Anik Juli Dwi Astuti
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, Medan

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KONSTELASI KERUANGAN BIARA SANGKILON, KAWASAN KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS BAGIAN SELATAN PADA ABAD XI—XIV MASEHI Andri Restiyadi; Lolita Refani Lumban-Tobing; Anik Juli Dwi Astuti; Churmatin Nasoichah; Mochammad Fauzi Hendrawan
Forum Arkeologi VOLUME 33, NOMOR 1, April, 2020
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2772.421 KB) | DOI: 10.24832/fa.v33i1.587

Abstract

Biara Sangkilon is one of the many biaras in the in Padang Lawas archaeological area located in Sangkilon Village, Lubuk Barumun District, Padang Lawas Regency. In general, the arrangement of biaras in this region has its own characteristics, namely the main building facing the mandapa, with one gate. The problem raised in this paper is how the spatial constellation of Biara Sangkilon is? The writing purpose of this article is to get a description of the space boundaries based on the distinction of spatial functions and their relationships in the Biara Sangkilon Complex. Through descriptive-analytical research it can be seen in fact through the form of structure, distance, findings artifactual, and boundaries, there is a fairly clear division of space between sacred space, and profane at Biara Sangkilon. Biara Sangkilon merupakan salah satu dari sekian banyak biara di Kawasan Kepurbakalaan Padang Lawas yang terletak di Desa Sangkilon, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Secara umum, susunan biara-biara yang terdapat di kawasan ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu bangunan utama berhadapan dengan mandapa, dengan satu pintu gerbang. Adapun permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah bagaimanakah konstelasi keruangan Biara Sangkilon? Tujuan dari penulisan artikel ini untuk mendapatkan gambaran tentang batas-batas ruang yang didasarkan pada pembedaan fungsi-fungsi ruang beserta relasirelasinya yang terdapat di Kompleks Biara Sangkilon. Melalui penelitian yang bersifat deskriptifanalitis dapat diketahui ternyata melalui bentuk struktur, jarak, temuan artefaktual, dan batasbatas, terdapat pembagian ruang yang cukup jelas antara ruang sakral, dan profan di Biara Sangkilon. 
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JERUK DI KELURAHAN PEGAGAN JULU I KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI Edi Valdo Sipayung; Anik Juli Dwi Astuti
Tunas Geografi Vol 7, No 1 (2018): JURNAL TUNAS GEOGRAFI
Publisher : Department of Geography Education, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/tgeo.v7i1.12226

Abstract

Tujuan penelitian ini  untuk mengetahui: 1) Karakteristik lahan yang dilihat dari suhu, ketersediaan air, kondisi perakaran, daya menahan hara, ketersediaan unsur hara dan topografi untuk lahan jeruk di Kelurahan Pegagan Julu I Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi. 2) Kesesuaian lahan untuk tanaman jeruk dilihat dari karakteristik lahan (suhu, ketersediaan air, kondisi perakaran, daya menahan hara, ketersediaan unsur hara dan topografi) di Kelurahan Pegagan Julu I Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pegagan Julu I Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi tahun 2017. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh lahan kering di Kelurahan Pegagan Julu I seluas 146 Ha. Sampel ditentukan secara Stratified Random Sampling berdasarkan kelas kemiringan lereng daerah penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan ialah observasi, pengukuran dan studi dokumenter. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Karakteristik lahan di Kelurahan Pegagan Julu I cukup baik untuk peruntukan tanaman jeruk. Hal ini didukung oleh rata-rata suhu harian sebesar 21,50C  dan curah hujan tahunan sebesar 1.794 mm/tahun yang baik untuk tanaman jeruk. Beberapa karakteristik lahan yang lain juga mendukung tumbuhnya tanaman jeruk karena memiliki drainase yang agak baik, tekstur lempung berpasir, kedalaman tanah yang dalam sekitar 78-94 cm, KTK liat yang cukup sebesar 8,37-11,34, pH H2O yang normal antara 5,67-6,12, P2O5 sebesar 10,24-13,09 ppm dan tidak terdapatnya batuan di permukaan serta singkapan batuan. Karakteristik yang menghambat tumbuhnya tanaman jeruk ialah ketersediaan N-Total yang rendah dan kemiringan lereng yang terjal dengan persentase luas lahan sebesar 2% dari keseluruhan lahan di kelurahan tersebut. 2) Kelurahan Pegagan Julu I berada pada kelas kesesuaian lahan S2sr. Lahan yang memiliki pembatas paling banyak adalah satuan lahan IV dan V dengan persentase luas lahan sebesar 5% dari keseluruhan lahan  dan faktor pembatasnya ialah ketersediaan N-Total yang berada pada kelas S3 dan Kemiringan lereng yang berada pada kelas N. Sedangkan lahan yang memiliki pembatas paling sedikit adalah satuan lahan I, II dan III dengan persentase luas sebesar 95% dari keseluruhan lahan. Faktor pembatas ringan pada satuan lahan ini yaitu KTK, N-Total, P2O5 dan kemiringan lereng yang masing berada pada kelas S2. Drainase, tekstur, pH, batuan permukaan dan singkapan batuan menjadi faktor pendukung di satuan lahan ini karena masing-masing berada pada kelas S1. Kata kunci: kesesuaian lahan, suhu, ketersediaan air, kondisi perakaran, daya menahan hara
ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu; W. Lumbantoruan; Anik Juli Dwi Astuti; Rohani Rohani
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 21, No 79 (2015)
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jpkm.v21i79.4830

