Farida Ariyani
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pengaruh Penyimpanan Terhadap Profil Formaldehida Alami dan Kemunduran Mutu pada Ikan Beloso (Saurida tumbil) Umi Anissah; Giri Rohmad Barokah; Farida Ariyani
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 22 No 3 (2019): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.118 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v22i3.29123

Abstract

Greater lizardfish (Saurida tumbil) is known to contain endogenous formaldehyde content. Formaldehyde can kill spoilage bacteria, pathogens, and molds. However, this compound is also carcinogenic. The present research was conducted to determine the profile of endogenous formaldehyde and deterioration in the quality deterioration of greater lizardfish during frozen storage. The sample was provided from TPI Cituis, Tangerang, Banten. Sampling and analysis to determine the formaldehyde profile and fish deterioration were conducted once in a month for four months. The samples were then analyzed for formaldehyde profiles (formaldehyde, TMA, TMAO, and DMA) and quality deterioration profiles (TVB-N, acidity, TPC, and organoleptic plates). The results showed that greater lizardfish had 8.62±3.4 ppm formaldehyde content, which increased in the first-month storage and then decreased in subsequent months. The content of TMA and TMAO increased during frozen storage. Greater lizardfish quality deterioration analysis during storage showed the increasing of TVB-N content. Based on the organoleptic score, greater lizardfish can be stored for up to three months. The pH value and total bacteria of greater lizardfish increased in line with storage time.
Aplikasi Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle Linn) dalam Menghambat Oksidasi Lemak Jambal Patin (Pangasius hypophthalmus) Farida Ariyani; Irianti Amin; Dedi Fardiaz; Slamet Budiyanto
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 3, No 2 (2008): Desember 2008
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v3i2.20

Abstract

ABSTRAKPenelitian aplikasi ekstrak daun sirih (Piper betle Linn) untuk menghambat proses oksidasi jambal patin telah dilakukan. Percobaan dilakukan dengan penambahan ekstrak daun sirih (Piper betle Linn) dalam larutan garam yang digunakan untuk penggaraman ikan. Perbandingan ekstrak daun sirih dan larutan garam yang digunakan adalah 1:2, 1:3, 1:4, 1:5 (v/v), sedangkan larutan garam tanpa penambahan ekstrak daun sirih digunakan sebagai kontrol. Selesai perendaman dalam campuran larutan garam dan ekstrak sirih (48 jam), patin asin dikeringkan di bawah sinar matahari selama 4–5 hari, selanjutnya disimpan pada suhu ruang (25-32oC) selama 8 minggu. Perubahan mutu jambal patin dimonitor secara organoleptik dan kimiawi (angka Thiobarbituric Acid Reactive Substances/TBARS, angka anisidin, dan produk berfluoresen), sebelum jambal patin kering disimpan dan setiap 2 minggu selama penyimpanan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun sirih pada larutan garam selama penggaraman mampu menghambat oksidasi lemak jambal patin selama penyimpanan 8 minggu tercermin dari rendahnya angka TBARS, anisidin, dan produk berfluoresen jambal patin yang diperlakukan dengan daun sirih dibanding dengan kontrol. Berdasarkan hasil uji sensori, jambal patin yang diberi ekstrak air daun sirih tidak berbau tengik, walaupun warna dan rasa jambal patin sedikit berubah. Perlakuan ekstrak sirih yang mampu menghambat oksidasi lemak jambal patin dengan nilai sensori terbaik adalah kelompok perlakuan ekstrak daun sirih dengan perbandingan 1:5 (v/v).
Kandungan Logam Berat (Hg, Pb, Cd, dan Cu) Pada Ikan, Air, dan Sedimen Di Waduk Cirata, Jawa Barat Nandang Priyanto; Dwiyitno dwiyitno; Farida Ariyani
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 3, No 1 (2008): Juni 2008
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v3i1.11

Abstract

ABSTRAKPenelitian evaluasi kandungan logam berat pada ikan, air, dan sedimen serta evaluasi kualitas perairan dilakukan di Waduk Cirata, Jawa Barat. Pengambilan sampel dilakukan secara discrete pada 6 stasiun yang mewakili daerah inlet, outlet, dan sentra budidaya ikan (KJA). Waktu pengambilan sampel dilakukan tiga kali yaitu pada bulan Mei, Agustus, dan Nopember 2005. Parameter yang diamati meliputi logam berat (Hg, Pb, Cd, dan Cu), kualitas air (suhu, kecerahan, pH, DO, BOD, dan COD), serta unsur hara (amonia, nitrit, nitrat, sulfida, dan fosfat). Kandungan logam berat diamati dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kandungan Hg, Pb, Cd, dan Cu pada berbagai jenis ikan yang ditangkap dari waduk lebih tinggi dibandingkan dalam air, tetapi lebih rendah dibandingkan pada sedimen. Kandungan Hg, Pb, Cd, dan Cu pada ikan masih di bawah ambang batas yang diijinkan. Sementara itu kandungan Hg, Cd, dan Cu dalam air di beberapa stasiun sudah ada yang melebihi ambang batas. Kandungan Hg, Pb, Cd, dan Cu pada sedimen umumnya juga masih di bawah ambang batas yang ditetapkan, kecuali kandungan Hg yang diambil pada bulan Mei di beberapa stasiun melebihi ambang batas yang diijinkan. Hasil pengamatan kualitas air yaitu suhu, pH, kecerahan, DO, BOD, COD, nitrat, dan fosfat umumnya masih dalam kisaran yang dipersyaratkan untuk kegiatan budidaya perikanan sesuai PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, meskipun COD pada beberapa stasiun yang diamati melebihi ambang batas. Sementara itu, kandungan nitrit, amonia, dan sulfida umumnya sudah melebihi ambang batas yang ditetapkan.
Penggunaan Ekstrak Bahan Alami Untuk Menghambat Infestasi Lalat Selama Penjemuran Ikan Jambal Asin Farida Ariyani; Sakinah Haryati; Mita Wahyuni; Sugeng Hari Wisudo
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 2, No 2 (2007): Desember 2007
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v2i2.455

