Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Potensi Pangan Fermentasi Tempe Dalam Mengatasi Kejadian Stunting di Indonesia Fujiana, Fitri; Pondaag, Vinka Theresia; Afra, Aurelia; Evy, Fannia; Fadly, Dzul
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 15 No. 2 (2021): August
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v15i2.481

Abstract

Prevalensi kejadian stunting di Indonesia masih tinggi. Tingkat penurunan angka stunting cenderung fluktuatif dan belum memenuhi capaian target. Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan prevalensi stunting adalah asupan zat gizi yang dikonsumsi balita. Pemanfaatan sumber daya pangan lokal menjadi alternatif, salah satunya adalah pangan fermentasi tempe. Tempe merupakan makanan fermentasi dari kacang kedelai (Glicyne max) dengan bantuan mikroorganisme Rhizopus sp, yang saat ini mulai dikembangkan dengan memanfaatkan jenis bahan baku lainnya. Review ini dilakukan untuk memahami potensi pangan lokal fermentasi tempe terkait dengan upaya penurunan angka stunting di Indonesia. Telah banyak dilakukan pengembangan pangan fermentasi tempe selain dari kacang kedelai. Proses fermentasi tersebut cenderung meningkatkan zat gizi makro dan mikro pangan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menunjang pertumbuhan yang optimal sehingga pada akhirnya mampu mencegah stunting
Karakteristik Fisiko – Kimia Dan Sensori Minyak Goreng Sawit Aromatik Terinfusi Kulit Batang Pohon Kulim (Scorodocarpus Bornensis) Fadly, Dzul; Dewi, Yohana S.K.
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 15 No. 2 (2021): August
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v15i2.492

Abstract

Pohon kulim (Scorodocarpus borneensis Becc.) atau dikenal dengan pohon bawang hutan adalah tanaman indigenous Kalimantan atau Borneo yang memiliki aroma bawang putih. Bagian-bagian tananaman ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan minyak aromatik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik fisiko-kimia, serta tingkat penerimaan sensori minyak goreng sawit aromatik yang dikembangkan dari minyak sawit goreng yang terinfusi kulit pohon kulim. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 konsentrasi kulit pohon kulim. Preparasi minyak aromatik dilakukan dengan metode infusi kulit pohon kulim, dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% terhadap minyak goreng sawit. Sediaan minyak goreng sawit aromatik memiliki kandungan asam lemak berkisar antara 0,063±0,015% hingga 0,100±0,008% dan bilangan peroksida berkisar antara 6,05±0,56% hingga 7,02±0,42%. Nilai asam lemak dan bilangan peroksida cenderung menurun dengan adanya peningkatan kulit batang pohon kulim. Penambahan kulit pohon kulim dengan konsentrasi 1-6 % memiliki nilai viskositas berkisar antara 58,3-69,9 Cp. Pada parameter penerimaan sensori, penambahan kulit batang pohon kulim mengakibatkan adanya peningkatan penerimaan aroma, namun menurunkan penerimaan warna dibandingkan dengan minyak sawit goreng nonaromatik. Dengan demikian, maka kulit batang pohon kulim berpotensi sebagai bahan pembuatan minyak aromatik.
Total Fenol dan Aktivitas Anti-Inflamasi Jamur Sawit (Volvariella sp) Saputri, Nur Endah; Dhayan, Rosa; Harsanti, Brigita R.; Putri, Dea M.; Fadly, Dzul
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 15 No. 3 (2021): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v15i3.637