Abstract

Daerah penelitian adalah DAS Deli yang meliputi tujuh subDAS dan mempunyai luas 47.302,10 ha. Tujuandari penelitian ini adalah 1) Mengetahui daya dukung air di Daerah Aliran Sungai Deli, 2) Mengetahui dayadukung lahan (permukiman, pertanian, dan fungsi lindung) di Daerah Aliran Sungai Deli. Dalam penelitianini dilakukan survei instansional, dan lapangan. Survei instansional dilakukan untuk mendapatkan datahidrometeorologi (curah hujan, suhu),  data kependudukan dan sosial-budaya. Survei lapangan dilakukanuntuk menguji kebenaran hasil peta yang telah dibuat dan  mengambil data fisik lahan. Analisis sumberdaya air mendasarkan pada neraca air dan analisis sumber daya lahan mendasarkan pada kemampuan lahan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya dukung air di DAS Deli masih tergolong tinggi (1081,77). Hal inidicerminkan dengan nilai ketersediaan air sebesar 292.730.308,41 m3/tahun  dengan kebutuhan airsebesar 62.701.426,56 m3/tahun. Daya dukung lahan untuk permukiman di DAS Deli masih tergolong tinggi(11,56). Hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk pada beberapa subDAS relatif sedikit apabiladibandingkan dengan luas wilayahnya. Berbeda dengan daya dukung lahan untuk pertanian dimanawilayah DAS Deli, mempunyai daya dukung rendah dimana luas lahan pertanian pada daerah tersebutrelatif sempit. Daya dukung lahan untuk fungsi lindung dapat dikategorikan rendah dimana pada sebagianwilayah DAS Deli telah terjadi konversi lahan yang mengesampingkan aspek konservasi.
DIVERSIFIKASI DAN INOVASI PRODUK DARI IKAN NILA DAN LELE PADA PETAMBAK DI KECAMATAN SEI BINGAI SUMATERA UTARA Khoiri Khoiri; Teguh Febri Sudarma; Anik Juli Dwi Astuti
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 23, No 3 (2017): JULI - SEPTEMBER
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jpkm.v23i3.7472

