Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

IMPLEMENTASI KELENGKAPAN PENGISIAN INFORMED CONSENT KASUS BEDAH DI KAMAR OPERASI DALAM UPAYA MENUNJANG AKREDITASI RS ZAHIRAH Fachri Razi; Alih Germas Kodyat; Fresley Hutapea
JURNAL BIDANG ILMU KESEHATAN Vol 8, No 2 (2018): Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Respati Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (566.26 KB) | DOI: 10.52643/jbik.v8i2.281

Abstract

Setiap tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi, harus memperoleh persetujuan tertulis dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir informed consent dan ditandatangani oleh orang yang berhak memberikan persetujuan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 129 tahun 2008 tentang Standar Minimal Pelayanan di Rumah Sakit, pengisian formulir Informed Consent harus 100%. Dari data yang ada, jumlah kasus bedah di kamar operasi Rumah Sakit Zahirah, periode Januari 2017 - Desember 2017 adalah sebanyak 5175 tindakan dengan kelengkapan pengisian informed consent 58%. Akreditasi pada dasarnya adalah proses menilai rumah sakit sejauh mana telah menerapkan standar. Kelengkapan pengisian Informed Consent menjadi penting dalam penilaian akreditasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kelengkapan pengisian informed consent kasus bedah di kamar operasi dalam upaya menunjang akreditasi Rumah Sakit Zahirah Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam dan telaah dokumenHasil penelitian menunjukkan pengetahuan mempengaruhi kepatuhan dan sikap dokter dalam kelengkapan pengisian informed consent, Namun motivasi tidak berpengaruh dalam kelengkapan pengisian informed consent. Formulir informed consent sendiri perlu ditelaah.. Dalam pelaksanaan pengawasan dalam kelengkapan pengisian Informed Consent, maupun sosialisasi regulasi maupun kebijakan dan pedoman (SOP) informed consent yang ada belum berjalan dengan baik,  Kata kunci: KelengkapanDaftar Pustaka: 21 (1995 – 2017)
Efektivitas ekstrak daun kunyit (Curcuma longa Linn.) sebagai antifungi terhadap Trichophyton rubrum Sungkar, Mustofa Lukman; Setyaningsih, Yuni; Razi, Fachri; Zulfa, Fajriati
Health Sciences and Pharmacy Journal Vol. 8 No. 1 (2024)
Publisher : STIKes Surya Global Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32504/hspj.v8i1.994

Abstract

Trichophyton rubrum, salah satu jamur dermatofita yang umum ditemukan di Indonesia, menghadirkan tantangan besar yang memerlukan solusi efektif. Untuk mengatasi masalah ini, penelitian yang berfokus pada sifat antijamur dari ekstrak daun kunyit (Curcuma longa Linn.) menawarkan potensi yang menjanjikan untuk mengobati infeksi kulit dermatofit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas ekstrak etanol daun kunyit sebagai antijamur terhadap pertumbuhan Trichophyton rubrum secara in-vitro. Menggunakan pendekatan eksperimental dengan desain post-test-only control group, berbagai konsentrasi ekstrak daun kunyit (10%, 20%, 30%, dan 40%) diperiksa bersama kontrol negatif dan positif (aquades dan ketokonazol 2%). Diameter zona hambat pertumbuhan pada media Sabouraud Dextrose Agar diukur dengan menggunakan metode sumur. Analisis menggunakan uji Kruskal-Wallis menunjukkan signifikansi statistik (P <0,05), diikuti dengan uji Post Hoc Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan potensi penghambatan ekstrak daun kunyit terhadap pertumbuhan jamur, dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 30% menunjukkan kekuatan penghambatan ringan, dan 40% menunjukkan kekuatan penghambatan sedang. Variasi hasil dipengaruhi oleh konsentrasi ekstrak dan waktu inkubasi. Khususnya, konsentrasi yang paling efektif adalah 40%, menunjukkan diameter zona hambat berukuran sedang sebesar 8,3625 mm pada 24 jam dan 7,84 mm pada 48 jam, melampaui konsentrasi lainnya. Khasiat ini dapat dikaitkan dengan adanya senyawa seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, fenol, dan triterpenoid dalam ekstrak daun kunyit, yang secara kolektif berkontribusi terhadap sifat antijamurnya. Kata kunci: Ekstrak daun kunyit; metode sumuran; Tricophyton rubrum; zona hambat
Efektivitas ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap pertumbuhan Trichophyton rubrum secara in vitro Angelica, Tracy; Setyaningsih, Yuni; Razi, Fachri; Zulfa, Fajriati
Health Sciences and Pharmacy Journal Vol. 8 No. 3 (2024)
Publisher : STIKes Surya Global Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32504/hspj.v8i3.997

