit. Aktivitas enzim antioksidan PO, PPO, dan CAT merupakan respons adaptasi S. caseolaris yang disebabkan oleh pengaruh akumulasi (fitoremediasi) logam berat Pb dan Cu pada sedimen dan berfungsi menangkal Reactive Oxygen Species (ROS) yang terbentuk.
Keragaman dan Potensi Tumbuhan Pakan Kerbau Rawa (Bubalus bubalis L.) di Tanjung Senai Ogan Ilir, Sumatera Selatan Putri Kartikawati; Dwi Puspa Indriani; Juswardi Juswardi
SPIZAETUS: JURNAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI Vol 4, No 1 (2023): Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi
Publisher : Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55241/spibio.v4i1.112

Abstract

Rawa lebak di Tanjung Senai, Ogan Ilir, Sumatera Selatan memiliki fauna yang menjadi daya tarik karena keunikannya ialah kerbau rawa. Untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata keberadaan dari kerbau rawa perlu dipertahankan, sehingga ketersediaan pakan penting untuk diketahui sebagai upaya mengetahui daya dukung kawasan penggembalaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, kelimpahan dan potensi tumbuhan pakan kerbau rawa, sebagai upaya pengembangan ekowisata terkait dengan daya dukung kawasan penggembalaan kerbau rawa di Tanjung Senai. Penentuan lokasi pengamatan dilakukan secara purposive sampling dengan membuat 10 plot berukuran 1x1 m yang terbagi menjadi 5 plot pada lokasi rawa dan 5 plot pada lokasi darat. Analisis data meliputi keanekaragaman, kelimpahan dan potensi tumbuhan pakan. Berdasarkan hasil penelitian, jenis tumbuhan pakan kerbau rawa di Tanjung Senai berasal dari famili Cyperaceae yaitu Eleocharis geniculata (L.) Roem. & Schult., Eleocharis dulcis (Burm. f.) Trin. ex Hensch., dan Fimbristylis schoenoides (Retz.) Vahl., dan Poaceae adalah Paspalum eglume Morrone & Zuloaga dan Paspalum vaginatum Sw. Nilai kerapatan pada jenis tumbuhan E. geniculata, E. dulcis, F. schoenoides, dan P. eglume pada lokasi rawa dalam kategori melimpah, kecuali jenis P. vaginatum pada lokasi rawa memiliki nilai kerapatan dalam kategori sesekali, sedangkan pada lokasi darat memiliki nilai dalam kategori melimpah. Nilai indeks keanekaragaman, indeks kekayaan, dan indeks kemerataan tumbuhan pakan kerbau rawa pada lokasi rawa lebih tinggi dari lokasi darat. Tumbuhan pakan kerbau rawa pada musim kemarau cukup tersedia dengan jumlah total ketersediaan 5.481,1kg/ha dengan produksi 1.165,1kg/ha. Berdasarkan kerapatan, indeks keanekaragaman, kekayaan, kemerataan, ketersediaan dan produksi tumbuhan pakan kerbau rawa maka jenis tumbuhan yang ada di Tanjung Senai cukup berpotensi sebagai pakan kerbau rawa.
Pelatihan dan Pendampingan Pembuataan Pakan Ikan Berbasis Tepung Maggot BSF Hermentia illucens L (Diptera: Stratiomyidae) Syafrina Lamin; Juswardi Juswardi; Nina Tanzerina; Agus Purwoko; Muharni Muharni
Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2023): Maret 2023 - Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Indonesian Scientific Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25008/altifani.v3i2.358

Abstract

Pakan ikan berbasis tepung maggot merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kelangkaan dan tingginya harga pakan ikan komersial. Kegiataan pengabdian ini bertujuan untuk  melakukan pelatihan, pendampingan dan mmelatih ketrampilan khalayak sasaran  dalam membuat pakan ikan berbasis tepung maggot BSF Hermentia illucens.  Kegiataan ini  diikuti oleh 27 ibu-ibu kelompok PKK. Kegiataan ini menggunakan metode penyuluhan, pembimbingan dan demontrasi dan pelatihan seperti teknik pemeliharaan, pembuatan media tumbuh maggot, teknik pemanenan dan teknik pembuatan tepung BSF serta pembuataan pakan ikan. Kegiataan ini memberikan hasil yang memuaskan dilihat dari semangat dan antusias peserta dalam bertanya dan dari hasil quisioner yang diberikan. Terjadi peningkatan pengetahuan peserta dari yang tidak tahu menjadi mengerti dari 60-100 %. Peserta dapat melakukan teknik pemeliharaan maggot, pembuataan tepung dan percetakkan pakan sebanyak 60 sampai 100 %, Tingkat kepuasaan akan produk meliputi kurang suka, suka dan sangat suka terhadap  bentuk, bau dan manfaatnya berkisar antara 20-90%. Kegiataan ini ternyata telah  memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan pemahaman serta membuat khalayak sasaran trampil dalam membuat pakan ikan berbasis tepung  maggot BSF, ada keinginan kuat dari peserta untuk membuat pakan ikan berbasis tepung maggot secara mandiri.