Abstract

Abstrak Petani tambak lele dan nila di Desa Adi Mulio Kuwala Mencirin, Pasar V Dusun I Kecamatan Sei Bingai masih kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Indikator dari hal ini karena laba yang di dapat petani rendah, hal itu disebabkan oleh tingginya harga pakan ikan yang harus dibeli di pabrik-pabrik. Pemasaran yang dilakukan oleh petani tambak lele dan ikan nila di Desa Adi Mulio Kuwala Mencirin, Pasar V Dusun I Kecamatan Sei Bingai masih bersifat tradisional artinya hasil panennya langsung diambil oleh tengkulak. Melalui kegiatan Implementasi Mesin Pelet Ikan diharapkan dapat; (1) Menekan biaya operasional yang cukup tinggi, dengan membuat pakan ternak sendiri disertai dengan pembuatan mesin pellet pakan ternak untuk lele dan ikan nila, (2). Membantu proses pemasarannya, misalkan dengan memilih teknik pengemasan dan penyimpanan pakan yang baik dan (3) diversifikasi dan inovasi produk hasil budidayanya untuk menambah nilai jual. Capaian yang diperoleh. 1) Mesin sudah dapat berfungsi tetapi produk pelet masih seperti mie, belum berbentuk butiran. 2) Masyarakat mitra sudah dapat meramu bahan baku pembuatan pelet menjadi adonan pelet. Manajemen pengelolaan usaha masih perlu ditingkatkan. Kata Kunci: Budidaya Ikan, Mesin Pelet Ikan, Petani Ikan. Abstract Farmers of catfish and indigo ponds in Adi Mulio Kuwala Mencirin Village, Pasar V Dusun I Sei Bingai Sub-district is still difficult to develop their business. The indicator of this is because the profit earned by farmers is low, it is due to the high price of fish feed that must be purchased in the factories. Marketing conducted by the farmers of the catfish and tilapia fish in Adi Mulio Kuwala Mencirin Village, Pasar V Dusun I Sei Bingai Subdistrict is still traditional means that the harvest is taken directly by the middleman. Through the Implementation of Fish Pellet Implementation is expected to; (1) Suppressing high operational costs, by making the animal feed itself accompanied by the manufacture of pellet feed machines for catfish and tilapia, (2). Helping the marketing process, for example by choosing good packaging techniques and storage of feed and (3) diversification and innovation of cultivated products to increase selling value. Achievements gained. 1) The machine can already function but the pellet product is still like noodles, not yet shaped granules. 2) Community partners have been able to assemble raw materials making pellets into dough pellets. Business management management still needs to be improved. Keywords: Fish Cultivation, Fish Pellet Machine, Fish Farmer.
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK FUNGSI LINDUNG SITUS GUA BERINGIN DAN GUA CARANO DANAU SINGKARAK, SUMATERA BARAT [THE ENVIRONMENTAL SUPPORTING FUNCTIONS FOR PROTECTION OF BARINGIN AND CARANO CAVE SITES IN THE SINGKARAK LAKE, WEST SUMATERA] Nenggih Susilowati -; Dyah Hidayati; Anik Juli Dwi Astuti; Teguh Hidayat; Dodi Chandra
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 7 No. 2 (2021): KINDAI ETAM VOLUME 7 NOMOR 2 TAHUN 2021
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v7i2.105