Abstract

Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang menyerang epidermis dan keratin, dengan spesies yang menjadi penyebab salah satunya adalah Trichophyton rubrum. Penggunaan obat-obatan kimia dalam waktu lama dapat berpotensi memberikan efek samping berupa efek toksik dan resistensi. Buah mengkudu memiliki kandungan senyawa Flavonoid, Alkaloid, Tanin, Saponin dan Fenol yang telah diketahui dapat menghambat pertumbuhan jamur. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap pertumbuhan jamur T. rubrum secara in vitro. Penelitian ini dilakukan dengan kelompok kontrol post-test eksperimental laboratorium. Pada uji ini, ekstrak buah mengkudu didapatkan dengan metode maserasi etanol 96%. Pengujian aktivitas anti fungi dilakukan dengan metode difusi sumuran dengan variabel bebas yaitu ekstrak buah mengkudu konsentrasi 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12,5% serta ketokonazol (kontrol positif) dan aquadest (kontrol negatif). Hasil penelitian menunjukkan adanya zona hambat yang dihasilkan setelah diberikan perlakuan ekstrak buah mengkudu. Pengamatan dilakukan pada waktu 24 jam dan 48 jam. Konsentrasi ekstrak dengan daya hambat tertinggi terdapat pada konsentrasi 8%, dengan rata-rata diameter zona hambat 8,095 mm pada pengamatan 48 jam. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak buah mengkudu konsentrasi 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12,5% efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur T. rubrum.
Association Between Antenatal Visit and Stunting in Children Aged 0-59 Months in Margadadi Health Center, Indramayu, West Java, Indonesia Zahirah, Najma; Nugrohowati, Nunuk; Pramono, Andri Pramesyanti; Razi, Fachri
Journal of Maternal and Child Health Vol. 10 No. 4 (2025)
Publisher : Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26911/thejmch.2025.10.04.02

Abstract

Background: Stunting is a condition where a child's height does not match their age caused by persistent nutritional disorders. The incidence of stunting in the  Indramayu area is quite high, namely 29.19% in 2019 which exceeds the WHO target of 20%.  Antenatal visits indirectly induce stunting since stunting factors can be seen prenatally.  Antenatal visits are a series of comprehensive examinations for pregnant women. The Indonesian Ministry of Health's 2021 recommendations divide antenatal visits into the first (K1), fourth (K4), and sixth (K6) visits. This study aimed to discover the relationship quantity of antenatal visits and the incidence of stunting in toddlers in the Margadadi Puskesmas Working Area, Indramayu Regency. Subjects and Method: A case-control study conducted at the Margadadi Community Health Center, Indramayu, West Java, Indonesia. A total of 60 moms of toddlers selected in this study use the consecutive sampling, with 30 subjects each as a case and control group. The dependent variable was stunting. The independent variables were ANC visit follow are K1, K4, and K6. Data collected by questionairre. Data were analyzed by Chi-Square test. Results: Pregnant women who had complete K6 antenatal visits had lower risk to have stunted children (OR= 0.20; 95% CI= 0.04 to 1.02; p= 0.038). Conclusion: K6 shows a protective relationship on stunting.