Abstract

Jamur sawit (Volvarialla sp) merupakan bahan pangan dengan produktivitas tinggi dan ekonomis, Namun, bukti empiris mengenai manfaat bahan pangan ini masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris kandungan total fenol dan aktifitas anti-inflamasi jamur sawit. Jamur sawit yang diperoleh dari Pontianak, diekstraksi menggunakan etanol absolut untuk memperoleh ekstrak etanol dan air untuk memperoleh ekstrak air. Kedua ekstraksi kemudian analisis total fenol melalui metode Folin Ciocalteu dan anti-inflamasinya pada sel darah merah kelinci. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa ekstrak air memiliki kadar total fenol dan aktivitas anti-inflamasi yang signifikan lebih tinggi (total fenol: 31,9 mg GAE/g dan IC50 aktivitas anti-inflamasi: 106,218 ppm) dari ekstrak etanol (total fenol: 17,4 mg GAE/g dan IC50 aktivitas anti-inflamasi: 125,306 ppm). Jamur sawit berpotensi sebagai pangan anti-inflamasi yang baik bagi tubuh, berdasarkan ektraksinya, ekstrak air dari jamur sawit memiliki kadar fenol dan aktivitas anti-inflamasi lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etanol. Dengan demikian makan bahan pangan ini dapat menjadi salah satu pilihan bagi peningkatan imunitas dan pangan dengan sifat anti-inflamasi bagi masyarakat
Socialization of the Utilization of Seaweed and Diversification of Its Processes as Functional Food in an Effort to Increase the Immune System during the COVID-19 Pandemic: Sosialisasi Pemanfaatan Rumput Laut dan Diversifikasi Olahannya Sebagai Pangan Fungsional dalam Usaha Peningkatan Sistem Kekebalan Tubuh di Masa Pandemi COVID-19 Warsidah; Fadly, Dzul; Amran, Arman
Mattawang: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2021)
Publisher : Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.635 KB) | DOI: 10.35877/454RI.mattawang346

Abstract

Seaweed or known as macroalgae, is one of the marine commodities with valuable economic potential for domestic and foreign markets. West Kalimantan, especially on Lemukutan Island, is one of the cultivation centers for Eucheuma cottoni and E.spinosum. The use of seaweed as a functional food in various kinds of preparations has not been implemented optimally. This PKM activity aims to socialize the use and consumption of seaweed and diversify its processing in an effort to improve the immune system, especially during the Covid19 pandemic. A total of 256 participants stated that they were ready to attend the webinar, which was delivered in an online form distributed by the organizing committee. Socialization activities are carried out online with the material presented related to seaweed and its various preparations and its function as food in improving health status through repair, restoration, or enhancement of the immune system, so it is very important to socialize consumption and utilize this food as a defense agent for the body during pandemic Covid19 or after. The results of the evaluation of PKM activities through the pretest and posttest shows that the participants' knowledge regarding the material presented has increased from 40-50% to 80-90%, for that it is still expected that there will be similar activities with a wider target object in West Kalimantan which can improve the welfare of society in general. Abstrak Rumput laut atau dikenal sebagai makroalga merupakan salah satu komoditas perairan laut yang memiliki potensi ekonomi yang sangat bernilai baik untuk pasaran domestic maupun pasaran mancanegara. Kalimantan Barat khususnya Pulau Lemukutan merupakan salah satu sentra budidaya Eucheuma cottoni dan E.spinosum. Pemanfaatan rumput laut ini sebagai pangan fungsional dalam berbagai macam olahan belum dilaksanakan secara optimal. Kegiatan PKM ini bertujuan untuk memasyarakatkan pemanfaatan dan konsumsi rumput laut serta diversifikasi olahannya dalam usaha untuk meningkatkan system kekebalan tubuh terutama di masa pandemic Covid19. Sebanyak 256 peserta menyatakan siap hadir di acara webinar yang disampaikan dalam form online yang dibagikan oleh panitia pelaksana kegiatan. Kegiatan sosialisasi dilakukan secara online dengan materi yang disampaikan terkait rumput laut dan aneka olahannya serta fungsinya sebagai bahan pangan dalam meningkatkan derajat kesehatan melalui perbaikan, pemulihan atau peningkatan system kekebalan tubuh, sehingga sangat penting untuk mensosialisasikan konsumsi dan memanfaatkan pangan ini sebagai agen pertahanan tubuh dalam masa pandemic Covid19. Dari hasil evaluasi kegiatan PKM ini melalui pretest dan post test menunjukkan pengetahuan peserta terkait materi yang disampaikan mengalami peningkatan dari 40-50% menjadi 80-90%, untuk itu masih diharapkan adanya kegiatan-kegiatan serupa dengan obyek sasaran yang lebih luas dalam wilayah Kalimantan Barat yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA DAN SENSORI KUE STIK IKAN BILIS (STOLEPHORUS HAMILTONII) Halia Mestagensi; Maherawati Maherawati; Dzul Fadly
Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal) Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jgp.v6i2.299

