Ali Suhardiman
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Habitat preference based on herpetofauna spatial distribution in Coal Mining Area of PT Singlurus Pratama, East Kalimantan Teguh Muslim; Yaya Rayadin, Ali Suhardiman
Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan Vol 17, No 1 (2018): Maret
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/af.v17i1.3361

Abstract

Herpetofauna communities are formed due to the suitability of the habitat or adaptation process that forces a species to survive. The opening of the land mines result in missing or changing the habitat of herpetofauna. This research was conducted to know the preferences of the herpetofauna of habitat based on spatial distribution of herpetofauna in the vicinity of mining area of PT Singlurus Pratama. The survey was conducted in the area of revegetasi, forest fragmentation, the district adjacent to the mining area, rivers and water spots or natural and man-made on two mining blocks i.e. block Pearl and block independence. The method of election of purposive sampling location with direct search survey methods (Visual Encounter Surveys). The main species found 4 that its spread most widely with populations high. The most frequent species of herpetofauna and many found among others: Eutropis multifasciata, Enhydris enhydris, Fejervarya cancrivora, Polypedates leucomystax and Duttaphrynus melanostictus. Based on the value of the index indicates that the diversity of herpetofauna communities distress with low. Types of herpetofauna more land cover found in the undergrowth, secondary forest and agricultural areas that there are sources of water in it. 
ANALISIS SEBARAN Nepenthes spp. DI HUTAN KERANGAS CAGAR ALAM PADANG LUWAY DI KABUPATEN KUTAI BARAT Sulistianto Sulistianto; Muhammad Sumaryono; Ali Suhardiman
Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/af.v18i2.4354

Abstract

Cagar Alam Padang dengan luas ± 5.000 Ha Luway merupakan kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan/keunikan jenis tumbuhan dan/atau keanekaragaman tumbuhan seperti berbagai jenis anggrek dan Nepenthes spp. beserta gejala alam dan ekosistemnya berupa hutan kerangas dengan ciri khas lantai hutan berupa pasir (kersik) berwarna putih yang memerlukan upaya perlindungan dan pelestarian agar keberadaan dan perkembangannya berlangsung secara alami, secara administrasi berada di tiga kecamatan yaitu Melak, Damai dan Sekolaq Darat Kabupaten Kutai Barat. Pengelolaannya oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur.  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sebaran Nepenthes spp. dengan menggunakan indeks Morisita dan Nearest Neighbor Analysis serta untuk mengetahui potensinya dengan menggunakan metode analisa vegetasi. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui terdapat 3 (tiga) jenis Nepenthes yaitu N. Reinwardtiana hijau dan merah, N. Ampullaria dan N. Gracilis hijau dan merah, yang tersebar pada tiga lokasi penelitian yaitu di lokasi Kersik Luway ditemukan 137 individu N. Reinwardtiana yang tersebar di 10 (sepuluh) plot penelitian, di lokasi Kersik Mencege ditemukan 120 individu N. Ampullaria yang tersebar di 5 (lima) plot penelitian dan N. Gracilis di 2 (dua) plot penelitian serta di lokasi Kersik Serai ditemukan 80 individu N. Gracilis hijau pada 2 (dua) plot penelitian dan 162 individu N. Gracilis merah pada 8 plot penelitian. Dari Indek Nilai Penting (INP) diketahui dominasi tertinggi adalah N. Gracilis Merah sebesar 58,420 % dan terendah adalah N. Gracilis Hijau yaitu 15,953 %. Sedangkan hasil Indeks Morisita untuk semua jenis nepenthes  di CA. Padang Luway adalah lebih dari 1 (Id˃1) yang menunjukan pola penyebaran mengelompok, begitu pula hasil pengolahan data dengan menggunakan Nearest Neighbor Analysis dengan hasil mengelompok (Cluster).
POLA SEBARAN ALAMI ANGGREK (Orchidaceae) DI CAGAR ALAM PADANG LUWAY KABUPATEN KUTAI BARAT Fitriany M; Muhammad Sumaryono; Ali Suhardiman
Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/af.v18i2.4345

