Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

HABITAT KELELAWAR BUAH (Dobsonia minor) DI HUTAN TROPIS DATARAN RENDAH NUNI PANTAI UTARA MANOKWARI (Habitat of Fruit Bats (Dobsonia minor) in Nuni Tropical Lowland Forest of Northern Area in Manokwari) Sepus M. Fatem; Petrus Izak Bumbut; Antoni Ungirwalu
Media Konservasi Vol 11 No 1 (2006): Media Konservasi
Publisher : Department of Forest Resources Conservation and Ecotourism - IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.298 KB) | DOI: 10.29244/medkon.11.1.%p

Abstract

This research has been done in a cave ecosystem at Nuni tropical lowland forest in the northern coastal area of Manokwari, from 21 - 25 May 2005. A descriptive method with the observation technique has been used. The research's stages are; preliminary survey outside the cave's ecosystem to get an easy and proper observation plant for the surronding vegetation. While a survey inside the cave (interior survey) aims to describe the climatic condition, cave's shape and other ecological aspects. The result indicates that this cave ecosystem is located in the northern coastal area of Manokwari or exactly at the coordinate 00º46,778 South lattitude and 133º55.928 East langitude, at the altitude of 210 metre above sea level. The fruit bats in the Lowland forest of Nuni use this cave as roosting site during the day. The length of this cave is around 800 metre in the form of a tunnel, the height is 8 metre and the floor consist of sharp pointed rocks. The microclimate within the cave has an average temperature of 30º C, the relative humidity 81 % while the condition outside the cave; the average temperature is 29.3º C and relative humidity is 82 %. The total plant species found arround the bat's cave is 36 species from 27 families, the distribution based on their life stages are; seedlings 22 species, sapplings 15 species, poles 14 species and trees 12 species. The amount of the vegetation, ecologically support significantly the development and existence of these fruit bats.Keyword: Tropical Forest of Nuni, Dobsonia minor
Strategi Pembentukan Tambrauw Sebagai Kabupaten Konservasi di Papua Sepus Fatem Marten; San Afri Awang; Ahmad Maryudi; Satyawan Pudyatmoko; Jonni Marwa; Devi Manuhua; Salmon Lembang
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 17, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.947 KB) | DOI: 10.14710/jil.17.2.373-387

Abstract

Tambrauw merupakan kabupaten di Papua Barat yang menempatkan kebijakan konservasi sebagai domain pembangunan daerah. Penelitian ini bertujuan merancang strategi bagi pembentukan Tambrauw sebagai Kabupaten Konservasi. Penelitian berlangsung sejak bulan oktober-November 2017, menggunakan pendekatan SWOT untuk analisis kekuatan dan kelemahan (faktor Internal) dan peluang dan ancaman (faktor eksternal).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tambrauw layak sebagai Kabupaten Konservasi, dimana posisinya berada pada kwadran I. Artinya bahwa terdapat kekuatan dan peluang sebagai faktor kunci pembentukan kabupaten Konservasi. Kelayakan sebagai kabupetan konservasi juga terlihat melalui hasil analisis faktor internal dan eksternal, dimana Tambrauw dimungkinkan menjadi kabupaten konservasi dengan nilai evaluasi faktor internal 3.20 dan ekternal sebesar 2.75. Meskipun faktor kelemahan dan keterancaman memiliki potensi cukup besar, namun melalui 4 pilihan strategi yang ditetapkan diyakini akan membantu pemerintah Kabupaten Tambrauw memperkecil ancaman dan kelemahan dimaksud.
Karakteristik dan Pola Migrasi di Kabupaten Manokwari Josina Waromi; Sepus Fatem; Onasius Matani
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 2 No 1 (2020)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.2.2020.47-57