Abstract

Background : Fish stick cracker is diversification of processed fishery products. This study aimed to determine the chemical and sensory characteristics of anchovy-based fish cakes.Purpose : This study aims to analyze the concentration of anchovies as an additive that produces the best fish sticks based on physicochemical and sensory properties.Method : Penelitian ini adalah studi eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 taraf perlakuan penambahan ikan bilis (0%, 30%, 40%, 50%, dan 60% dari jumlah tepung terigu).Results : Hasil analisis menunjukkan produk terbaik diperoleh pada penambahan ikan bilis sebesar 30%. Produk ini mengandung air 2,99%, abu 3,10%, lemak 27,62%, protein 12,27%, dan karbohidrat 54,02%, dengan nilai sensori yaitu aroma 3,90 (suka), rasa 3,77 (suka), warna 3,63 (suka), kerenyahan 4,00 (sangat suka).Conclusion : Anchovies stick products have the potential for diversification of processed fish productsLatar Belakang : Stik ikan merupakan diversifikasi produk olahan hasil perikanan. Penelitian ini bertujuan menentukan karakteristik kimia dan sensori kue stik berbahan dasar ikan bilis.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi ikan bilis sebagai bahan tambahan yang menghasilkan stik ikan terbaik berdasarkan sifat fisikokimia dan sensori.Metode : Penelitian ini adalah studi eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 taraf perlakuan penambahan ikan bilis (0%, 30%, 40%, 50%, dan 60% dari jumlah tepung terigu).Hasil : Hasil analisis menunjukkan produk terbaik diperoleh pada penambahan ikan bilis sebesar 30%. Produk ini mengandung air 2,99%, abu 3,10%, lemak 27,62%, protein 12,27%, dan karbohidrat 54,02%, dengan nilai sensori yaitu aroma 3,90 (suka), rasa 3,77 (suka), warna 3,63 (suka), kerenyahan 4,00 (sangat suka).Kesimpulan : Produk stik ikan bilis berpotensi sebagai diversifikasi olahan produk ikan.
RASIO SUKROSA DAN KARAGENAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA DAN SENSORI ES KRIM CEMPEDAK (ARTOCARPUS INTEGER) Tri Rahayuni; Astina Astina; Dzul Fadly
Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal) Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jgp.v6i2.298

Abstract

Background : Ice cream is a frozen food made through freezing and agitationPurpose : This study aimed to determine the effect of sucrose and carrageenan on the physical, chemical, and organoleptic properties of cempedak ice cream.Method : This study was a Randomized Block Design (RBD) with two factors, Carrageenan (0.3%, 0.4%, 0.5%) and Sucrose (9%, 12%, 15%).Results : The best level of carrageenan and sucrose was determined through the effectiveness index test method was 0.5% carrageenan and 15% sucrose. The best ice cream products were with chemical characteristics of 1.47% fat and 15.87% protein. In addition, there were physical characteristics, in the form of overrun (31.67%), melting speed (17.87 minutes), and sensory characteristics were ranging from moderate-like on the parameters of taste (3.37), texture (3.43), color (3,31), aroma (3,27), and liking (3,33). Conclusion : Thus, a right ratio of sucrose and carrageenan produces cempedak ice cream products with appropriate characteristics.Latar Belakang : Es krim adalah pangan beku yang melalui proses pembekuan dengan agitasi.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh sukrosa dan karagenan pada sifat fisik, kimia, dan organoleptik pada es krim buah cempedak.Metode : Penelitian ini merupakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor yaitu Karagenan (0,3%, 0,4%, 0,5%) dan Sukrosa (9%, 12%, 15%).Hasil : Taraf karagenan dan sukrosa terbaik ditentukan melalui metode uji indeks efektivitas, yaitu karagenan 0,5% dan sukrosa 15%. Produk es krim terbaik tersebut memiliki karakteristik kimia, yaitu 1,47% lemak, dan 15,87% protein. Selain juga, memiliki karakteristik fisik, berupa overrun (31,67%), kecepatan leleh (17,87 menit), dan karakteristik sensoris berkisar agak suka hingga suka pada parameter rasa (3,37), tekstur (3,43), warna (3,31), aroma (3,27), dan kesukaan (3,33).Kesimpulan :  Demikian, maka rasio tepat sukrosa dan karagenan menghasilkan produk es krim cempedak dengan karakteristik yang sesuai.
Potensi Pangan Fermentasi Tempe Dalam Mengatasi Kejadian Stunting di Indonesia Fitri Fujiana; Vinka Theresia Pondaag; Aurelia Afra; Fannia Evy; Dzul Fadly
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 15 No. 2 (2021): August
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v15i2.481

