Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Javan Surili : A Survey Population and Distribution in Mt. Slamet Central Java, Indonesia Arif Setiawan; Yohannes Wibisono; Tejo Suryo Nugroho; Ika Yuni Agustin; Mohamad Ali Imron; Satyawan Pudyatmoko; Djuwantoko .
Jurnal Primatologi Indonesia Vol. 7 No. 2 (2010)
Publisher : Pusat Studi Satwa Primata LPPM-IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.756 KB)

Abstract

Abstrak. Survei ini adalah penilaian yang pertama terhadap populasi dan distribusi surili jawa (Presbytis fredericae) di Gunung Slamet, Jawa Tengah, Indonesia. Survei telah dilakukan selama 150 hari di hutan pegunungan dan menyusuri jalur-jalur yang ada sepanjang 125,38 km. Survey ini telah mencatat 233 individu dari 54 kelompok monyet surili. Metode garis transek telah diterapkan dalam survey ini dan estimasi kerapatan surili jawa adalah 5,6 – 8,16 individu/km2, yang menempati  198.68 km2 potensial habitat. Estimasi populasi surili jawa di Gunung Slamet kurang lebih 1172 – 1621 individu. Perburuan, penebangan liar, pengumpulan kayu bakar, perburuan tanaman hias adalah ancaman yang menyebabkan degradasi habitat surili jawa di hampir semua lereng gunung. Ini adalah sub-populasi terbesar yang tersisa di jawa tengah, jadi perlindungan terhadap Gunung Slamet adalah sangat penting untuk menyelamatkan populasi monyet dan habitatnya, sebagaimana kita ketahui bahwa  distribusi sub-species Presbytis di jawa tengah tidak terdapat di dalam kawasan konservasi. Peningkatan status perlindungan hutan, penegakan hukum, program kesadaran konservasi, pemberdayaan komunitas harus didukung dan diteruskan di Gunung Slamet.Abstract. This survey is the first assessment of the population and distribution of the Javan surili  (Presbytis fredericae) on Mt.Slamet, Central Java, Indonesia. The survey was carried out for a total of 150 days in the mountainous forest, while walking 125.38 km along existing trails. There were 233 individuals recorded, belonging to 54 groups of monkeys. The line transect method was applied during the survey and it was estimated that there were 5.6 up to 8.16 individuals/km2  density of Javan surili, occuping 198.68 km2, indicating a possible potential habitat. The population of the Javan surili on Mt.Slamet was estimated at approximately 1172 – 1621 individuals. Hunting, illegal logging, fuel wood collection, ornamental forest plants gathering were threats which were the cause of massive degradation of the Javan surili habitat across the facing slope. With its largest sub-population remaining in Central Java,  protecting the Mt. Slamet is urgently needed to save this monkey population and its habitat, as it is known that there is no conservation area in the range distribution of Presbytis subspecies in Central Java.  Increasing the forest protection status, law enforcement, conservation awareness programs, and community based empowerment should be supported and continued in Mt. Slamet.Key words: rekrekan, surili, Mt.Slamet, population,  distribution, endangered
Semi-Commercial and Traditional Hunting of Baar Tribe in Riung, Flores, East Nusa Tenggara Kayat Kayat; Satyawan Pudyatmoko; Muhammad Ali Imron; Muchammad Maksum
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development Vol 8, No 1 (2017)
Publisher : Graduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (759.091 KB)

Abstract

ABSTRACTHunting is one of the aspects that influence number of wild animals. The article aims at describing semi-comercial and traditional hunting concept of Baar Tribe in East Nusa Tenggara as an alternative for wild animal conservation.  The data collection methods are guided interview, in-depth interview and participant observation. The findings show that in the semi-comercial and traditional hunting concept of Baar Tribe in East Nusa Tenggara, traditional wisdom is represented by hunting techniques and equipments. It is likely that rapid semi-commercial hunting conducted by certain members of Baar tribe causes sharp decline in the population of wild animals. On the other hand, annual traditional hunting which strictly follows traditional code of conduct can maintain Timor deer population in Timor.Keywords: hunting, population, semi-commercial, traditional, Timor deer
Karakteristik Habitat Banteng (Bos javanicus d'Alton, 1823) di Resort Rowobendo Taman Nasional Alas Purwo Danang Wahyu Purnomo; Satyawan Pudyatmoko
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 1 (2011): February 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v16i1.55

Abstract

Fragmentasi habitat dan perburuan liar telah menyebabkan penurunan populasi alami banteng. Sementara itu, sistem pengelolaan habitat di Taman Nasional Alas Purwo tidak sesuai dengan karakter tiap-tiap tipe habitat yang ada. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakter habitat yang dapat memberikan informasi tentang pemilihan habitat oleh banteng dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Karakter habitat diestimasi menggunakan dua pendekatan, yaitu habitat-categorizing dan site-categorizing. Habitat-categorizing adalah seleksi tipe habitat yang menunjukkan peluang beberapa tipe habitat untuk dipilih banteng. Adapun site-categorizing adalah seleksi sumber daya pada suatu lokasi oleh banteng. Tipe habitat yang memiliki peluang tertinggi untuk dipilih banteng adalah savana (nilai standar seleksi B=0,59). Savana memiliki sumber daya melimpah terutama jenis-jenis pakan, yaitu rumput lamuran (Arundinella setosa) dan merakan (Andropogon contortus) yang dikonsumsi oleh banteng, dibandingkan tipe habitat lainnya. Tipe habitat lain yang sering digunakan banteng adalah hutan pantai (B=0,173) dan hutan rawa (B=0,126). Tiga variabel habitat yang memengaruhi pemilihan sumber daya adalah kerapatan rumput (peluang seleksi expß=1,036), kerapatan tiang (expß=1,002), dan penutupan tajuk (expß=0,977).
Tipe Habitat Kesukaan Rusa Timor (Rusa timorensis) di Hutan Wanagama I Danang Wahyu Purnomo; Djuwantoko Djuwantoko; Satyawan Pudyatmoko
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 15, No 2 (2010): June 2010
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v15i2.2709