Abstract

lkan jambal asin adalah ikan asin kering yang dibuat dengan cara memfermentasikan ikan dalam garam sebelum penjemuran. Untuk mengurangi infestasi lalat selama penjemuran pada pengolahan ikan jambal asin, penelitian penggunaan ekstrak bahan alami sebagai insektisida telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan 2 tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan, bahan baku yang digunakan adalah ikan manyung (Arius thalassinus) dan bahan alami yang diuji adalah ekstrak daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) dan daun picung (Pangium edule Reinw) masing‑masing dengan konsentrasi 2,5; 7,5; 10,0; 12,5 % (b/v), serta ekstrak bawang putih (Allium sativum ) dengan konsentrasi 1,5; 3,0; 4,5; 6,0; 7,5 % (b/v). lkan yang telah difermentasi dalam garam direndam dalarn ekstrak bahan alami selama 30 detik, kemudian dilakukan penjemuran sehingga menjadi ikan jambal asin. Selama penjemuran dan penyimpanan dilakukan pengamatan tingkat infestasi lalat, larva dan pupa. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih merupakan bahan yang paling efektif untuk menghambat infestasi lalat sehingga dipilih untuk digunakan pada penelitian utama. Pada penelitian utama, bahan baku yang digunakan adalah ikan patin (Pangasius hypophthalmus). lkan patin yang telah difermentasi direndam dalam ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 3, 6 dan 9% (b/v) dengan waktu perendaman 0, 5, 10, dan 15 menit. Pengamatan dilakukan terhadap tingkat infestasi lalat dan karakteristik organoleptik produk ikan jambal asin. Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa perlakuan terbaik yang memberikan tingkat infestasi lalat terkecil dan dapat diterima panelis adalah perendaman dalarn ekstrak bawang putih 9% selama 10 menit.
PENGGUNAAN EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis) SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBENTUKAN HISTAMIN PADA IKAN SEBELUM DIOLAH Endang Sri Heruwati; Farida Ariyani; Radestya Triwibowo; Novalia Rachmawati; Irma Hermana
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 2 (2009): Desember 2009
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v4i2.448

Abstract

Penelitian penggunaan ekstrak teh hijau (Camellia sinensis) sebagai penghambat pembentukan histamin pada ikan telah dilakukan. Ikan, terutama dari jenis skombroid, sangat rentan mengalami kerusakan karena terjadinya perubahan asam amino histidin yang terkandung dalam ikan menjadi senyawa histamin yang bersifat alergen, yang dikatalisasi oleh enzim histamin dekarboksilase (HDC). Teh hijau diketahui mengandung polifenol berupa senyawa epigalokatekingalat (EGCG) yang merupakan penghambat enzim HDC, sehingga dekarboksilasi histidin menjadi histamin dapat dicegah. Perendaman ikan tongkol dalarn ekstrak teh hijau pada konsentrasi 0, 2, dan 4% dilakukan selama 30 menit, diikuti dengan pernindangan dalam larutan gararn 15% selama 30 menit diteruskan dengan penyimpanan ikan pindang pada suhu kamar. Pengambilan sampel dilakukan setiap hari selarna 4 hari penyimpanan untuk diamati perubahan mutu kimiawi (TVB dan kadar histarnin), mikrobiologi JPC dan bakteri pembentuk histamin), serta organoleptik (kenampakan, bau, tekstur, lendir, rasa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang direndam dalam ekstrak teh 4% mempunyai kadar histamin 21,3 ppm, jauh lebih rendah dibandingkan dengan ikan yang direndam dalam ekstrak teh 2% dan 0% yang masing-masing mencapai 64,4 pprn dan 101,4 ppm. Penghambatan pembentukan histamin oleh ekstrak teh hijau masih terjadi selama penyimpanan, yang terlihat dari rendahnya jumlah bakteri pembentuk histarnin dan kadar histamin dibandingkan dengan kontrol. Pada penyimpanan hari ke-3, penghambatan pembentukan histamin oleh ekstrak teh hijau tidak efektif, kemungkinan karena terlalu tingginya jurnlah bakteri pembentuk histamin, yaitu mencapai 108 cfu/g.
EFEKTIVITAS DAUN CINCAU HIJAU (Cyclea barbata Miers) SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI PADA PRODUK JAMBAL PATIN (Pangasius hypopthalmus) Farida Ariyani; Nova Susanti Saputri; Liliek Nurhidayati
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 2 (2009): Desember 2009
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v4i2.449