Abstract

Cagar  Alam Padang Luway merupakan salah satu habitat anggrek (Orchidaceae)  di Kalimantan Timur. Untuk melakukan kegiatan pelestarian diperlukan data dan informasi dasar tentang faktor–faktor ekologi spesies anggrek yang ada serta pola penyebarannya sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan dalam pengelolaannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sebaran Anggrek dan komposisi spesies anggrek dengan menggunakan metode analisis vegetasi. Areal penelitian merupakan pulau-pulau anggrek yang terdapat di Cagar  Alam Padang Luway. Berdasarkan hasil penelitian berdasarkan Indeks Dispersi Morisita Anggrek rata-rata mengelompok dan Quadrat Analysis sebaran anggrek mengelompok. Sedangkan nilai INP tertinggi adalah Coelogyne pandurata Lind 47,675 yang paling rendah adalah Bulbophylum sp. 1,686 dan Dendrobium sp. 1,686. Sebaran jenis–jenis anggrek di Cagar Alam Padang Luway hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam pengelolaan Cagar Alam Padang Luway dimasa yang akan datang
Estimasi Cadangan Karbon Pada Tumbuhan Bawah dan Serasah Di Hutan Pendidikan dan Penelitian Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda Wahjuni Hartati; Ali Suhardiman; Triyono Sudarmadji; Eko Adi Sulistiyo
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.341 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v5i2.5409

Abstract

Three slopes of 100 m long are defined in young secondary forest with gentle and slightly steep slopes. In each part of the slope, we built 1 (one) PUP of 20m x 20m which is consisted of 3 (three) Sub PUPs of 10m x 10m to represent the density of sparse, medium, and dense understorey and 1m x 1m of sub-PUPs for litter harvesting. In 18 (eighteen) PUPs, each 54 (fifty-four) Sub PUPs and Sub sub PUPs, were made in this study. The HPFU area is dominated by young secondary forest coverage with gentle and slightly steep slopes. The C reserves of the herbaceous understorey are more significant than that of woody plants. C reserves of all components studied in the gently sloping area are larger than the steep ones. The largest C reserves are found in leaf litter for all slope positions except for a slightly steep lower slope. The largest C reserves is found in finer litter. The total C reserves of understorey and young secondary forest organic litter in HPFU 933.4 tons and 95.9 percent are stored in a litter.
PEMODELAN HIDROLOGI DENGAN HEC-HMS DI SUB-DAS KARANGMUMUS SAMARINDA Rachmad Mulyadi; Yohanes Budi Sulistioadi; Ali Suhardiman
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.655 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v4i1.3527

Abstract

Hydrological Modeling with HEC-HMS in the Karangmumus Sub-watershed Samarinda. The HEC-HMS is used to develop a model of water flow in the Karangmumus which can be used as an alternative for flooding problem. The purpose of this study is to determine the amount of flow discharge generated from rainfall that enters the Karangmumus using the HEC-HMS and to determine the effect of rain parameters on the HEC-HMS to make an hydrological model simulation.For simulation using daily rainfall and water level data, curve number, percentage of watertight, amount of initial absorption and the time needed to reach the peak discharge in the sub-watersheds obtained from the river model created. The highest rainfall Karangmumus Sub-watershed that is 84,4 mm produces a discharge of 211 m3/sec and at the lowest rainfall of 1,05 mm produces a discharge of 3,4 m3/sec. Hydrological modeling of the simulation results has the same hydrograph with the rainfall data but not the discharge data calculated with the rating curve. The validation of observing the debit data of the efficiency value (NSE) <0,36 which means that the data used are not satisfactory or invalid.
CADANGAN KARBON DI WILAYAH PERKOTAAN TENGGARONG BERDASARKAN METODE KLASIFIKASI NDVI PADA CITRA SENTINEL 2-A Yuan Mardiyatmoko; Ali Suhardiman
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.449 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v1i2.899

