Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

POLA KECENDERUNGAN PENANGKAPAN BURUNG-BURUNG LIAR BERNILAI EKONOMIS DAN IMPLIKASI KONSERVASINYA: STUDI KASUS DITANAH GROGOT, KABUPATEN PASER, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Rachmat Budiwijaya Suba; Aditya Rakhman; Rustam Rustam
BERITA BIOLOGI Vol 10, No 6 (2011)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v10i6.1949

Abstract

The study aims at quantifying trade scale of some economically wild birds and describing captured trends which have been practised by wild bird catchers. The study was conducted in Tanah Grogot, Paser District, East Kalimantan Province, from September to December 2008, by surveying wild bird market and interviewing catchers and sellers. We measured two main attributes of market dynamics; first, each species availability in the market as the percentage of market days sampled where the species appeared; second, daily abundance of a species as the monthly average number of each bird per day for all days sampled. Seven wild bird species that have been traded commodities for years were White-rumped Shama Copsychus malabaricus (25.41%; 602.25+70.79 individuals per month), Yellow-vented Bulbul Pycnonotus goiavier (11.47%; 111.25+12.50 individuals per month), Crested Myna Acridotheres cristatellus (12.30%; 73.25+10.44 individuals per month), Spotted Dove Streptopelia chinensis (5.73%; 22.00+12.83 individuals per month), Hill Myna Gracula religiosa (12.30%;12.00+0.82 individuals per month), Greater Green Leafbird Chloropsis sonneratii (7.38%; 11.75+2.50 individuals per month) and Magpie Robin Copsychus saularis (6.56%; 8.75+1.71 individualsper month). Specific capture location within Paser District could reflect distribution and habitat preference of each bird species.
Persepsi Masyarakat terhadap Adanya Penangkaran Rusa untuk Mengetahui Potensi Pemanfaatan Daging Rusa di Penangkaran Rusa Wana Wisata, Buana Jaya, Tanjung Sari, Bogor Eva Oktaviani; Yaya Rayadin; Chandradewana Boer; Paulus Matius; Emi Purwanti; Rachmad Budiwijaya Suba
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 23, No 1 (2023): Februari
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/jiubj.v23i1.2925

Abstract

Efforts to protect nature is one of the main things and is quite important in order to maintain all levels of life in this universe. Conservation of nature is the main thing that is most influential for humans to survive, but as time goes by, the existence of nature is increasingly threatened. Preserving nature can be done in situ and ex-situ. One of the efforts in preserving nature ex-situ can be done with captivity efforts so that it can overcome the level of extinction. The research was carried out using a descriptive method with a cross-sectional approach in several stages, namely the interview was conducted by giving several questions to the respondents in the form of a questionnaire and there were 25 women and 36 men as respondents who gave opinions regarding the management of deer breeding and the use of venison. in West java. The results of interviews conducted from 61 respondents produced the following data, namely 67.2% agreed about the captive breeding program, 59% of people were interested in the captive breeding program as a tourist attraction, 70.5% of people admitted that deer meat could be consumed, 80.3% claimed that they had never consumed venison, 21.3% knew the benefits of venison, 42.6% admitted that they knew the law regarding illegal deer capture and 24.6% admitted that they knew the law regarding illegal hunting. This research is expected to be a reference for captive managers in Wana Wisata to obtain information about the success of deer breeding and the potential use of deer meat.
Daya dukung ekowisata Bontang Mangrove Park di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur Siti Haryanti; Albert Laston Manurung; Rustam Rustam; Chandradewana Boer; Rachmat Budiwijaya Suba
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32522/ujht.v7i1.8894

