Ni Luh Putu Ika Mayasari
Departemen Ilmu Penyakit Hewan Dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

IDENTIFICATION AND MOLECULAR CHARACTERIZATION OF BOVINE HERPERVIRUSES (BoHV) DNA TERMINASE PARTIAL GENE IN ACEH CATTLE Lilik Prayitno; Uus Saepuloh; Ni Luh Putu Ika Mayasari; Faisal Faisal; Ellis Dwi Ayuningsih; Joko Pamungkas Pamungkas
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 11, No 4 (2017): December
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v11i4.8024

Abstract

Bovine Herpesvirus (BoHV) is a member of Herpesviridae family that acts as pathogenic virus causing infectious bovine rhinotracheitis (IBR) among cattles, resulting in economic loss for cattle industry. BoHV-1 infection in cows is closely related to abortion, respiratory infection, reduced milk production, infertility, and low birth weight. The aim of this study was to identify and characterize the molecular of BoHV-1 and other virus types, as well as the possible presence of other Herpesviridae family using PCR to amplify DNA terminase gene. Four out of 210 nose swab samples were positive for herpes virus on DNA terminase gene. Further characterization of samples showed 99-100% similarity to BoHv-1 and BoHV-6 sequence. Genetic distance between genera BoHV-1 and BoHV-6 is 0.518 and within genera was 0.001 and 0.044. According to phylogenetic tree analysis of DNA terminase gene, the analyzed sequence clustered into 2 genera, namely Varicellovirus which is identical to BoHV-1 and Macavirus which is identical to BoHV-6. The study provides scientific information on molecular characteristics of Herpesviridae family, especially BoHV-1 which is prevalent in Indonesia with the highest density in the central ranches in Aceh province
Pemberian Ekstrak Daun Singkong pada Burung Puyuh yang Mengalami Cekaman Panas Koekoeh Santoso; Joanita Maria; Ni Luh Putu Ika Mayasari; La Jumadin
Jurnal Sain Veteriner Vol 42, No 1 (2024): April
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.73585

Abstract

Fenomena iklim tropis, ekuinoks, dan pemanasan global di Indonesia dapat menyebabkan masalah cekaman panas pada peternakan unggas termasuk puyuh. Dampaknya adalah penurunan performa dan produksi puyuh, oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengatasi masalah heat stress. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan potensi ekstrak daun singkong untuk mengatasi cekaman panas pada puyuh dewasa anas. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 16 ekor puyuh yang dibagi menjadi 4 kelompok, terdiri dari 4 ekor puyuh sebagai kontrol yang diberi perlakuan suhu 35 °C, dan masing-masing 4 ekor puyuh lainnya diberi perlakuan suhu 35 °C dan diberi ekstrak daun singkong dengan dosis yang berbeda-beda sebesar 5,292 mg/168g, 10,584 mg/168 g, dan 21,168 mg/168 g berat badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun singkong yang mengandung flavonoid dan klorofil terbukti dapat menurunkan kadar malondialdehida (MDA) pada puyuh yang mengalami cekaman panas. Kualitas telur juga meningkat berdasarkan parameter tinggi albumin, tinggi kuning telur, dan tebal cangkang, namun kadarnya tidak signifikan. Parameter total leukosit, rasio heterofil per limfosit, dan diferensial leukosit tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Ekstrak daun singkong juga belum terbukti mampu menurunkan total protein pada puyuh yang mengalami cekaman panas. Hasil vaksinasi ND inaktif yang dilakukan satu kali menunjukkan titer antibodi yang rendah pada semua kelompok.
Karakterisasi Molekuler dan Studi Filogenetik Virus African Swine Fever pada Kejadian Wabah di Sumatera Utara Tahun 2019 - 2023 Ruben Hasiholan Panggabean; Ni Luh Putu Ika Mayasari; Faisal Faisal; I Wayan Teguh Wibawan
Jurnal Sain Veteriner Vol 42, No 2 (2024): Agustus
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.92348