Abstract

Peran vegetasi menjadi penyerap CO2 menjadi bagian penting saat ini dalam rangka mengatasi pemanasan global. Karbon yang diserap oleh tanaman disimpan dalam bentuk biomasa kayu. Oleh karena itu perlu untuk dilakukan penelitian terhadap cadangan karbon yang terdapat di wilayah perkotaan Tenggarong. Penelitian dilakukan dengan melakukan klasifikasi terhadap citra satelit Sentinel 2-A melalui indeks vegetasi NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) yang dikombinasikan dengan pengambilan data jenis, diameter dan tinggi pohon dilapangan melalui sampel plot. Klasifikasi NDVI dilakukan untuk mengetahui sebaran vegetasi yang terdapat di wilayah perkotaan Tenggarong. Perhitungan biomassa menggunakan data pada sampel plot menggunakan persamaan alometrik yang sudah ada. Areal yang bervegetasi pada wilayah perkotaan Tenggarong sesuai klasifikasi NDVI citra satelit Sentinel 2-A berada pada kelas 4 dan 5 dengan luasan pada kelas 4 yaitu seluas 2.167,08 ha dan kelas 5 seluas 1.243,30 ha. Besaran karbon rata-rata pada kelas 4 sebesar 81,39 ton-C/ha dengan total karbon sebesar 176.372, 45 ton-C dan besaran karbon rata-rata pada kelas 5 sebesar 90,32 ton-C/ha dengan total karbon sebesar 112.290,71 ton-C. Besaran karbon keseluruhan pada wilyah perkotaan Tenggarong sebesar 288.663,16 ton-C.
Penilaian kesiapan pelaksanaan pengurangan emisi dari deforestasi dan kerusakan hutan (REDD+) di provinsi Kalimantan Utara Wiwin Effendy; Ali Suhardiman; Subekti Nurmawati
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32522/ujht.v7i1.9558

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesiapan Provinsi Kalimantan Utara dalam pelaksanaan REDD+ dengan merujuk pada aspek kebijakan, kelembagaan, dan perangkat-perangkat REDD+. Analisis data teknis deskriptif kualitatif yang digunakan merupakan proses dalam menganalisis, meringkas, dan menggambarkan situasi dan kondisi terkini yang telah dikumpulkan tentang permasalahan yang diteliti dan terjadi di lapangan. Dari hasil pengumpulan data, analisis, dan pembahasan terhadap keseluruhan penelitian dapat disimpulkan: 1. Provinsi Kalimantan Utara belum memiliki kebijakan khusus tentang implementasi REDD+, sebagai acuan dasarj telah diterbitkan Peraturan Gubernur Kalimantan Utara tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) dan Rencana Aksi Daerah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (RAD-TPB) serta 8 (delapan) kategori kebijakan yang relevan dan mendukung pelaksanaan persiapan REDD+ ; 2. Belum ada kelembagaan REDD+ di tingkat provinsi, namun Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara siap membangun kelembagaan REDD+ di tingkat sub-nasional; 3. Perangkat REDD+ di tingkat provinsi belum ada, namun saat ini sedang berlangsung penelitian tentang FREL dan sudah dilakukan kajian awal terkait dengan kerangka pengaman lingkungan dan sosial; dan 4. Secara umum, Provinsi Kalimantan Utara belum dapat mengimplementasikan program REDD+, 
Population distribution patterns of Nepenthes reinwardtiana Miq. in Kerangas Forest of Teluk Adang Nature Reserve, Paser Regency Ratna Juliarti Wulandari Wulandari; Muhammad Sumaryono; Ali Suhardiman
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 9 No. 1 (2020)
Publisher : Foresty Faculty of Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1518.365 KB) | DOI: 10.18330/jwallacea.2020.vol9iss1pp23-30

