Kukuh Eko Prihantoko
Capture Fisheries Department, Faculty Of Fisheries And Marine Sciences, Universitas Diponegoro

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Analysis of The Potential Banana Prawn (Penaeus merguiensis) in The Northern Waters of Rembang Regency Muhamad Fathikul Umam; Agus Suherman; Kukuh Eko Prihantoko
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 12 No. 1 (2021): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jmf.v12i1.36081

Abstract

This study aims to describe the characteristics of mini bottom trawl fishing gear and fishing season, as well as to estimate the stock density and sustainable potential of banana prawn (Penaeus merguiensis), in Rembang Regency. This study was conducted from September to October 2020, in the Northern Waters of Rembang Regency, with an area of ​​1409.7 km², using both primary and secondary data. Primary data was collected directly from observations, measurements, and interviews with fishermen, while secondary data, including data on the number and types of fishing gear, as well as production and production values, was obtained through a literature review. The results of the study found that banana prawn in the northern waters of Rembang Regency was caught using two types of fishing gear, and these are sotok/mini bottom trawls and trammel nets. The total length of mini bottom trawl in this study are 15.77 m, 16.5 m, 20.44 m, and 25.2 m. The fishing season for banana prawn is from June to September The average stock density value is 16.22 kg/km² (range 4.37 to 41.14 kg/km²), the Cmsy value is 2.625 kg, the Emsy value is 4.172 trips and the average utilization rate is 44% (range 23 to 82%). Keywords: Rembang, banana prawn, stock density, and MSY.
PENGARUH ELECTRO SHIELD SYSTEM (EES) PADA BOTTOM SET GILL NET TERHADAP HASIL TANGKAPAN ELASMOBRANCHII DI PERAIRAN TANJUNG PANDAN, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Aristi Dian Purnama Fitri; Herry Boesono; Kukuh Eko Prihantoko; Dwi Yoga Gautama; Desca E Dewi; Fajar Adiyanto
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 15, No 1 (2019): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (593.16 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.15.1.26-31

Abstract

Electro Shield System  (ESS) adalah suatu perangkat elektronik sebagai alat bantu untuk mencegah tertangkapnya biota lasmobranchii yang umumnya sebagai bycatch pada saat operasi penangkapan bottom set gill net. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh frekuensi ESS (Electro Shield System) sebesar 55 Hz dan 100 Hz selama operasi penangkapan pada jaring insang dasar (bottom set Gill net) terhadap biota elasmobranch. Metode penelitian adalah eksperimental fishing, dilakukan di perairan Tanjung Pandan, Bangka. Kepulauan Belitung di Indonesia dari bulan Maret hingga Mei, 2017. Variabel perlakuan adalah operasi penangkapan bottom set gill net yang dipasang alat ESS frekuensi ESS 55 Hz dan 100 Hz dibandingkan dengan bottom set gill net tanpa dipasang ESS (kontrol) untuk mengetahui hasil tangkapan elasmobranchii. Tangkapan Elasmobranch pada bottom set Gill net dengan ESS 55 Hz lebih rendah jumlahnya (5,26%) dibandingkan dengan tangkapan dengan ESS 100 Hz (6,21%) dan tanpa ESS (7,08%). Analisis statistik ANOVA (tanda 0,05) menunjukkan perbedaan yang signifikan antara bottom set gill net dengan dan tanpa ESS 55 Hz dan 100 Hz. Hal ini menunjukkan bahwa ESS dengan frekuensi 55 Hz dapat dideteksi oleh biota elasmobranch dalam organ ampullae lorenzini, sehingga tidak terperangkap pada bottom set Gill net.Electro Shield System  (ESS) was an electronic device as a tool to prevent the capture of common lasmobranchii biota as a by-catch during a bottom set gill net capture operation.The aim of research was analysed the effect of ESS (Electro Shield System ) frequency of 55 Hz and 100 Hz during the capture operation on bottom set Gill net against elasmobranch biota. The research method was an experimental fishing, conducted in the Tanjung Pandan waters of the Bangka. Belitung Islands in Indonesia from March to May, 2017. The treatment variable was the bottom set gill net capture operation that is installed ESS 55 Hz and 100 Hz frequency compared to without ESS (control) to find out the elasmobranch catch. Elasmobranch catches on set bottom set Gill nets with ESS 55 Hz were lower (5.26%) compared to catches with 100 Hz (7.08%) and without ESS (7.08 %). Statistical analysis of ANOVA (sign 0.05) shows a significant difference between bottom set Gill nets with and without ESS 55 Hz and 100 Hz. This indicates that an Electro Shield System  with a frequency of 55 Hz can be detected by elasmobranch biota in the organs of ampullae lorenzini, so as not to be caught on the bottom set Gill net.
THE EFFECT OF DIFFERENCES IN ARTIFICIAL BAIT COLOR AND SOAKING TIME IN HAND-LINE FISHING GEAR ON TUNAS (E. afinnis) IN SENDANG BIRU WATERS, MALANG, INDONESIA Nadia Elis Febrita; Aristi Dian Purnama Fitri; Kukuh Eko Prihantoko
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 17, No 3 (2021): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.17.3.%p