Abstract

Prevalensi kejadian stunting di Indonesia masih tinggi. Tingkat penurunan angka stunting cenderung fluktuatif dan belum memenuhi capaian target. Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan prevalensi stunting adalah asupan zat gizi yang dikonsumsi balita. Pemanfaatan sumber daya pangan lokal menjadi alternatif, salah satunya adalah pangan fermentasi tempe. Tempe merupakan makanan fermentasi dari kacang kedelai (Glicyne max) dengan bantuan mikroorganisme Rhizopus sp, yang saat ini mulai dikembangkan dengan memanfaatkan jenis bahan baku lainnya. Review ini dilakukan untuk memahami potensi pangan lokal fermentasi tempe terkait dengan upaya penurunan angka stunting di Indonesia. Telah banyak dilakukan pengembangan pangan fermentasi tempe selain dari kacang kedelai. Proses fermentasi tersebut cenderung meningkatkan zat gizi makro dan mikro pangan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menunjang pertumbuhan yang optimal sehingga pada akhirnya mampu mencegah stunting
Karakteristik Fisiko – Kimia Dan Sensori Minyak Goreng Sawit Aromatik Terinfusi Kulit Batang Pohon Kulim (Scorodocarpus Bornensis) Dzul Fadly; Yohana S.K. Dewi
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 15 No. 2 (2021): August
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v15i2.492

Abstract

Pohon kulim (Scorodocarpus borneensis Becc.) atau dikenal dengan pohon bawang hutan adalah tanaman indigenous Kalimantan atau Borneo yang memiliki aroma bawang putih. Bagian-bagian tananaman ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan minyak aromatik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik fisiko-kimia, serta tingkat penerimaan sensori minyak goreng sawit aromatik yang dikembangkan dari minyak sawit goreng yang terinfusi kulit pohon kulim. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 konsentrasi kulit pohon kulim. Preparasi minyak aromatik dilakukan dengan metode infusi kulit pohon kulim, dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% terhadap minyak goreng sawit. Sediaan minyak goreng sawit aromatik memiliki kandungan asam lemak berkisar antara 0,063±0,015% hingga 0,100±0,008% dan bilangan peroksida berkisar antara 6,05±0,56% hingga 7,02±0,42%. Nilai asam lemak dan bilangan peroksida cenderung menurun dengan adanya peningkatan kulit batang pohon kulim. Penambahan kulit pohon kulim dengan konsentrasi 1-6 % memiliki nilai viskositas berkisar antara 58,3-69,9 Cp. Pada parameter penerimaan sensori, penambahan kulit batang pohon kulim mengakibatkan adanya peningkatan penerimaan aroma, namun menurunkan penerimaan warna dibandingkan dengan minyak sawit goreng nonaromatik. Dengan demikian, maka kulit batang pohon kulim berpotensi sebagai bahan pembuatan minyak aromatik.
Total Fenol dan Aktivitas Anti-Inflamasi Jamur Sawit (Volvariella sp) Nur Endah Saputri; Rosa Dhayan; Brigita R. Harsanti; Dea M. Putri; Dzul Fadly
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 15 No. 3 (2021): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v15i3.637