Abstract

Bontang Mangrove Park (BMP) merupakan bagian kawasan mangrove dari Taman Nasional Kutai yang berada di Kota Bontang seluas kurang lebih 200 hektar. Pemberian nama BMP menekankan arti bahwa kawasan hutan mangrove yang dimaksud berada di wilayah Kota Bontang, menunjukkan bahwa pengembangan kawasan ini diperuntukkan untuk masyarakat dan pemerintah Kota Bontang dan bukan hanya menjadi milik BTNK, dikembangkan untuk kepentingan rekreasi, konservasi, edukasi dan petualangan. Tingkat kunjungan yang berlebih akan menurunkan kualitas kawasan ekowisata itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya analisis daya dukung ekowisata dalam upaya mencapai pengeloaan yang berkelanjutan. Untuk itu setiap jenis aktivitas wisata yang dikembangkan harus diarahkan untuk memperhatikan aspek daya dukung. Penelitian ini dilakukan pada rentang antara Desember 2019 sampai Januari 2020 dengan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif yang diambil secara langsung di lapangan dan wawancara bersama pengunjung, masyarakat dan pengelola. Hasil perhitungan terhadap daya dukung fisik kawasan Bontang Mangrove Park untuk ketiga tempat kegiatan (boardwalk, dermaga, camping ground) berturut-turut yaitu 433 orang/hari, 123 orang/hari, dan 1.102 orang/hari.
Respon pertumbuhan Acacia crassicarpa A.Cunn. Ex Benth. terhadap pemberian pupuk cair yang berbeda di persemaian PT Mayawana Persada, Pontianak, Kalimantan Barat Eviyanti Palimbong; Ibrahim Ibrahim; Rachmat Budiwijaya Suba; Yosep Ruslim; Kiswanto Kiswanto; Heru Herlambang
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32522/ujht.v7i1.9717

Abstract

Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan kayu. Penggunaan pupuk dalam manajemen HTI diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang dikembangkan. Penggunaan jenis pohon yang cepat tumbuh, dalam hal ini Acacia crassicarpa, patut dipertimbangkan. Penelitian ini  menganalisa persentase hidup, pertambahan tinggi, diameter dan jumlah daun semai A. crassicarpa sebagai respon pemberian pupuk dengan jenis yang berbeda. Sedangkan respon pertumbuhan semai A. crassicarpadiuji di persemaian PT Mayawana Persada  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan dengan Agrimore N, Agrimore P, Agrimore K dan NPK berpengaruh signifikan terhadap persentase hidup, diameter, tinggi, dan jumlah daun semai A. crassicarpa. Persentase hidup tanaman tertinggi yaitu pada perlakuan B2A3 dan B3A1 (100%). Persentase pertumbuhan semai pada perlakuan lainnya juga masih dikategorikan baik sekali (>90%) dengan rentang 96-98%. Perlakuan pupuk NPK memberikan pertambahan tinggi 42 cm/tahun. Perlakuan pupuk Agrimore K memberikan pertambahan diameter terbesar (3,86 mm/tahun), sedangkan pertambahan jumlah daun tertinggi dihasilkan dengan menggunakan pupuk Agrimore P (15,22 helai daun). Pemupukan dengan Agrimore P, Agrimore K sebanyak 2 gram/liter, NPK sebanyak 2 gram/liter, dan Agrimore K 2 gram/ltr memberikan hasil yg terbaik untuk tinggi, diameter dan jumlah daun untuk tanaman A. crassicarpa.
Informasi dari Feses dan Jejak Kaki Rusa Sambar (Cervus unicolor) serta Implikasinya pada Akurasi Penaksiran Populasi Rachmat Budiwijaya Suba; Chandradewana Boer; Irman Irman
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 4, No 2 (2010)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.344 KB) | DOI: 10.22146/jik.1566

Abstract

Information from Feces and Foot Tracks of Sambar Deer(Cervus unicolor), and Its Implication on PopulationEstimationThis study aims to investigate Sambar Deer (Cervus unicolor) ecology from the encounter of pellet piles groups and tracks in the study area. This study was carried out in Swanslutung village, one of the villages in the Paser District, East Kalimantan, where the hunting pressure is still relatively high and local people still depend on hunting for bush-meat of Sambar Deer. Further discussion addresses to find accurate and reliable scheme of population etimate. Average density estimate for the study area, based on the groups of pellet piles count, was 3.01 + 0.17 individuals/km2. Tracks can give information about sex and age classes, some of essential parts to study population dynamic of Sambar Deer. Dispersion of pellet piles groups and tracks can be used in tracking to study home range and territories of the species.
KEANEKARAGAMAN MAMALIA BESAR DI TAMAN NASIONAL KUTAI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Muhammad Karno; Rachmad Budiwijaya Suba; Sukartiningsih Sukartiningsih; Marlon Ivanhoe Aipassa; Abdul Basyir Azham; Yaya Rayadin
Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan Vol 22, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/agrifor.v22i2.6826