Abstract

Hand-line fishing gear is traditionally used by fishermen in Sendang Biru, Malang, Indonesia to catch Euthynnus affinis. Therefore, this study aims to analyze the color differences of the artificial bait and soak time of E. afinnis's catch. The study was conducted in the waters of Sendang Biru, Malang, Indonesia from July to August 2019, with the experimental fishing method by comparing the artificial bait color variables (white, red, blue, and gray) and soaking time (2 and 20 minutes). The results showed that the artificial red bait color gave the most catches and was affected by the soaking time (with a significant level of 0.05).
DAERAH POTENSI PENANGKAPAN IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) DI LAUT JAWA BERDASARKAN SATELIT AQUA MODIS (Potential Fishing Ground of Fringe Scale Sardine (Sardinella fimbriata) in the Java Sea based on Aqua Modis Satellite) Irma Dwi Maulina; Imam Triarso; Kukuh Eko Prihantoko
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 15, No 1 (2019): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.446 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.15.1.32-40

Abstract

Laut Jawa merupakan perairan dengan potensi ikan pelagis kecil yang didominasi ikan Tembang. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal melalui pengetahuan daerah potensi penangkapan ikan. Penentuan DPI (Daerah Penangkapan Ikan) ikan pelagis oleh nelayan Pukat Cincin (mini purse seine) yang berbasis di PPN Pekalongan masih menggunakan cara tradisional melalui pengalaman terdahulu sehingga hasilnya kurang maksimal. Tujuan penelitian ini mengkaji nilai rata-rata suhu permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a secara musiman selama 3 tahun (2016-2018) melalui interpretasi citra satelit Aqua Modis serta menganalisis pengaruhnya terhadap hasil tangkapan ikan Tembang (Sardinella fimbriata). Sehingga didapat peta potensi DPI Ikan Tembang pada perikanan mini purse seine di Laut Jawa yang berbasis di PPN Pekalongan. Metode pengambilan data dilakukan melalui observasi lapangan. Metode penentuan daerah potensi penangkapan ikan dilakukan melalui pendekatan SPL dan konsentrasi klorofil-a dengan memperhatikan jalur penangkapan dan kedalaman perairan. Hasil yang didapat yakni rata-rata produksi ikan Tembang tertinggi pada tahun 2016 hingga 2018 di Laut Jawa didapat pada musim peralihan I dengan SPL 28,86oC dan konsentrasi klorofil-a 0,55 mg/m3. Analisis pengaruh SPL dan Klorofil-a terhadap hasil tangkapan dilakukan melalui regresi berganda dengan menyertakan uji asumsi klasik. Pengaruh SPL dan Klorofil-a terhadap hasil tangkapan dinilai cukup kuat terlihat dari koefisien korelasi (R) 0,795. Koefisien determinasi (R2) 0,63, artinya SPL dan klorofil-a dapat menjelaskan hasil tangkapan 63%. Terdapat 3 lokasi yang berpotensi sebagai daerah penangkapan di Laut Jawa tepatnya Utara Kota Pekalongan yakni di perairan Tegal, Pemalang dan Pekalongan dengan daerah potensi terluas berada di perairan Pekalongan. The Java Sea is a water region with potential pelagic fish. Mini purse seine fisheries with fishing base on PPN Pekalongan was determined fishing ground by traditional way, so the result was not optimal. The research aims to observe seasonal variability of sea surface temperature (SST) and chlorophyll-a concentration for 3 years (2016-2018) from satellite image data Aqua Modis interpretation and analyze the relationship between catch and SST as well as between catch and chlorophyll-a. Final result from this research is map of Fringe Scale Sardine (Sardinella fimbriata) fishing ground for mini purse seine fishery in the Java Sea. This research apllied the theory that fishing ground can be determined by SST and chlorophyl-a. The results showed that the highest catch value in the Java Sea during 2016 till 2018 was occurred on transitional season while SST 28,86°C and chlorophyll-a concentration 0,55 mg/m³. This research use multiple regression which start by classical assumption test to analyze the relationship between catch and SST as well as between catch and chlorophyll-a. Also obtained correlation between SST and concentration of chlorophyll-a with the catch of Fringe Scale Sardine indicated strong correlation coeffisien (R) 0,795. While determination coefficient (R2) 0,63 indicated that SST and chlorophyll-a can explain 63% of catch value. Fishing grounds potential of pelagic fish especially Fringe Scale Sardine were found located along the Java Sea exactly Tegal, Pemalang and Pekalongan which large potential were located in Pekalongan water region.
PENGARUH PENAMBAHAN FUNEL PADA ALAT TANGKAP BUBU TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN (Portugus pelagicus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH (The Effect of Funnel Addition on Trap Toward catch of Blue Swimming Crab in Rembang Sea waters) Bogi Budi Jayanto; Kukuh Eko Prihantoko; Imam Triarso; Faik Kurohman
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 13, No 2 (2018): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.614 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.13.2.100-104