Abstract

Migrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain dalam waktu sementara maupun untuk menetap di daerah tujuan. Orang melakukan migrasi dikarenakan beberapa alasan di antara lain ekonomi, sosial, keamanan dan bencana alam. Salah satu alasan ekonomi yaitu ingin mencari pekerjaan di daerah tujuan, tapi juga karena adanya tren dekonsentrasi dari kota-kota besar ke kota-kota yang kecil yang baru dimekarkan menjadi provinsi atau kabupaten. Sejak terjadi pemekaran Provinsi Papua Barat dari Provinsi Papua, Kabupaten Manokwari menjadi daerah tujuan para migran. Migrasi yang tinggi mempengaruhi komposisi penduduk terutama dalam hal pertambahan jumlah penduduk. Bermula dari migrasi terkini lalu menetap dan menjadi migrasi seumur hidup. Bertambahnya penduduk di suatu daerah dapat menjadi modal dalam pembangunan tapi juga dapat menjadi beban bagi pembangunan di daerah tujuan. Terkait dengan hal tersebut, kajian ini mengkaji karakteristik migran di daerah asal dan daerah tujuan; dan pola migrasi di Kabupaten Manokwari. Penelitian dilakukan di Kabupaten Manokwari menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Sebagai subyek adalah migran yang bekerja di sektor informal khususnya di Distrik Manokwari Barat. Hasil kajian menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang bermigrasi ke Kabupaten Manokwari sudah berkeluarga dan sudah bekerja di sektor informal yang dominan sebagai petani dengan penghasilan kurang dari Rp500.000; Di daerah tujuan, orang yang masuk ke Manokwari berusia muda, berpendidikan sekolah menengah atas, tidak tertib administrasi dalam arti tidak membawa surat keterangan pindah dan juga tidak melapor ke RT/RW di daerah tujuan. Selanjutnya, migran di daerah tujuan terserap di sektor informal yaitu sebagai karyawan toko, ojek dan penjual sayur dengan pendapatan yang lebih tinggi yaitu di atas Rp2 juta lebih bandingkan dengan pendapatan di daerah asal. Pola Migrasi, awalnya migrasi individu lalu menjadi migrasi jamak dari yang hanya menetap sementara lalu menjadi migrasi seumur hidup. Migran berasal dari daerah yang dekat dengan Kabupaten Manokwari yaitu Sulawesi dan Maluku.

Teknik Pemanfaatan Biji Buah Pohon Raja (Pangium edule) Sebagai Bahan Makanan Oleh Masyarakat Kampung Kumurkek, Distrik Aifat, Maybrat-Papua Barat Sepus M. Fatem; Novita Panambe; Novita Kosamah; Melanesia B. Boseran
EnviroScienteae Vol 16, No 1 (2020): EnviroScienteae Volume 16 Nomor 1, April 2020
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/es.v16i1.9009

Abstract

In rural forest areas, plants and animals provide communities’ daily needs as well as marketable products that generate income for local communities. Healthy forests not only provide important ecological functions but also contribute to an indigenous population’s economy and culture. Papua is an important region in the world to study the social importance of tropical rainforests, as this vast region contains over 250 ethnic groups, most of whom depend on forest ecology for their livelihood. This research was aims to understand the process and utilization technique of Raja’s seeds (Pangium edule) as a traditional food source according to the indigenous knowledge of the Aifat people in Kumurkek, Aifat sub-District, Maybrat Regency. The study uses descriptive methods, field observations, and semi-structured interviews. Results indicate that there are six stages of Raja’s seeds processing, including seed harvesting, poaching, slicing, soaking in a river, and culminating in consumption. Tools and materials used in processing the seeds include machetes, wood, stone, and metal pans.  As of now, there is no conservation scheme to preserve the Raja plant. However, the knowledge of Raja plant production is still bequeathed among relatives according to local tradition. Further research is needed in order to find other benefits of this species, such as use as a natural pesticide and other potential products that can provide additional income for the Aifat sub-District.
PEMANFAATAN DAMAR OLEH MASYARAKAT DI KAMPUNG BARIAT DISTRIK KONDA KABUPATEN SORONG SELATAN Fitrida Antoh; Sepus M. Fatem; Susanti asik
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 1 No 1 (2015): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol1.Iss1.29

Abstract

Penelitian ini dilakukan kurang lebih 3 minggu pada 3 November sampai dengan 17 Nopember 2014 di Sorong Selatan. Tujuannya untuk mengidentifikasi pemanfaatan jenis tumbuhan damar oleh masyarakat lokal di kampung Bariat distrik Konda Kabupaten Sorong Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan terlibat dan teknik wawancara dengan responden contoh adalah masyarakat lokal. Penelitian mencatat bahwa ada tiga kategori pemanfaatan damar yaitu getah (kopal), bahan bangunan dan digunakan sebagai bahan kayu bakar. Konservasi tradisional spesies ini oleh masyarakat lokal di Sorong Selatan dilakukan dengan menetapkan ketentuan pohon yang siap dipanen saja (Dbh > 50 cm dan tinggi > 4m). Terdapat pola konservasi pemanfaatan tradisional untuk pemungutan jenis damar putih (Agathis labilladeri Warb.) hanya boleh dilaksanakan oleh masyarakat lokal yang berasal dari marga Kemeray, Konjol, Sawor, dan, semetara jenis damar merah (Vatica sp.) dapat dipungut dan dimanfaatakan oleh seluruh marga pribumi dan masyarakat pendatang.
IDENTIFIKASI BURUNG DIURNAL PADA KAWASAN HUTAN MANGROVE ORANSBARI KABUPATEN MANOKWARI SELATAN DARIUS WAREN; HERMANUS WARMETAN; SEPUS M. FATEM
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 6 No 2 (2020): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol6.Iss2.209