Abstract

Wanagama I Forest (599.7 ha) is a research and education forest which is the habitat of Timor Deer (Rusa timorensis). The deer population has been breeding naturally. The habitat changes have affected to the deer in selecting the resources in its habitat and have caused the deer moving out from the forest to the more strategic area, i.e. agricultural and settlement. We suspected that the case happened because of the habitat quality degradation in the forest. The research was aimed to identify habitat types preferred by deer that were called Habitat Preference. Habitat preference was analyzed by habitat selection that was estimated using habitat-categorizing approaches (Alldredge, Thomas, and Mcdonald, 1998; Manly et al., 2002). Habitat selection was identified by chi-square test and the preference index was estimated by selection ratio index. The result of habitat-categorizing analysis showed that there was a habitat selection by the deer (chi-square test X2=15.23, α=0.05). Block 5 (selection standardized index, B=0.220), Block 17 (B=0.212), and Block 14 (B=0.149) were the habitat types which had high probability selected by the deer for their activities.
Behavior of Bali Starling at Bali Barat National Park and Nusa Penida Island (PERILAKU JALAK BALI DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT DAN PULAU NUSA PENIDA) Sudaryanto .; Tjut Sugandawaty Djohan; Satyawan Pudyatmoko; Jusup Subagja
Jurnal Veteriner Vol 16 No 3 (2015)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.758 KB)

Abstract

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) sejak tahun 1966 dimasukan oleh International Union forConservation of Nature (IUCN) Red List of Threatened Species dan Convention on International Trade inEndangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Jalak Bali dikelompokan sebagai satwa terancampunah dengan kategori kritis (Critically Endangered) dan di Indonesia telah dilindungi sejak tahun 1970.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku Jalak Bali di Taman Nasional Bali Barat danPulau Nusa Penida untuk konservasi burung tersebut. Metode yang digunakan adalah scan samplingdengan instataneous sampling. Perilaku Jalak Bali di Taman Nasional Bali Barat terdiri dari terbang17%, makan buah 3%, makan serangga 1%, menelisik bulu 15%, menegakkan jambul 6%, bobbing 7%,berkicau 40%, minum 0,5%, dan berjalan 10%. Sementara di Nusa Penida pada musim hujan terdiriterbang 13%, makan buah 19%, makan serangga 4%, menelisik bulu 7%, menegakkan jambul 7%, bobbing8%, berkicau 11%, minum 1%, 1% mandi, berjalan 16% , bersarang 2%, mengeram 9% dan mengasuh anak3%, dan di Nusa Penida pada musim kemarau terdiri terbang 11%, makan buah 9%, makan serangga21%, menelisik bulu 7%, menegakkan jambul 6%, bobbing 7%, berkicau 9%, minum 2%, mandi 1%, berjalan18% , dan bersarang 8%. Jalak Bali berkembang biak di Nusa Penida pada musim hujan dan musimkemarau, tetapi di Taman Nasional Bali Barat pada musim hujan.
Strategi Pembentukan Tambrauw Sebagai Kabupaten Konservasi di Papua Sepus Fatem Marten; San Afri Awang; Ahmad Maryudi; Satyawan Pudyatmoko; Jonni Marwa; Devi Manuhua; Salmon Lembang
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 17, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.947 KB) | DOI: 10.14710/jil.17.2.373-387

Abstract

Tambrauw merupakan kabupaten di Papua Barat yang menempatkan kebijakan konservasi sebagai domain pembangunan daerah. Penelitian ini bertujuan merancang strategi bagi pembentukan Tambrauw sebagai Kabupaten Konservasi. Penelitian berlangsung sejak bulan oktober-November 2017, menggunakan pendekatan SWOT untuk analisis kekuatan dan kelemahan (faktor Internal) dan peluang dan ancaman (faktor eksternal).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tambrauw layak sebagai Kabupaten Konservasi, dimana posisinya berada pada kwadran I. Artinya bahwa terdapat kekuatan dan peluang sebagai faktor kunci pembentukan kabupaten Konservasi. Kelayakan sebagai kabupetan konservasi juga terlihat melalui hasil analisis faktor internal dan eksternal, dimana Tambrauw dimungkinkan menjadi kabupaten konservasi dengan nilai evaluasi faktor internal 3.20 dan ekternal sebesar 2.75. Meskipun faktor kelemahan dan keterancaman memiliki potensi cukup besar, namun melalui 4 pilihan strategi yang ditetapkan diyakini akan membantu pemerintah Kabupaten Tambrauw memperkecil ancaman dan kelemahan dimaksud.