Abstract

Bubu (Trap) merupakan alat tangkap yang dioperasikan secara pasif yang termasuk alat tangkap ramah lingkungan, dengan keunggulan hasil tangkapan masih dalam kondisi hidup dan segar. Target penangkapan dari alat tangkap Bubu salah satunya adalah Rajungan (Portunus pelagicus), yang merupakan komoditas ekonomis penting perikanan. Indikasi produktivitas suatu alat tangkap adalah apabila hasil tangkapan didominasi dengan target tangkapan dengan nilai efektivitas yang tinggi. Modifikasi bentuk dan jumlah Funnel (pintu masuk) pada Bubu merupakan salah satu cara memperbesar peluang target  masuk kedalamnya. Penelitian mengenai penambahan jumlah funnel bertujuan untuk meningkatkan peluang Rajungan tertangkap. Rancang bangun funnel sebanyak 6 buah (Bubu Payung) akan memperbesar peluang Rajungan sebagai target tangkapan tertangkap dibandingkan bubu dengan jumlah  funnel 2 buah. Melalui metode penelitian experimental fishing di perairan Rembang, Jawa Tengah didapatkan hasil bahwa Bubu dengan funnel sebanyak 6 buah (Bubu payung) menghasilkan hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan dengan Bubu dengan funnel sebanyak 2 buah. Bubu was a passive fishing gear and kind of responsible fishing gear categories. Catch on fresh condition is one of benefit from this gear. Rajungan (Portunus pelagicus) is one of important fisheries resources and valuable. One of the productivity indicator on fishing gear is if catch dominated by targetted of fish and effectiveness value is high. Trap modification on shape and amount funnel is one of techniques to increase opportunity fish that get caught. The aim of this study is to increase opportuniy caught of Rajungan with different funnel amount. Bubu with six funnel will enlarge opportunity of Rajungan that caught than of two funnel. By experimental fishing in Rembang sea water, Province of  Central Java, the result of this study shown that bubu with six funnel get more larged rajungan catch than bubu with two funnel.
RASIO GAYA APUNG DAN GAYA TENGGELAM PURSE SEINE TIPE LENGKUNG PADA KAPAL UKURAN DIBAWAH 20 GT DI PPP BULU, TUBAN (Ratio of Buoyancy and Sinking Force of Purse Seine with Curved Type on Vessels Under 20 GT in PPP Bulu, Tuban) Bogi Budi Jayanto; Kukuh Eko Prihantoko; Bimo Silar Sanhajik
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 16, No 1 (2020): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.184 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.16.1.63-71