Abstract

Lingkungan merupakan faktor penting bagi kehidupan di masa lalu hingga kini yang memiliki potensi sebagai sumber penghidupan manusia, seperti sumber air dan makanan. Manusia memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungannya, dengan mengeksploitasi lingkungan dan menciptakan teknologi yang selaras dengan kebudayaannya. Adapun permasalahan yang akan dibahas pertama, bagaimana gambaran daya dukung lingkungan untuk fungsi lindung bagi keberlangsungan situs Gua Carano dan Gua Beringin di sekitar Danau Singkarak. Kedua, bagaimana nilai penting situs bagi penelitian dan pelestarian. Kemudian tujuannya adalah mengetahui daya dukung lingkungan untuk fungsi lindung bagi keberlangsungan situs Gua Carano dan Gua Beringin di sekitar Danau Singkarak. Selain itu bertujuan untuk mengetahui nilai penting situs bagi penelitian dan pelestarian. Metode yang diterapkan adalah kualitatif menggunakan alur penalaran induktif. Hipotesisnya adalah lingkungan mempengaruhi budaya yang berkembang pada situs tersebut di masa lalu,dan perubahan yang terjadi di sekitarnya akan mempengaruhi situsnya. Kemudian guna mempertajam analisis daya dukung lingkungan untuk fungsi lindung dilakukan analisa terhadap data primer dan data sekunder melalui peta. Keberadaan Gua Beringin dan Gua Carano di tepian Danau Singkarak memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi sejak masa prasejarah. Nilai penting dari sisi pendidikan dan ilmu pengetahuan meliputi teknologi pembuatan gerabah dan aktivitas kemaritiman di lingkungan danau sebagai bagian dari pelajaran muatan lokal, maupun menjadi objek penelitian bagi disiplin ilmu lain selain arkeologi. Nilai penting bagi kebudayaan berkaitan dengan strategi adaptasi dan subsistensi terhadap sumber daya alam di lingkungan danau. Environment is important for human livelihood, such as a source of water and food. Humans have a good ability to adapt by exploiting the environment and creating technology which is in harmony with their culture. The problems in this study are how is environment carrying capacity for protection the sustainability of Carano and Beringin Caves around Singkarak Lake, and how important are the caves. The method applied was qualitative using inductive reasoning flow. The analysis of both primary and secondary data was carried out through maps. The result showed that these caves have a fairly high historical value since prehistoric times. The important values in terms of education and science include technology for making pottery and maritime activities as part of local content lessons, as well as being an object of research for disciplines other than archeology. The Important values of culture are related to adaptation and subsistence strategies for natural resources.
KAJIAN PENDEKATAN EKOSISTEM DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) 571 SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA Muhammad Ridha S Damanik; Muhammad Riza Kurnia Lubis; Anik Juli Dwi Astuti
JURNAL GEOGRAFI Vol 8, No 2 (2016): Jurnal Geografi
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jg.v8i2.5780

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi perikanan di wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 571 Selat Malaka Provinsi Sumatera Utara serta memberikan gambaran kondisi sumberdaya perikanan di wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 571 Selat Malaka Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan. Pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan dilakukan dengan menggunakan content analysis, di mana kajian difokuskan pada isi (content) keragaan pengelolaan perikanan di wilayah pengelolaan perikanan (WPP) dengan mengacu kepada kriteria indikator. Indikator yang digunakan adalah indikator habitat, indikator sumberdaya ikan, indikator teknis penangkapan ikan, indikator ekonomi, indikator sosial, dan indikator kelembagaan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan multi-criteria analysis (MCA) di mana sebuah set kriteria dibangun sebagai basis bagi analisis keragaan wilayah pengelolaan perikanan yang sdilihat dari pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan melalui pengembangan indeks komposit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 6 indikator yang dinilai, terdapat 3 indikator yang termasuk dalam kriteria baik yaitu indikator habitat, indikator sumberdaya ikan, dan indikator sosial, dengan nilai komposit masing-masing 213, 214 dan 233. Selanjutnya terdapat 2 indikator yang termasuk dalam kriteria sedang yaitu indikator teknis penangkapan ikan dan indikator kelembagaan, dengan nilai komposit masing-masing 183 dan 167. Sedangkan untuk indikator ekonomi termasuk dari kategori buruk dengan nilai komposit 125. Berdasarkan perhitungan agregat komposit seluruh indikator maka nilai rata-rata komposit adalah 189 atau termasuk dalam kategoti sedang.Kata Kunci : Pendekatan Ekosistem, Pengelolaan PerikananMalacca Strait North Sumatra province and provide an overview of the condition of fishery resources in the fishery management area (WPP) 571 Malacca Strait North Sumatra Province. This research is a qualitative descriptive study using an ecosystem approach to fisheries management. The ecosystem approach to fisheries management is done by using content analysis, in which the study is focused on the content (content) variability in the fisheries management fisheries management area (WPP) with reference to the indicator criteria. The indicator used is the habitat indicator, the indicator fish resources, fishing technical indicators, economic indicators, social indicators, and institutional indicators. Data analysis was performed using a multi-criteria analysis (MCA) in which a set of established criteria as a basis for variability analysis of the fishery management area sdilihat of the ecosystem approach in fisheries management through the development of a composite index. The results of this study showed that of the six indicators were assessed, there are three indicators that are included in both criteria are indicators of habitat, an indicator of fish resources, and social indicators, with a composite score of each 213, 214 and 233. Then there are two indicators that are included in criterion was that the technical indicators and indicators of institutional fishing, with a composite score of each 183 and 167. As for economic indicators including the poor category with a composite score of 125. Based on the calculation of the entire aggregate composite indicator of the average composite score is 189 or including the classes of being.Keywords: Ecosystem Approach, Management of Fisheries
Studi Mengenai Koefisien Aliran Sebagai Indikator Kerusakan Lingkungan Di Daerah Aliran Sungai Deli Anik Juli Dwi Astuti; Nurmala Berutu
JURNAL GEOGRAFI Vol 4, No 1 (2012): JURNAL GEOGRAFI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jg.v4i1.7924

