Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Teologi Berita Hidup

Pandangan Etika Kristen terhadap Tindakan Aborsi pada Janin Yang Cacat Yanto Paulus Hermanto; Mishael Setiawan Wirianto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.243

Abstract

One of the risks of pregnancy is having a defective fetus. With current technology, fetal defects can be detected as early as possible. To avoid complications and burdens in the future, the mother is allowed to have an abortion that is legally permitted and protected by laws and government regulations in Indonesia. Morally and legally, abortion due to fetal defects is allowed which gives legality of abortion to the mother. We all know that abortion is the murder of an innocent human being. But in cases of fetal defects, medical moral and legal ethics allow it to avoid hardships and burdens for the baby, mother and family. This has reaped the pros and cons for many circles. Ethically, Christians will look at this and seek the truth in the Bible.Salah satu resiko kehamilan adalah memiliki janin yang cacat. Dengan teknologi saat ini, kecacatan pada janin dapat dideteksi sedini mungkin. Untuk menghindari komplikasi dan beban di masa datang maka sang ibu diperbolehkan untuk melakukan aborsi yang secara legal diperbolehkan dan dilindungi oleh Undang-undang dan Peraturan Pemerintah di Indonesia. Secara moral dan hukum maka aborsi akibat cacat janin diperbolehkan yang memberikan legalitas aborsi bagi sang ibu. Kita semua tahu bahwa aborsi adalah pembunuhan terhadap manusia yang tidak berdosa. Tapi dalam kasus cacat janin, etika moral medis dan hukum memperbolehkannya untuk menghindari kesulitan dan beban bagi sang bayi, ibu dan keluarganya. Hal ini menuai pro dan kontra bagi banyak kalangan. Secara etika, orang Kristen akan memandang hal ini dan mencari kebenarannya di dalam Alkitab.
Pandangan Etika Kristen terhadap Tindakan Aborsi pada Janin Yang Cacat Yanto Paulus Hermanto; Mishael Setiawan Wirianto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.243

Abstract

One of the risks of pregnancy is having a defective fetus. With current technology, fetal defects can be detected as early as possible. To avoid complications and burdens in the future, the mother is allowed to have an abortion that is legally permitted and protected by laws and government regulations in Indonesia. Morally and legally, abortion due to fetal defects is allowed which gives legality of abortion to the mother. We all know that abortion is the murder of an innocent human being. But in cases of fetal defects, medical moral and legal ethics allow it to avoid hardships and burdens for the baby, mother and family. This has reaped the pros and cons for many circles. Ethically, Christians will look at this and seek the truth in the Bible.Salah satu resiko kehamilan adalah memiliki janin yang cacat. Dengan teknologi saat ini, kecacatan pada janin dapat dideteksi sedini mungkin. Untuk menghindari komplikasi dan beban di masa datang maka sang ibu diperbolehkan untuk melakukan aborsi yang secara legal diperbolehkan dan dilindungi oleh Undang-undang dan Peraturan Pemerintah di Indonesia. Secara moral dan hukum maka aborsi akibat cacat janin diperbolehkan yang memberikan legalitas aborsi bagi sang ibu. Kita semua tahu bahwa aborsi adalah pembunuhan terhadap manusia yang tidak berdosa. Tapi dalam kasus cacat janin, etika moral medis dan hukum memperbolehkannya untuk menghindari kesulitan dan beban bagi sang bayi, ibu dan keluarganya. Hal ini menuai pro dan kontra bagi banyak kalangan. Secara etika, orang Kristen akan memandang hal ini dan mencari kebenarannya di dalam Alkitab.
Strategi Penggembalaan Terhadap Jemaat Yang Memiliki Perilaku Homoseksual Yanto Paulus Hermanto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 6, No 2 (2024): Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v6i2.517

Abstract

The increase in the number of homosexuals in various countries should make the church more ready to help them. The church cannot just sit around and do nothing. It is precisely the church whose function is in pastoral care that must begin to think about what strategies can help the congregation who has homosexual behavior. The purpose of this research is to help pastors understand what to do when dealing with a congregation that behaves in this way. The research method used is research with a qualitative approach through literature study. And the results of this study show positive results and can be implemented by churches around the world. There is some knowledge that must be possessed by a shepherd related to theology that must be understood, and the process and strategies of shepherding that must be carried out. Therefore, the results of this research will be used for pastoral ministry in churches.Peningkatan jumlah kaum homosek di berbagai Negara seharusnya membuat gereja semakin siap untuk menolong mereka. Gereja tidak bisa hanya berdiam saja dan tidak melakukan apa-apa. Justru gereja yang fungsinya dalam penggembalaan harus mulai memikirkan strategi apa yang bisa menolong jemaat yang memiliki perilaku homoseksual tersebut. Tujuan penelitian ini untuk menolong para gembala memahami apa yang harus dilakukan ketika menghadapi jemaat yang berperilaku demikian. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif  melalui studi pustaka. Dan hasil penelitian ini positif dan dapat dilaksanakan oleh gereja-gereja di dunia. Ada beberapa pengetahuan yang harus dimiliki oleh gembala berkaitan dengan teologi yang harus dipahami, proses dan strategi penggembalaan yang harus dilakukan. Oleh karena itu, hasil penelitian ini akan dapat dimanfaatkan untuk pelayanan penggembalaan di gereja-gereja.