Abstract

Purse seine pelagis kecil tipe lengkung merupakan alat tangkap yang banyak digunakan di PPP Bulu karena dianggap paling efektif dalam menangkap ikan pelagis kecil schoaling. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik bentuk dan konstruksi, serta menganalisis kesesuaian teknis rasio gaya apung dan gaya tenggelam of this gear in PPP Bulu. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi survei dengan simple random sampling 10 buah kapal purse seine. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang selanjutnya digunakan untuk analisis karakteristik bentuk dan konstruksi, perhitungan bobot komponen, gaya apung dan gaya tenggelam. Sedangkan Analisis kesesuaian teknis rasio gaya apung dan gaya tenggelam menggunakan fungsi statistik deskriptif yang datanya disajikan secara ringkas dengan tabel. Purse seine pelagis kecil tipe lengkung di PPP Bulu menggunakan spesifikasi komponen yang berbeda-beda. Rasio gaya apung dan gaya tenggelam yang ideal adalah pada kisaran 1,5 – 2,0 kali jumlah gaya tenggelamnya. Rasio gaya apung dan gaya tenggelam dari 10 sampel menunjukkan bahwa 2 sampel memiliki rasio dibawah 1,5; sedangkan 8 sampel lainnya memiliki rasio diantara 1,5 – 2,0. Rata – rata nilai rasio gaya apung dan gaya tenggelam alat tangkap purse seine pelagis kecil tipe lengkung di PPP Bulu, Kabupaten Tuban berada pada 1,7. Small pelagic purse seine, curved type, is one of the most widely used fishing gear in Bulu, since it is considered the most effective in capturing pelagic schoaling. The purpose of this study was to analyze the characteristics of shape and construction, as well as to analyze the technical suitability of the floating force ratio and the sinking force of this gear in PPP Bulu. This research was used survey description method with simple random sampling 10 purse seiner . Data collection was done by observation, interviews, and documentation, which was then used for analysis of the characteristics of shape and construction, calculation of component weights, buoyancy and sinking forces. On the other hand, the technical suitability analysis of the ratio of buoyancy and sinking force were used descriptive statistical functions whose data are presented concisely with tables. Small pelagic purse seine, curved type, in PPP Bulu use different component specifications. The ideal buoyancy and sinking ratio is 1.5 - 2.0 times the sinking force.  The ratio of buoyancy and sinking force of ten samples showed that two samples had a ratio below 1.5; while the other eight samples had ratio between 1.5 - 2.0. The average value of the ratio of buoyancy and sinking force of a small pelagic purse seine, curved type, in PPP Bulu, Tuban Regency was 1.7.
KOMPOSISI IKAN HASIL TANGKAPAN JARING CADUK (SCOOP NET) YANG BEROPERASI DI PERAIRAN CILACAP Fajar Adiyanto; Kukuh Eko Prihantoko; Herry Boesono
Jurnal Perikanan Tangkap : Indonesian Journal of Capture Fisheries Vol 2, No 3 (2018): Jurnal Perikanan Tangkap, September 2018
Publisher : Jurnal Perikanan Tangkap : Indonesian Journal of Capture Fisheries

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.684 KB)