Abstract

African swine fever is a viral disease that causes hemorrhagic fever in domestic pigs and wild swine worldwide. The first case of ASF in Indonesia was reported in North Sumatra Province in September 2019. A total of 20 archival samples of positive ASF collected from the Animal Disease Investigation Center of Medan during the outbreak investigation took place from 2019 to 2023, were used in this study. The partial B646L gene (p72), the full sequence of the E183L gene (p54) and the central variable region (CVR) of the B602L gene were amplified, purified, then sequenced. Web-based BLAST program and MEGA XI software were used to analyze the nucleotide sequencing results. The results of molecular and phylogenetic characterization analysis revealed that the ASF virus that infected pigs in North Sumatra Province in 2019-2023 was belonged to genotype II. Analysis of the three genes (B646L, E183L and B602L) did not show changes in the nucleotide and amino acid sequences in the isolates in the last 5 years. No novel variants were found in the CVR gene B602L. CVR analysis showed that these ASF virus strain belonged to subgroup XXXII. The results of this study revealed that the ASF virus in North Sumatra Province has high homology with ASF virus isolates previously detected in China, Vietnam and East Leste in 2019.
Deteksi Pola Resistansi dan Gen Penyandi Resistansi Antibiotik pada Escherichia coli Asal Peternakan Babi di Kabupaten Badung Provinsi Bali Ardiana Ardiana; Agustin Indrawati; Ni Luh Putu I Ika Mayasari
Jurnal Veteriner Vol 24 No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.3.303

Abstract

Resistansi antimikrob merupakan masalah kesehatan global. Antimikrob termasuk antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi pada manusia dan hewan. Penyalahgunaan antibiotik dapat menyebabkan resistansi dan pengobatan menjadi tidak efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi Escherichia coli (E. coli) dari hewan, manusia dan lingkungan di peternakan babi di Kabupaten Badung Provinsi Bali, serta menentukan pola resistansi dan gen resistansi antibiotik. Sampel diambil dari 12 peternakan babi yang berdekatan dengan total 24 sampel feses babi, 24 sampel swab tangan pekerja kandang, dan 12 sampel limbah air. Escherichia coli diisolasi menggunakan MacConkey Agar, pewarnaan Gram, IMViC (Indole, Methyl Red, Voges Proskauer, Citrate) dan dikonfirmasi dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Uji kerentanan terhadap 11 antibiotik menggunakan metode difusi cakram. Deteksi gen resistansi antibiotik dengan PCR untuk gen blaTEM, ampC, ermB, strA, tetA, dan sul1. Hasil menunjukkan 100% (24/24) E. coli diisolasi dari feses, 16,7% (4/24) dari swab, dan 100% (12/12) dari limbah air. Pola resistansi antibiotik menunjukkan bahwa resistansi tertinggi terhadap eritromisin, diikuti oleh amoksisilin dan ampisilin, tetrasiklin, streptomisin dan trimetropim-sulfmetokzasol, serta 14 isolat dikategorikan Multidrug Resistant (MDR). Gen resistansi yang dideteksi dari E. coli pada manusia, hewan dan lingkungan adalah blaTEM, ampC, strA, tetA dan sul1, sementara ermB tidak terdeteksi. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian antibiotik eritromisin, amoksisilin, ampisilin, tetrasiklin, streptomisin dan trimetropim-sulfmetokzasol sebaiknya diganti dengan antibiotik jenis lain. Adanya gen resistansi yang berasal dari sampel feses babi, swab tangan dan limbah air mengindikasikan terjadinya penyebaran resistansi antibiotik pada manusia, hewan dan lingkungan.
Prevalensi Virus Demam Babi Afrika pada Produk Daging Babi yang Diuji di Laboratorium Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian Seruni Agistiana; , I Wayan Teguh Wibawan; Surachmi Setiyaningsih; Ni Luh Putu Ika Mayasari; Harimurti Nuradji; Sriyanto Sriyanto; Risma Juniarti Paulina Silitonga
Jurnal Veteriner Vol 24 No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.3.264

Abstract

Demam babi afrika atau African swine fever (ASF) adalah penyakit viral lintas batas yang sangat menular pada babi domestik dan babi liar yang disebabkan oleh virus ASF (ASFV). Virus ini memiliki daya tahan hidup dan stabilitas yang tinggi di lingkungan, mampu bertahan lama pada benda mati seperti peralatan dan pakaian yang tercemar atau pada produk daging dari babi yang terinfeksi ASFV. Penelitian ini bertujuan mendeteksi ASFV pada produk daging babi dan olahannya di Indonesia. Sejak tahun 2019, Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian (BBUSKP) yang merupakan salah satu laboratorium rujukan milik pemerintah di bawah naungan Badan Karantina Pertanian (Barantan), memiliki tugas untuk melakukan pengujian deteksi ASFV salah satunya adalah menguji sampel produk daging babi. Prevalensi dihitung berdasarkan data sekunder hasil pengujian qualitative Polymerase Chain Reaction (qPCR) dalam deteksi ASFV pada produk daging babi yang dilakukan di laboratorium BBUSKP, Jakarta Timur tahun 2020-2022. Terdeteksinya ASFV pada produk daging babi sebanyak 8.2% di tahun 2020, 24.8% di tahun 2021 dan 11.6% pada tahun 2022 memperkuat bahwa produk daging babi berpotensi menjadi media pembawa ASF di Indonesia.