Abstract

Indonesia merupakan mega biodiversity, dibuktikan dengan besar persentase jumlah jenis flora dan fauna dibandingkan dengan jumlah keseluruhan banyaknya jenis yang ada di dunia termasuk keanekaragaman mamalia besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman spesies mamalia besar di Taman Nasional Kutai dan mengkaji status konservasi mamalia besar di Taman Nasional Kutai. Secara keseluruhan jumlah jenis mamalia yang ditemukan menggunakan kamera jebak di Sangkima dan Prevab adalah 10 jenis, termasuk kedalam 8 famili. Kelimpahan jenis mamalia tertinggi di Sangkima diperoleh nilai indeks kelimpahan jenis mamalia tertinggi terdapat pada Tenggalung malaya (Viverra tangalunga)  sebesar 35,29% yang berada pada jalur kayu (Transek). Sedangkan nilai indeks kelimpahan jenis mamalia terendah terdapat pada Linsang (Prionodon linsang) 1,75 (jalur Bukit), Landak butun (Hystrix crassipinis) 1,92 (jalur Sempadan), Kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis), 1,92 (jalur Sempadan), Kijang (Muntiacus muntjak) 1,96 (jalur kayu), Landak butun (Hystrix crassipinis) 1,96 (jalur kayu). Kelimpahan jenis mamalia di Prevab tertinggi terdapat pada Kijang (Muntiacus muntjak) sebesar 22,22% yang berada pada jalur Bukit. Sedangkan nilai indeks kelimpahan jenis mamalia terendah terdapat pada Monyet beruk (jalur kayu) (Macaca nemestrina) sebesar 1,79, Musang luwak (jalur sempadan) (Paradoxurus hermaphroditus), sebesar 1,67, Kucing kuwuk (jalur sempadan) (Prionailurus bengalensis) sebesar 1,67, Monyet ekor panjang (jalur sempadan) (Macaca fascicularis) sebesar 1,67.
SEBARAN DAN KARAKTERISTIK KONFLIK ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DENGAN MANUSIA DI KALIMANTAN TIMUR Yoyok Sugianto; Rachmad Budiwijaya; Marlon Ivanhoe Aipassa; Sukartiningsih Sukartiningsih; Wawan Kustiawan; Yaya Rayadin
Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan Vol 22, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/agrifor.v22i2.6828

Abstract

Orangutan di Kalimantan saat ini memiliki status konservasi critically endangered. Kerusakan habitat orangutan menyebabkan orangutan hidup pada lokasi yang berdekatan dengan aktivitas manusia, sehingga rawan menimbulkan konflik antara orangutan dan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan data dan informasi tentang sebaran dan karakteristik konflik antara orangutan (Pongo pygmaeus) dengan manusia yang terjadi di Provinsi Kalimantan Timur. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui berbagai kejadian konflik antara orangutan dan manusia dilakukan melalui pengamatan deskriptif dan kuisioner. Di Provinsi Kalimantan Timur dalam periode waktu 10 tahun terakhir yakni tahun 2012 hingga 2021, ada 109 kejadian penanganan konflik antara manusia dengan orangutan. Terdapat 67 usaha baik secara rehabilitasi maupun translokasi. Orangutan berjenis kelamin jantan lebih banyak terlibat konflik yakni sebanyak 68 individu, sedangkan orangutan berjenis kelamin betina sebanyak 28 individu. Banyaknya kejadian konflik berdasarkan jenis kelamin dan kelas umur adalah sebanyak 96 kejadian, dimana orangutan dewasa memiliki kejadian yang paling banyak yakni sebanyak 42 kejadian, dan yang paling sedikit kejadian konfliknya yakni pada kelas umur bayi yaitu sebanyak 8 kejadian konflik. Menurut asal usul atau lokasi konflik, kebun masyarakat menjadi lokasi yang sering terjadi konflik yakni sebanyak 39 kejadian, areal kebun sawit merupakan lokasi terbanyak kedua yang mengalami kejadian konflik yakni sebanyak 17 kali kejadian.
Keanekaragaman Vegetasi pada Beberapa Umur Revegetasi di Lahan Reklamasi Pascatambang Batubara PT Indominco Mandiri, Kalimantan Timur Rudy Harsono; Rachmad Budiwijaya Suba; Wawan Kustiawan; Marlon Ivanhoe Aipassa; Sukartiningsih Sukartiningsih; Yaya Rayadin
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 22, No 3 (2024): May 2024
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.22.3.589-599