Abstract

Daerah penelitian adalah DAS Deli yang meliputi enam subDAS dan mempunyai luas 47.302,10 ha. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menilai besarnya rata-rata koefisien aliran sebagai salah satu indikator rusak atau tidaknya lingkungan DAS Deli dilihat dari aspek tata air. 2) mengetahui sebaran besarnya nilai koefisien aliran di DAS Deli. 3) Merumuskan strategi pengelolaan lingkungan untuk mencegah meningkatnya nilai koefisien aliran di DAS Deli. Dalam penelitian ini dilakukan survei instansional, dan lapangan. Survei instansional dilakukan untuk mendapatkan data hidrometeorologi (curah hujan, suhu). Survei lapangan dilakukan untuk menguji kebenaran hasil peta yang telah dibuat dan dan mengambil data fisik yang terdiri dari kemiringan lereng, dan tekstur tanah. Perhitungan koefisien aliran  menggunakan metode Cook.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata koefisien aliran di DAS Deli  adalah 0,52, yang menunjukkan bahwa DAS Deli masih dalam kondisi normal. Namun ada beberapa subDAS di DAS Deli yang mempunyai koefisien aliran yang tinggi seperti subDAS Petane, Simaimai dan Babura. Tingginya nilai koefisien aliran dapat menyebabkan banjir dan erosi yang tinggi. Untuk itu diperlukan strategi pengelolaan lingkungan untuk mencegah terjadinya kenaikan koefisien aliran dengan prinsip pengelolaan lingkungan DAS ”one river and one management”. Kegiatan pengelolaan meliputi meliputi: perencanaan, penataan, penetapan, pemanfaatan, pelestarian, dan pemantauan (7P) yang tentu harus melibatkan tiga unsur kelembagaan, yaitu, Pemerintah, masyarakat dan lembaga swasta.Kata kunci:    Koefisien aliran, kerusakan lingkungan, Daerah Aliran Sungai
Aplikasi Data Penginderaan Jauh Untuk Kajian Kondisi Eksisting Ekosistem Mangrove di Wilayah Kepesisiran Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara Eni Yuniastuti; Anik Juli Dwi Astuti; Dwi Wahyuni Nurwihastuti
JURNAL GEOGRAFI Vol 10, No 2 (2018): JURNAL GEOGRAFI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jg.v10i2.9384