Abstract

Produk perikanan yang berlemak tinggi seperti jambal patin sangat rentan mengalami kemunduran mutu karena oksidasi. Daun cincau hijau dikenal mengandung senyawa antioksidan alami. Untuk menghambat kemunduran mutu ikan karena oksidasi, serangkaian percobaan menggunakan ekstrak daun cincau hijau dilakukan dengan merendam patin asin dalam ekstrak daun cincau hijau pada konsentrasi 0%; 0,5%; 1,0%; dan 1,5% selama 30 menit sebelum pengeringan. Sebagai kontrol positif digunakan perendaman dalam Butylated Hydroxy Toluene (BHT) pada konsentrasi 0,1%, sedangkan untuk kontrol negatif digunakan patin asin tanpa penambahan ekstrak daun cincau hijau. Pengukuran bilangan Thiobarbituric acid (FBA), produk berfluoresen (fluorescent products), dan penilaian organoleptik dilakukan selama penyimpanan pada suhu kamar, sedangkan pengukuran profil asam lemak tidak jenuh dilakukan pada jambal patin sebelum penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan paling efektif dalam memperlambat proses oksidasi dan dapat diterima panelis adalah perendaman patin asin dalam ekstrak cincau hijau pada konsentrasi 0,5% selama 30 menit dengan nilai TBA 2,0-2,9 µmol/kg ikan, produk berfluoresen 0,21-0,24 µg/g ikan, dan asam lemak tidak jenuh 5,6%.
KANDUNGAN LOGAM BERAT KERANG DARAH (Anadara granosa) DAN KUALITAS PERAIRAN DI TANJUNG PASIR, JAWA BARAT Jovita Tri Murtini; Farida Ariyani
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3327.118 KB) | DOI: 10.15578/jppi.11.8.2005.39-45

Abstract

Telah dilakukan penelitian kandungan logam berat pada perairan dan kerang darah (Anadara granosa) serta kualitias perairan di Tanjung Pasir, Jawa Barat pada bulan Juni dan Oktober 2001.Penelitian dilakukan di enam stasiun, tiga stasiun berjarak satu mil dan tiga lainnya berjarak dua mil dari garis pantai. Antar stasiun berjarak satu mil. Contoh yang diambil meliputi air laut, sedimendan kerang darah
PERLAKUAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM UNTUK MENGHAMBAT PERKEMBANGAN HISTAMIN PADA PINDANG IKAN LISONG (Scomber australasicus GV) Dwiyitno Dwiyitno; Farida Ariyani; Teti Kusmiyati; Harmita Harmita
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4512.675 KB) | DOI: 10.15578/jppi.11.8.2005.1-8

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan perendaman dalam larutan asam (sitrat dan laktat) pada ikan sebelum dilakukan pemindangan terhadap kandungan histaminpindang ikan lisong (Scomber australasicus CV). Pada penelitian ini ikan direndam dalam larutan asam sitrat dan asam laktat pada pH 4 dengan variasi lama perendaman 15,30 dan 45 menit. Selanjutnya ikan dipindang dalam larutan garam 15% selama 30 menit. Parameteryang diamati metiputi kadar air, histamin, jumlah bakteri pembentuk histamin, total volatile base (TVB) dan organoleptik.
Comparison of Storet and Pollution Index Method to Assess the Environmental Pollution Status: A Case Study from Lampung Bay, Indonesia Giri Rohmad Barokah; Farida Ariyani; Tuti Hartati Siregar
Squalen, Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 12, No 2 (2017): August 2017
Publisher : Research and Development Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnol

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/squalen.v12i2.287

Abstract

The determination of pollution status is an important process of environmental quality monitoring especially in strategic waters for coastal areas, such as in Lampung Bay. An effective and sensitive Water Quality Index (WQI) method is needed, to accurately determine the environmental pollution status. This study aimed to compare the sensitivity of Storage and Retrieval of Water Quality data System (STORET) and Pollution Index (PI) as a WQI method, a case study from Lampung Bay coastal waters, Indonesia.  Water quality analysis i.e. Dissolve Oxygen (DO), pH, salinity, nitrite, nitrate, phosphate and ammonia was conducted spatially (three zones of Lampung Bay; river mouth, aquaculture and bay area) and seasonally (April and October 2015). The study found that nitrate and phosphate values were exceeded the limits of water quality standard (Indonesia Ministry of Environment Decree No. 51/2004) for marine organisms. However it may still support the aquaculture activities. The two WQI methods produced different pollution status of Lampung bay. STORET was found to be more sensitive method. Pollution Index method revealed a status of moderately polluted while STORET showed heavily polluted status. Therefore, this study suggest the use of STORET index, compare to Pollution Index, in an assessment of pollution status at watershed area.