Abstract

Umur reklamasi, keanekaragaman vegetasi dan kimia tanah (total N) merupakan faktor kunci yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan reklamasi sehubungan dengan pemulihan keanekaragaman hayati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman vegetasi yang tumbuh pada lahan reklamasi dengan beberapa umur tanam dan mencari pengaruh serta korelasi antara umur tanam dengan keanekaragaman dan kehadiran jenis vegetasi pada berbagai umur tanam pada lahan reklamasi PT Indominco Mandiri yang berada di wilayah Kutai Timur, Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan pada lahan reklamasi dengan tahun penanaman tahun penanaman 2020, 2015. 2010, 2005 dan 2000 yang selanjutnya diberi kode IMM2, IMM7, IMM12, IMM 17 dan IMM 22. Metode yang digunakan adalah dengan plot dan survey. Data dianalisis untuk mengetahui kerapatan dan basal area per hektar, indeks nilai penting, indeks keanekaragaman, indek kemerataan, indeks kekayaan jenis, indeks dominansi dan indeks similaritas. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 38 spesies dari 18 famili baik yang ditanam maupun tumbuh alami. Dengan demikian, disimpulkan bahwa semakin tua umur tanam, semakin tinggi basal area dan kerapatan jenis per hektar, dengan semakin bertambahnya umur tanaman rehabilitasi maka semakin bertambah pula jenis keragaman pohon yang hadir atau yang tumbuh secara alami.
STOK KARBON TUMBUHAN BAWAH DAN IKLIM MIKRO RUANG TERBUKA HIJAU Diana, Rita; Sutedjo, .; Syilvianti, Intan; Suba, Rachmat Budiwijaya; Syoim, M
MAKILA Vol 17 No 2 (2023): Makila: Jurnal Penelitian Kehutanan
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/makila.v17i2.9581

Abstract

This study was to determine differences in the percentage of canopy cover on carbon stock in three green oven space (RTH) areas at the Faculty of Forestry Mulawarman University (FFMU) and to determine differences in light intensity, temperature, and humidity at every plot location of understorey plants at the FFMU. The method used in this research was to measure the percentage of canopy cover, plant biomass, and carbon stock in plots of 2 x 2 m, measuring light intensity, temperature, and humidity from 06.00 in the morning to 18.00 in the afternoon. Data was collected at three RTHs, namely, RTH Guest House (Location 1), RTH Workshop (Location 2), and RTH Arboretum LSHK (Location 3). The result found the highest amount of carbon (130,8 tons/ha) and the percentage of crowns (59,42%). Medium green open space RTH Guest House amount of carbon (38,4 tons/ha), percentage of the canopy (55,69%), and the lowest RTH Arboretum LSHK amount of carbon (32 tons/ha) and percentage of the canopy (53.71%). Furthermore, the highest light intensity is in the RTH Guest House because the place is sparse, tenuous, and open so that light can directly enter and get more sunlight; moderate light is in the RTH Arboretum LSHK, and little light is in the RTH Workshop because the place is more closed so that light enters only a few. Then, for each temperature, the humidity values obtained are similar. The findings demonstrated variations in carbon storage due to vegetation density, age, growing place quality, and soil characteristics.