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis burung diurnal di hutan mangrove Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan. Metode yang digunakan adalah metode deskripsi dengan teknik survei dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 30 jenis burung dari 19 famili. Pakan yang dikonsumsi oleh jenis burung antara lain bunga Sizygium, buah masak Premna corimbosa, buah muda Ficus Sp, buah masak Decarpermum parviflorum, buah masak Morinda citrifolia, bunga Lantana camara L dan beberapa jenis serangga, belalang, rayap dan kepompong. Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat 15 jenis burung yang beraktifitas pada pagi hari (06.00-10.00 WIT) dan terdapat 15 jenis burung yang beraktifitas pada sore hari (15.00-18.30 WIT). Masyarakat di kampung Oransbari pada umumnya berburu mengunakan alat tradisional yakni katapel dan alat moderen seperti senapan cis guna pemenuhan kebutuhan harian mereka.
Sistem Perburuan Landak Moncong Panjang (Zaglossus bruijnii) pada Masyarakat Kampung Waibem dan Kampung Saukorem Tambrauw, Papua Barat Tresia Frida Awak; Sepus Fatem; Aksamina Yohanita
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 9, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.495 KB) | DOI: 10.22146/jik.10184

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem perburuan landak moncong panjang (Zaglossus bruijnii) oleh masyarakat kampung Waibem dan Saukorem, Kabupaten Tambrauw. Penelitian ini dilakukan di Kampung Waibem dan Saukorem selama 1 bulan, yaitu sejak bulan Juli-Agustus 2014. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik observasi lapangan dan wawancara semi struktural yang mengacu pada daftar kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya masyarakat Kampung Waibem dan Saukorem melakukan perburuan dengan 3 (tiga) tujuan, yaitu untuk dikonsumsi, dijual, dan sebagai hiburan. Masyarakat Kampung Waibem dan Saukorem berburu landak moncong panjang dengan menggunakan jerat, parang, bantuan anjing, dan berburu secara visual (bantuan mata). Waktu berburu landak moncong panjang adalah sehabis hujan, bulan sabit, dan pada malam hari. Pengembangan ekowisata berbasis satwa landak moncong panjang menjadi salah satu strategi untuk menambah pendapatan masyarakat pada kedua kampung serta secara perlahan-lahan mengurangi tingkat perburuan masyarakat.Kata kunci: sistem perburuan, Zaglossus bruijnii, landak moncong panjang, Saukorem Village, Waibem Village Hunting system of long-beaked echidna (Zaglossus bruijnii) by Waibem and Saukorem local communities, Tambrauw Regency, West PapuaAbstractThe objective of this research was to investigate hunting system of western long-beaked echidna (Zaglossus bruijnii) by Waibem and Saukorem Local Communities, Tambrauw Regency in Papua Province of Indonesia during July to August 2014. The observation technique and semi-structural interview were carried out by asking local people through questionnaire and analyzed by descriptive method. The result shows that local people in Waibem and Saukorem villagers generally do hunting for consumption, commercial/sale and hobby. The hunting method used by these communities were lasso, chopping knife, dog, and visual hunting. Hunting time of western long-beaked echidnais normally done after rain, crescent moon, and during night. Eco-tourism development is expected to increase the income of local people as well as reducing hunting pressure of this species.
Pemanfaatan Tumbuhan Cempedak (Artocarpus champeden) oleh Masyarakat Kampung Sabun Distrik Aitinyo Tengah Kabupaten Maybrat, Papua Barat Ariance Juli Ross Nauw; Sepus M Fatem; Susilo Budi Husodo; Mecky Sagrim
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 10, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (851.821 KB) | DOI: 10.22146/jik.12631