Abstract

Teluk Adang Nature Reserve (NR) is one of the Nepenthes habitats in East Kalimantan. One of the four Nepenthes species that can be found in this nature reserve is Nepenthes reinwardtiana or by local people known as anjat datu. The objectives of this study are to determine the population of N. reinwardtiana in Teluk Adang NR by calculating its density and frequency, and to know its distribution pattern using Morisita index and spatial analysis approach in the form of Nearest Neighbor Analysis and Multi-Distance Spatial Cluster Analysis (Ripley's K Function). To know its distribution pattern, a census method by creating 5m x 5m plot along the observation track was done. The results showed that there were 2,943 individuals of N. reinwardtiana in Teluk Adang NR. Standardized Morisita Dispersion Index was 0.51, 0.55, and 0.51 in Tajur Village, Pasir Mayang Village, and Janju Village, respectively. The spatial distribution of N. reinwardtiana was clustered. Research on the distribution of N. reinwardtiana and its habitat needs to be carried out continuously so that its population in the Teluk Adang NR can be monitored.
IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI (KBKT) 4.1 TENTANG KAWASAN ATAU EKOSISTEM YANG PENTING SEBAGAI PENYEDIA AIR DAN PENGENDALIAN BANJIR DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DESA MIAU BARU Heru Herlambang; Prayoga Adi Wiranto; Ali Suhardiman
Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan Vol 22, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/agrifor.v22i2.6499

Abstract

KBKT 4.1 adalah suatu kawasan atau areal hutan yang dianggap penting karena memiliki nilai konservasi tinggi khususnya sebagai kawasan penyedia air dan pengendalian banjir. Nilai konservasi tinggi merupakan suatu nilai ekologis dan lingkungan, sosial ekonomi, budaya, keanekaragaman hayati, dan bentangan alam yang melekat pada skala nasional, global maupun internasional dianggap penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifiksi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Desa Miau Baru, berdasarkan penilaian masyarakat desa terhadap kawasan-kawasan yang dianggap penting. Dari penelitian ini diharapkan tersedia informasi terkait kawasan-kawasan penyedia air dan daerah pengendalian banjir untuk Desa Miau Baru. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menggunakan aplikasi ArcGIS PRO bahwa tutupan lahan di Desa Miau Baru didominasi oleh Perkebunan dengan luas 42.740,91 Ha atau 46,1 % dari luas administrasi desa yang dimana keberadaan tutupan hutan, habitat satwa serta kawasan hidrologi didalamnya semakin terancam. Terdapat 4 kawasan yang memiliki peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan air dan kawasan pengendalian banjir bagi masyarakat, diantaranya: Hutan Konservasi Sungai Mejeng (1.432,98 Ha), Bendungan Pesap (160,94 Ha), Zona Penyangga Sungai 100 meter (798,95 Ha) dan Zona Penyangga Sungai 50 meter (523,75 Ha).
Penilaian Kerawanan Pohon Tumbang di Sepanjang Jalan Arteri Taman Hutan Raya Bukit Soeharto Menggunakan Google Street View Ali Suhardiman; Frans Milan; Yosep Ruslim; Ariyanto Ariyanto; Hari Siswanto
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 18 No 1 (2024): March
Publisher : Faculty of Forestry Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jik.v18i1.9158

Abstract

The incidence of fallen trees along the roadside was widespread across various locations in Indonesia, particularly in areas where trees naturally thrive. Therefore, this research aimed to explore Google Street View (GSV) to obtain information regarding the potential of fallen trees. A novel approach was proposed using panoramic photos available in GSV data from May 2021 and then subjected to testing along Balikpapan–Samarinda Arterial Road, covering a distance of 33 kilometers (Km), which traversed Bukit Soeharto Grand Forest Park (BSGFP). Leaning trees, trees with imbalanced canopy proportion, dying trees, and trees in rough topography became the criteria specified from GSV photos to determine potentially fallen trees. The results showed that 224 trees along Arterial Road met those criteria, translating to approximately 6.79 trees per kilometer of Arterial Road. The analysis revealed that an imbalance canopy proportion was the primary cause of fallen trees, supported by investigations and comparisons with the corresponding GSV photos before the collapse. The Arterial Road Balikpapan-Samarinda poses moderate fallen tree vulnerability, scoring between 25% and 50%.