Abstract

Jaring caduk (scoop net) merupakan alat tangkap tradisional yang beroperasi di perairan Cilacap. Target utama penangkapan adalah ikan Teri (Stolephorus Sp.). Jaring Caduk dioperasikan pada jam 18.00-05.00 WIB yang terbagi menjadi tiga trip pengoperasian. Pada saat pengoperasian jaring caduk, nelayan aktif mencari geromboan ikan dengan melihat kondisi Perairan. Sehingga, tidak menetap di satu titik pengoperasian. Alat bantu yang digunakan jaring Caduk adalah atraktor lampu sebagai penarik ikan untuk berkumpul. Pada pengoperasian jaring caduk jenis ikan yang tertangkap cenderung berasal dari satu jenis ikan dalam satu trip pengoperasian. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan jaring Caduk pada musim penangkapan yang berbeda. Metode penelitian ini adalah deskritif analisis. Adapun metode pengambilan data yaitu, dengan cara observasi, wawancara, dan dokumnetasi selama penelitian. Kriteria pengambilan sampel nelayan yaitu, 1) pengalaman nelayan lebih kurang 10 tahun, 2) beroperasi pada dua musim yang berbeda. Pengambilan data dilakukan dengan lima kali ulangan (lima trip) pengoperasian, yaitu lima kali pada musim biasa dan lima kali pengulanan pada musim puncak. Hasil yang diperoleh yaitu, pada periode musim biasa hasil tangkapan didominsi oleh ikan tembang (Sardinella fimbriata) dengan presentase 60 %  (165 Kg), selanjutnya ikan teri putih (Stolephorus indicus) dengan presentase 40 % (108 Kg).Sedangkan pada periode musim puncak hasil tangkapan didominasi oleh ikan Teri putih (Stolephorus indicus) dengan presentase hasil tangkapan 81 % (1.263 Kg), diikuti ikan Lemuru (Sardinella lemuru) 13 % (209 Kg), dan ikan Tembang (S.fimbriata) 6 % (69 Kg).
ANALISIS HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN PADA ALAT TANGKAP BUBU FUNNEL 2 DAN FUNNEL 4 DI PERAIRAN REMBANG Bogi Budi Jayanto; Faik Kurohman; Herry Boesono; Kukuh Eko Prihantoko
Jurnal Perikanan Tangkap : Indonesian Journal of Capture Fisheries Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Perikanan Tangkap, Maret 2018
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bubu (Trap) adalah salah satu alat tangkap yang digunakan untuk menangkap Rajungan. Rajungan yang tertangkap dengan alat tangkap Bubu masih dalam kondisi hidup dan segar sehingga mutu hasil tangkapan terjamin. Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan komiditas ekonomis penting perikanan, dengan harga jual yang tinggi jika dalam kondisi hidup. Funnel (pintu masuk) pada Bubu merupakan salah satu penentu keberhasilan biota (Rajungan) terjebak masuk kedalamnya. Penelitian tentang penambahan funnel ini bertujuan untuk meningkatkan peluang rajungan banyak tertangkap dan menjadikan nilai efektivitas yang tinggi. Penambahan jumlah funnel sebanyak 4 buah dari yang biasanya digunakan nelayan sebanyak 2 buah diharapkan akan memperbesar peluang rajungan sebagai target tangkapan alat tangkap Bubu. Melalui metode penelitian experimental fishing di perairan Rembang, Jawa Tengah didapatkan hasil bahwa Bubu dengan funnel sebanyak 4 buah menghasilkan hasil tangkapan lebih
Strategi Pengelolaan Kawasan Pesisir di Pasar Banggi Kabupaten Rembang dengan Pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) Bambang Argo Wibowo; Azis Nur Bambang; Rudhi Pribadi; Indradi Setiyanto; Kukuh Eko Prihantoko; Himawan Arif Sutanto
Jurnal Kelautan Tropis Vol 25, No 2 (2022): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v25i2.12381

Abstract

This study aim to determine priorities in the management of coastal areas in Pasar Banggi, Rembang Regency. Analytical Hierarchy Process (AHP) used to prioritise coastal area management strategy. A total of 15 people were taken as a sample of respondents using purposive sampling consisting of fishermen, coastal community leaders, the Department of Fisheries and Marine Affairs, the Department of Culture and Tourism, the Department of Environment and Academics. The results show that in managing the coastal area at Pasar Banggi, Rembang Regency, the main factor that must be considered is the environment (Ecology) with the most important aspects including mangrove ecosystems, coral reefs, and fish resources. While overall (overall) shows that the priority scale of criteria and alternative management of coastal areas in Pasar Banggi, Rembang Regency with AHP in order of priority is Silvofishery, Ecotourism and Artisanal Fisheries. Thus, the Silvofishery development strategy becomes a top priority in the management of coastal areas in Pasar Banggi, Rembang Regency. Silvofishery is fish farming in the mangrove ecosystem area without having to convert or damage the mangrove ecosystem so that the sustainability of the mangrove ecosystem is maintained.  Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas dalam pengelolaan Kawasan pesisir di Pasar Banggi Kabupaten Rembang. Analysis Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan prioritas dalam pengelolaan kawasan. Sebanyak 15 orang diambil sebagai sampel responden dengan menggunakan purposive sampling yang terdiri dari nelayan, tokoh masyarakat pesisir, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup dan Akademisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mengelola Kawasan pesisir di Pasar Banggi Kabupaten Rembang faktor utama yang harus diperhatikan adalah lingkungan (Ekologi) dengan aspek yang paling penting diantaranya ekosistem mangrove, terumbu karang, dan sumberdaya ikan. Sedangkan secara secara keseluruhan (overall) menunjukkan bahwa skala prioritas kriteria dan alternatif pengelolaan wilayah pesisir di Pasar Banggi Kabupaten Rembang dengan AHP dengan urutan prioritas adalah Silvofishery, Ecotourism dan Artisanal Fisheries. Dengan demikian strategi pengembangan Silvofishery menjadi prioritas utama di dalam pengelolaan wilayah pesisir di Pasar Banggi Kabupaten Rembang. Silvofishery merupakan budidaya ikan di Kawasan ekosistem mangrove tanpa harus mengkonversi atau merusak ekosistem mangrove sehingga keberlanjutan ekosistem mangrove tetap terjaga.