Abstract

Tumbuhan cempedak (Artocarpus champeden) merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) potensial di wilayah Maybrat. Jenis HHBK ini dimanfaatkan sebagai salah satu pangan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Maybrat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2014, untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan cempedak (Artocarpus chempeden) bagi masyarakat Kampung Sabun, Distrik Aitinyo, Kabupaten Maybrat. Pengambilan data dilakukan melalui observasi dan wawancara terstruktur pada 15 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian tumbuhan cempedak yang dimanfaatkan adalah buah dan biji. Pengolahan tumbuhan cempedak terbagi atas 3 bentuk, yaitu: pengolahan pada buah masak, buah muda, dan biji, sedangkan pengolahan biji dibagi dalam 4 bagian, yaitu: proses perebusan dan pengukusan, sangrai, pengisian dalam bambu, dan penyimpanan biji. Upaya konservasi cempedak telah dilakukan secara sederhana melalui penanaman pada areal kebun dan pekarangan rumah masyarakat. Penelitian ini juga memperoleh informasi bahwa pemanfaatan cempedak hanya terbatas untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat saja. Pengolahan komersil belum dikembangkan. Dengan demikian, pengembangan cempedak sebagai alternatif pangan produk HHBK perlu dilakukan dengan mendorong kerjasama lintas sektor baik pertanian dan kehutanan serta pihak terkait di wilayah Maybrat.Kata kunci: Artocarpus champeden, Masyarakat Kampung Sabun, Kabupaten Maybrat, HHBK, pengolahan buah  Utilization of Cempedak (Artocarpus champeden) by Communities in Sabun Village, Central Aitinyo Sub-district, Maybrat Regency, West Papua ProvinceAbstractCempedak (Artocarpus champeden) is one of the non timber forest products (NTFPs) from the Maybrat district. It is used as a daily food of Maybrat people. The study was conducted from June-July 2014 in Sabun Village, Aitinyo Sub district of the Maybrat Regency, West Papua Province. The objectives of this study were to explore the utilization, harvesting technique, and manufacturing process of cempedak in Sabun villages. Field observations and interviews were used to collect the data of 15 respondents. The result showed that fruits and seeds are part of of the cempedak trees, which is utilised for food. Cempedak processing were divided into 3 parts i.e. the ripe fruit, the unripe fruit, and the seed. Processing of the seed were divided into four parts i.e. boiling, steaming, frying without oil process, filling inside bamboo, and storage. Conservation efforts were conducted by planting cempedak in the garden of villagers’ house. This research also revealed that the utilization process was done for household purposes only. Therefore, the development of cempedak for an alternative food as NTFPs, is necessary to be promoted by collaboration of related stakeholders including forestry and agriculture in Maybrat Regency.
Model Kelembagaan Lokal Kabupaten Konservasi Tambrauw di Papua Barat Sepus M. Fatem; San Afri Awang; Ahmad Maryudi; Satyawan Pudyatmoko; Jonni Marwa
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5992.684 KB) | DOI: 10.22146/jik.61401

Abstract

Komitmen Politik pembentukan Tambrauw sebagai kabupaten konservasi di Papua Barat, mendorong terjadinya perubahan tatakelola pemerintahan konvensional menuju tatakelola konservasi. Dengan demikian kelembagaan sebagai unit yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan kegiatan kabupaten konservasi perlu dirancang guna mengawal kebijakan kabupaten konservasi dimaksud. Penelitian ini bertujuan untuk merancang model kelembagaan lokal kabupaten Tambrauw Sebagai Kabupaten Konservasi. Proses rancang bangun model kelembagaan lokal dilaksanakan sejak Bulan Juni 2013- Desember 2017 mengikuti metode penelitian dan pengembangan (research and development). Data penelitian diperoleh dari: (1) hasil wawancara Pakar; (2) catatan lapangan, dan (3) data saran perbaikan draf model awal dan hasil observasi observer pada pelaksanaan uji coba (FGD/Konsultasi) dengan skala kecil dan besar. Untuk melihat signifikanis perbandingan model kelembagaan eksis berupa organisasi perangkat daerah (OPD)) dan kelembagaan kabupaten konservasi yang ditawarkan, maka dilakukan Uji-t. Proses rancang bangun kelembagaan lokal kabupaten konservasi dilakukan mengacu pada terhadap 8 prinsip rancangan kunci yang ditawarkan oleh Ostrom tentang kelembagaan pengelolaan yang efektif terhadap sumberdaya alam lokal milik bersama (common property). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kelembagaan kabupaten konservasi layak dikembangkan sebagai unit yang bertanggungjawab terhadap mekanisme kinerja kabupaten konservasi, dimana bersifat non body dan lebih ditekankan pada fungsi koordinasi oleh Bappeda Kabupaten Tambrauw sebagai coordinator perencanaan pembangunan daerah. Local Institution Model of Tambrauw Conservation in West PapuaAbstractPolitical Commitment to establishing Tambrauw as a conservation district in West Papua, has led to changes in conventional governance towards conservation management. Thus the institution as a unit responsible for organizing conservation district activities needs to be designed to oversee the policies of the conservation district concerned. This study aims to design a local institutional model of Tambrauw Regency as a Conservation District. The design process of the local institutional model was carried out from June 2013 to December 2017 following the research and development method. Research data obtained from: (1) the results of expert interviews; (2) field notes, and (3) data suggesting improvements to the initial model draft and observers' observations on the implementation of trials (FGDs / Consultations) on a small and large scale. To see the significance of the comparison of the existing institutional models in the form of regional apparatus organizations (OPD) and the conservation district institutions offered, a t-test was conducted. The design process of the conservation district's local institutional building was carried out about the 8 key design principles offered by Ostrom on effective management institutions for common property. The results showed that conservation district institutions should be developed as a unit responsible for the mechanism of conservation district performance, which is non-body and more emphasized on the coordination function by the Agency for Regional Development Tambrauw Regency as coordinator of regional development planning.
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TELAGA BIRU OPERSNONDI KAMPUNG SEPSE, DISTRIK BIAK TIMUR, KABUPATEN BIAK NUMFOR Worabay, Yanke Elzirra T.; Fatem, Sepus Marten; Marwa, Jonni; Peday, Mariana H; Morimuzendy, Agustina S
EnviroScienteae Vol 19, No 3 (2023): ENVIROSCIENTEAE VOLUME 19 NOMOR 3, AGUSTUS 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/es.v19i3.16683