Abstract

Jamur sawit (Volvarialla sp) merupakan bahan pangan dengan produktivitas tinggi dan ekonomis, Namun, bukti empiris mengenai manfaat bahan pangan ini masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris kandungan total fenol dan aktifitas anti-inflamasi jamur sawit. Jamur sawit yang diperoleh dari Pontianak, diekstraksi menggunakan etanol absolut untuk memperoleh ekstrak etanol dan air untuk memperoleh ekstrak air. Kedua ekstraksi kemudian analisis total fenol melalui metode Folin Ciocalteu dan anti-inflamasinya pada sel darah merah kelinci. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa ekstrak air memiliki kadar total fenol dan aktivitas anti-inflamasi yang signifikan lebih tinggi (total fenol: 31,9 mg GAE/g dan IC50 aktivitas anti-inflamasi: 106,218 ppm) dari ekstrak etanol (total fenol: 17,4 mg GAE/g dan IC50 aktivitas anti-inflamasi: 125,306 ppm). Jamur sawit berpotensi sebagai pangan anti-inflamasi yang baik bagi tubuh, berdasarkan ektraksinya, ekstrak air dari jamur sawit memiliki kadar fenol dan aktivitas anti-inflamasi lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etanol. Dengan demikian makan bahan pangan ini dapat menjadi salah satu pilihan bagi peningkatan imunitas dan pangan dengan sifat anti-inflamasi bagi masyarakat
Karakteristik Sensori dan Kimiawi Non-Meat Burger Patties Berbasis Kearifan Pangan Lokal Dzul Fadly; Sulvi Purwayantie
Ghidza: Jurnal Gizi dan Kesehatan Vol 3 No 1 (2019): July
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/ghidza.v3i1.16

Abstract

Latar belakang: Tren konsumsi masyarakat yang cenderung tinggi dalam mengkonsumsi makanan cepat saji terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini menjadi dasar bagi pengembangan produk cepat saji berbahan dasar pangan lokal agar konsumsi bahan makanan lokal nantinya dapat ditingkatkan. Tujuan: Kajian ini merupakan untuk pengembangan produk bahan pangan lokal, yaitu kacang merah, jagung, maupun jamur tiram menjadi non-meat burger patty yang merupakan bagian dari makanan cepat saji. Metode: Studi ini bersifat eksperimental dengan desain Rancangan Acak lengkap. Bahan utama pembuatan produk adalah kacang merah, jagung, dan jamur tiram. Analisis sensori yang terdiri atas uji hedonik dan mutu hedonik dilakukan dengan menggunakan skala visual analog scale. Terdapat tiga formulasi, yaitu formulasi F1 rasio 30 g kacang merah : 30 g jagung : 40 g jamur, F2 rasio 30 g kacang merah : 40 g jagung : 30 g jamur, dan F3 rasio 40 g kacang merah : 30 g jagung : 30 g jamur. Hasil: Hasil uji hedonik dan mutu hedonik terhadap tiga formulasi produk pada lima parameter, yaitu rasa, warna, aroma, tekstur, dan keseluruhan memperlihatkan nilai yang tidak berbeda signifikan secara statistic pada P < 0,05. Analisis karakteristik kimiawi dilakukan terhadap komposisi proksimat yang meliputi kadar air, protein, lipid, abu, dam karbohidrat. Produk terpilih, yaitu F2 memiliki kadar air 64,17 ± 0,11 %; lemak 4,24 ± 0,06 %; protein 10,36 ± 0,27 %; abu 6,57 ± 0,19 %; dan karbohidrat 14,66 ± 0,38 %. Simpulan: Dengan demikian, produk ini dapat menjadi salah satu alternative diversifikasi pangan berbasis kearifan pangan lokal