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kepesisiran Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisting, mengetahui indeks keanekaragaman, dan mengetahui agihan ekosistem mangrove yang tumbuh di wilayah kepesisiran Kecamatan Pantai Labu. Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode pengumpulan data dengan sampling serta metode analisisnya secara kualitatif. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ekosistem mangrove yang terdapat di daerah penelitian. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling untuk penentuan transek garis dan petak contoh (transect line plot). Teknik pengumpulan data meliputi analisis data sekunder, observasi, dan perhitungan langsung di lapangan. Variabel penelitian ini meliputi kerapatan (densitas), kekerapan (frekuensi), luas penutupan (coverage), indeks nilai penting (importance value index), indeks dominasi (index of dominance), dan indeks keanekaragaman (diversity). Teknik analisis hasil menggunakan analisis spasial dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan kondisi eksisting ekosistem mangrove yang terdapat di Kecamatan Pantai Labu berdasarkan hasil interpretasi visual citra Google Earth Tahun 2015 sebesar 517,95 ha. Keanekaragaman vegetasi mangrove di Kecamatan Pantai Labu memiliki indeks keanekaragaman H’ < 1,0. Artinya keanekaragaman mangrove di Kecamatan Pantai Labu masih rendah, miskin, produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat, dan ekosistem tidak stabil. Spesies mangrove yang terdapat di Kecamatan Pantai Labu meliputi Avicennia sp (api-api), Rhizophora sp (bakau), Sonneratia sp (pedada), Bruguira sp, dan Xylocerpus sp (nyirih). Persebaran dan agihan ekosistem mangrove di Kecamatan Pantai Labu berada di sepanjang tepi pesisir yang meliputi Desa Sungai Tuan dengan luas 128,58 ha, Desa Bagan Serdang dengan luas 78,75 ha, Desa Regemuk dengan luas 33,50 ha, Desa Pantai Labu Pekan dengan luas 15,85 ha, Desa Paluh Sebaji dengan luas 73,48 ha, dan Desa Denai Kuala dengan luas 187,79 ha.Kata Kunci: ekosistem mangrove, wilayah kepesisiran, Google Earth
Analisis Koefisien Aliran Permukaan dengan Menggunakan Metode Bransby-Williams Di Sub Daerah Aliran Sungai Babura Provinsi Sumatera Utara Anik Juli Dwi Astuti; Eni Yuniastuti; Dwi Wahyuni Nurwihastuti; Retno Triastuti
JURNAL GEOGRAFI Vol 9, No 2 (2017): JURNAL GEOGRAFI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jg.v9i2.7058

Abstract

Abstrak Daerah penelitian adalah sub Daerah Aliran Sungai Babura yang mempunyai luas 4921,88 Ha. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis besarnya koefisien aliran permukaan menggunakan metode Bransby-William di Sub Daerah Aliran Sungai Babura, 2) menganalisis distribusi nilai koefisien aliran di Sub Daerah Sungai Babura. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode survey baik survey instansional maupun lapangan. Survei instansional digunakan untuk memperoleh data curah hujan dan penutup lahan sedangkan survey lapangan digunakan untuk mendapatkan data tekstur tanah dan kemiringan lereng. Selanjutnya hasil dianalisis dengan menggunakan analsis deskriptif dan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien aliran di Sub Daerah Aliran Sungai Babura berkisar 0,4 – 0,55 dengan rata-rata 0,475. Dengan mendasarkan pada nilai koefisien aliran tersebut dapat dikatakan bahwa sub DAS Babura masih dalam kondisi baik. Besarnya koefisien aliran di SubDAS Babura bervariasi dimana pada daerah hulu nilai koefisien aliran permukaan berkisar antara 0,4 – 0,45 sedangkan di daerah hilir sungai pada kisaran nilai 0,5 – 0,55. Kata kunci : koefisien aliran, Bransby-William, sub Daerah Aliran Sungai, Babura Abstract The research located in Babura watershed which has wide of 4921.88 Ha. The purposes of this research are 1) to analyze runoff coefficient using Bransby-Williams method, 2) to analyze the distribution of runoff coefficient in Babura river basin. In this research, data were collected using survey methods both the institutional and field surveys. Institutional surveys were used to obtain rainfall and land use data meanwhile field surveys were used to gain soil texture data and slope. The results of this study were analyzed using descriptive and spatial analysis. The results showed that the runoff coefficient in the Babura watershed was from 0.4 to 0.55 with an average of 0.475. This means that the Babura watershed is still in good condition. Furthermore, runoff coefficient in upstream was 0.4 – 0.45 while in downstream the runoff coefficient was 0.5 – 0.55. Key words: runoff coefficient, Bransby-Williams, Watershed, Babura