Abstract

This study aims to find out the development strategy of Blue Lake Opersnondi Ecotourism in Sepse Village, East Biak District  Biak Numfor Regency.   This study used a descriptive method using data collection techniques with field observations, interviews, and literature studies. The data analysis used in this study is the Strength, Weakness, Opportunity, and Threats (SWOT) analysis. The results of this study show that f Strength actors   are the largest indicators, where the   total weight value is 2,31, the Weakness factor with a total   weight value of 2,21, Opportunity factors with a total weight value of  2,64, and Factor Acaman with a total   weight value of  1,79. From the results of the grand matrix of strategies that have been obtained, the development of the blue lake tourist attraction opersnondi is in kuadran I, which is in the   category of aggressive strategies, which weighs the factor Strength and Opportunity to make up the largest total weight value.  The results of interviews from the sespse village community and also stakeholders related to the development of blue lake tourist attractions strongly agree on the development of blue lake tourist attractions opersnondi and the community are actively involved.
Co-Authors Abram, Gabriel Orlando Agustinus Murdjoko Ahmad Maryudi Ahmad Maryudi Ahmad Maryudi Ahoren, Calista Aksamina Yohanita Ana Tampang Antoni Ungirwalu Antoni Ungirwalu Ariance Juli Ross Nauw Arung Padang, Dina Ayomi, Adomina Baru, Josepina Bauw, Naswa Anissa Az Zahra Sanusi Belja, Matheus Boseren, Melanesia Brigite DARIUS WAREN Devi Manuhua Dian Nebore, Idola Erari, Semuel S. Fatem, Desmina F. Ferawati Runtuboi Fisher, Micah R. Fitrida Antoh Henderina Morin, Henderina HERMANUS WARMETAN Ika Susanti Jan Hendriek Nunaki Jitmau, Anjela M Jonni Marwa Josina Waromi Krey, Sarah D. D. M Jitmau, Anjeli Maitar, Bustar Mambraku , Selviana Maria Massora Mariana H. Peday, Mariana H. Marwa, Jonni Matheus Beljai, Matheus Mecky Sagrim Melanesia B. Boseran Melanesia Brigite Boseren Morimuzendy, Agustina S Nebore , Idola Dian Y. Nebore, Idola Dian Novita Kosamah Novita Panambe Onasius Matani Padang, Dina Arung Paskalina Theresia Lefaan Peday, Mariana H Peday, Mariana Y. Petrus Izak Bumbut Resmila Dewi Rina N. Yowei, Rina N. S Erari, Semuel Salmon Lembang San Afri Awang San Afri Awang San Afri Awang Satyawan Pudyatmoko Satyawan Pudyatmoko Sebayang, Sri R. Semuel Sander Erari Siburian, Rima HS. Sirimorok, Nurhady Situmorang, Saur Sri Rosepda Sebayang, Sri Rosepda Sufi, Yafed Susanti Tasik Susilo Budi Husodo Syuf, Yaved Tawer, Viktor Tresia Frida Awak Tuririday, Helena Trivona Wambrauw, Yustina L. D. Wanma, Alfredo O Wanma, Alfredo Ottow Worabai, Meliza S Worabay, Meliza Sartje Worabay, Yanke Elzirra T. Yubel Maria Msen Yubelince Runtuboi